Berita Bekasi Nomor Satu

Rawan Menular

Illustrasi : Sejumlah petugas medis dilakukan pemeriksaan cepat (Rapid Test) dengan mengambil sampel darah di Stadion Patriot Chandrabaga, Kota Bekasi, Rabu (25/3). RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI.
RAPID TEST : Sejumlah petugas medis dilakukan pemeriksaan cepat (Rapid Test) dengan mengambil sampel darah di Stadion Patriot Chandrabaga, Kota Bekasi, Rabu (25/3). RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI.

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Rapid test atau tes masif hari pertama dimulai untuk Tenaga Kesehatan (Nakes) di wilayah Kota Bekasi di stadion Patriot Candrabhaga, kemarin. Namun, tes yang dilakukan kepada Nakes ini disayangkan oleh beberapa pihak, Dinas Kesehatan (Dinkes) dinilai gagap dalam menjalankan tes ini.

Pantauan Radar Bekasi, pukul 09.00 WIB,  ratusan  Nakes mulai berdatangan, diantaranya terlihat hilir mudik mengenakan Alat Pengaman Diri (APD) seperti masker dan penutup kepala.

Dalam perjalanan persiapannya, tes pertama kali disebut akan dijalankan dengan sistem Drive thru, kedua tes dilakukan dengan cara mandiri kepada Nakes, sedangkan untuk warga yang memenuhi kriteria dilakukan secara door to door. Pelaksanaan kemarin, untuk Nakes dilakukan dengan cara dikumpulkan di area Stadion Patriot Chandrabhaga.

Jumlah Nakes yang dites kemarin sebanyak 365, mereka akan dilibatkan terjun langsung ke rumah-rumah warga yang memenuhi kriteria dan akan di tes. Selesai mengikuti tes, ratusan nakes tersebut diterjunkan ke lapangan untuk mengambil sampel.

Ketua Komisi IV Dewab Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bekasi, Sardi Effendi menilai Dinas Kesehatan (Dinkes) gugup dalam pelaksanaannya. Selain itu, ia melihat adanya ketidak konsistenan antara pemaparan simulasi dengan pelaksanaannya.

“Jadi memang ini ada ketidak samaan antara simulasi yang disampaikan oleh dinas kesehatan dalam rapat dengan DPRD dengan pelaksanaan, tidak konsisten. Kalau seperti ini rawan tertular,” ungkapnya.

Menurutnya, lebih tepat tes untuk Nakes ini dilakukan secara mandiri di unit layanan kesehatan masing-masing. Selain tidak terlihat berkerumun, juga tidak meninggalkan tempat kerja dalam waktu yang bersamaan.

Senada, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Bekasi, Kamaruddin Askar juga menyayangkan pengumpulan massa, meskipun tes kemarin hanya untuk Nakes. Keputusan Pengurus Besar (PB) IDI membatalkan semua simposium atau Round Table Discussion (RTD).”Cuma saya sayangkan kenapa ada pengumpulan massa juga, walaupun cuma nakes juga,” sesalnya.

Di lokasi, Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi menjelaskan kehadiran Nakes ini untuk dilakukan tes terlebih dahulu dan pemberian pengarahan sebelum terjun dilapangan. Nakes yang hadir dan diketahui berstatus Orang Dalam Pemantauan (ODP) atau Pasien Dalam Pengawasan (PDP) akan dipisahkan.

Total ada 165 tim yang akan diterjunkan, pelaksanaan tes untuk kategori mulai dari orang terdekat dari ODP, PDP, hingga Positif, Tenaga Kesehatan, hingga orang yang intens berinteraksi dengan masyarakat selesai pada Jumat (27/3) sore. Hasil akan diumumkan kepada yang bersangkutan, untuk hasil negatif akan diumumkan secara online, sementara untuk hasil positif diumumkan secara persuasif, lalu dijemput untuk diisolasi.

“Semua 365, karena kan gini yang 65 yang ini (analisis) , yang 100 yang dampingin, sisanya itu adalah orang-oramg yang ada di puskesmas, yang tau kerena mereka yang wilayah kerjanya ada di kelurahan dan kecamatan. Pertama analis, kedua tim kesehatan, yang ketiga yang nunjukin,” papar Rahmat.

Petugas yang datang untuk mengambil sampel menggunakan APD lengkap, dan menjamin tidak terjadi penumpukan massa. Kota Bekasi dilaporkan menerima 2000 alat Rapid tes, terbanyak diantara Kota dan Kabupaten lain di Provinsi Jawa Barat.

Rahmat mengakui bahwa pelaksanaan Rapid Test ini tidak semudah yang dibayangkan, perlu disediakan jarum dan tabung untuk mengambil sampel darah dari setiap orang yang telah ditentukan. Pihaknya telah menyediakan jarum dan tabung darah tersebut.

“Tidak ada kerumunan, mereka ditugaskan cuma beberapa orang, kita sudah List, kita sudah tracking. Nah makanya,  tes ini bukan untuk semua orang, tes ini untuk melacak yang tadi itu 707an dan mengambil sampel 50 dari 12 kecamatan,” lanjut Rahmat.

Beberapa skenario sudah disiapkan jika didapati kasus lebih banyak setelah Rapid tes ini, pertama memaksimalkan rumah sakit yang ada, kedua menyiapkan bebebrapa gedung yang akan dikonversi menjadi ruang perawatan pasien.

Sementara itu, Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Bekasi menerima 1000 pcs alat untuk melakukan rapid tes covid-19 yang  akan dilakukan pada Kamis (26/03).

 “Insya Allah Kamis mulai. Tes akan kita lakukan kepada orang yang masuk ke dalam ODP, PDP, dan orang dengan pekerjaan beresiko tinggi seperti Polisi, TNI, Tenaga Kesehatan, dan lainnya,”kata Juru Bicara Pusat Informasi dan Kordinasi Covid-19 Kabupaten Bekasi, Alamsyah saat dimintai keterangan, Rabu (25/03).

Menurutnya, dalam melakukan rapid tes ini ada beberapa rumah sakit yang akan dilibatkan, seperti sepuluh rumah sakit yang di jadikan tempat rujukan, Puskesmas Tambun Selatan, Tambun Utara, Cikarang, dan Lemah Abang. Kata Alamsyah, rapid tes ini akan menerjunkan 100 tenaga kesehatan.

Hanya saja, untuk teknik terkait rapid tes seperti apa, Alamsyah belum bisa jelaskan dengan detail.

Pasalnya dia beranggapan, masih dalam penyusunan untuk teknisnya. “Untuk teknisnya masih disusun. Paling door to door buat yang di isolasi di rumah sakit dan puskesmas,” tuturnya.

Terpisah, Bupati Bekasi, Eka Supria Atmaja mengaku, kesulitan mendapatkan Alat Pelindung Diri (Apd) untuk petugas kesehatan yang ada di 40 puskesmas, dan sepuluh rumah sakit rujukan yang disiapkan untuk menangani pasien Covid-19.

Kendati demikian kata Eka, untuk penyedian Alat Pelindung Diri (Apd) dirinya (Pemda) masih terus mengupayahkan. Bahkan, sejauh ini para penyedia terkait Apd sudah dihubungi, akan tetapi sulit mendapatkan Apd sesuai kebutuhan.

“Jadi beberapa penyedia terkait apd sudah dihubungi, tapi memang aga sulit. Dapat si dapat, cuma terbatas, karena memang pemesanan yang begitu banyak. Anggaran sudah kita siapkan sekitar Rp 50 milyar. Namun memang barangnya aga sulit,” ujarnya saat dimintai keterangan, Selasa (24/03).

Dalam kesempatan ini, Eka juga menegaskan, sampai saat ini Pemda bersama Forkopinda yang tergabung ke dalam tim Satgas penanganan Covid-19 sedang melakukan pemetaan wilayah yang termasuk zona merah di Kabupaten Bekasi.

Eka menjelaskan, kriteria wilayah yang termasuk zona merah sudah ada warga yang terkena virus korona (covid-19). “Pemetaan wilayah hari ini sedang kita lakukan, sejauh ini zona merah baru Tambun Selatan saja, karena memang sudah ada yang terkena,” bebernya.

Nantinya wilayah tersebut akan mendapatkan pengawasan insetif dan akan terus dilakukan himbauan agar penyebaran virus korona tidak semakin meluas. Himbauan tersebut bagaimana hidup bersih, menghindari kerumunan, hindari bersentuhan seperti bersalaman, dan sebagainya.

“Wilayah zona merah akan mendapatkan pengawasan insentip. Kita mengerahkan semua komponen dari unsur forkopinda beserta dinas Kesehatan agar terus melakukan pengawasan,” tuturnya. (sur/pra)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin