Berita Bekasi Nomor Satu

Pengemudi Ojol Menjerit

Illustrasi

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Pengemudi Ojek Online (Ojol) atau daring menjadi kelompok masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19 . Selain beresiko tinggi lantaran aktivitas mereka yang masif di luar rumah, mereka juga terdampak dari sisi ekonomi.

Penurunan jumlah penumpang dan ancaman virus berkecamuk saat menjalankan aktivitas mereka untuk memenuhi kebutuhan harian.

Para pengemudi Ojol di wilayah Kota Bekasi menjerit lantaran pendapatan yang biasa mereka kantongi sehari-hari menurun drastis. Dari sisi ekonomi, mereka mengaku kesulitan.

“Posisi kami juga sedang sulit ya, sangat sulit. Biasa kami bisa dapat Rp400 ribu, Rp500 ribu, sekarang Rp50 ribu aja berat sekali,” keluh salah satu pengemudi Ojol, Janet Siregar (43) saat dijumpai di simpang Alun-alun, Jalan Juanda, Kelurahan Margajaya, Kecamatan Bekasi Selatan Kota Bekasi, Rabu (1/4).

Sehari-harinya, Janet keluar dari pintu rumah tinggalnya sekira pukul 06.00 hingga pukul 08.00. Ia baru kembali sampai di rumah pukul 00:00. Ditengah situasi sulit ini, ia terpaksa menambah jam kerjanya hingga pukul 04.00 dinihari, untuk mengejar kebutuhan hidup sehari-hari.

Janet mengaku bukan tidak takut dengan Covid-19, justru ia takut. Namun, apa daya, pilihannya hanya dua, tetap keluar rumah dan bekerja, atau kebutuhan keluarganya tidak tercukupi. Jika diminta untuk tetap di rumah, maka setidaknya ada penghasilan untuk mencukupi kebutuhan hidup. Sementara yang diwacanakan oleh pemerintah tak kunjung terlihat realisasinya.

“Bukan kami tidak takut dengan Corona, kami takut, tapi lebih takut lagi untuk keluarga yang dirumah, jadi kami harus tetap aktivitas diluar rumah,” tambahnya.

Untuk tetap mengantisipasi keamanan dan kesehatan dirinya, ia selalu sedia hand sanitizer dan masker. Dewasa ini, penumpang diakui sangat sedikit jumlahnya, maka diantisipasi dengan permintaan pemesanan makanan.

Senada, pengemudi Ojol lainnya, Herman (40) juga mengeluhkan hal yang sama. Dewasa ini, dalam satu hari hanya mendapatkan dua sampai tiga penumpang saja. Hasil yang bisa ia bawa pulang pun hanya kisaran Rp40 ribu sampai Rp50 ribu, jauh dibandingkan kondisi normal.

Pada situasi pendemi seperti ini, Herman yang biasa membawa penumpang bahkan hingga keluar Kota Bekasi, memilih untuk menerima penumpang diwilayah Kota Bekasi saja. Sehari-harinya, ia baru kembali kerumah pada pukul 02.00 dini hari.

“Iya om di sini aja, kalo buat kebutuhan mah ya nggak cukup atuh, tapi alhamdulillah di cukupi, beli beras seliter, mie dan telur,” jelasnya.

Ia memilih untuk tidak pusing memikirkan wacana pemberian bantuan pangan atau bantuan non tunai lainnya dari pemerintah. Terpenting kara dia terus berjuang mencari nafkah untuk kebutuhan hidup keluarganya.

Ditempat yang sama, bantuan makanan kotak diberikan oleh Badan Pengurus Daerah (BPD) Gereja Bethel Indonesia (GBI) Bekasi. Mereka membagikan total 100 kotak nasi untuk para pengemudi Ojol di sekitar area Stasiun Bekasi.

Sebelum bergerak membagikan sembako ditempat ini, BPD GBI Bekasi lebih dulu memberikan 300 paket beras dan air minum cup kepada pemerintah Kota Bekasi. Sumbangan logistik ini, diamanahkan kepada Pemkot Bekasi untuk disalurkan kepada keluarga tidak mampu yang terdampak Covid-19.

“Gabungan dari gereja-gereja yang ada di kota dan kabupaten Bekasi, jadi kita himbau untuk peduli terhadap bangsa. Tiap hari itu kita paketkan 100, kalau bisa lebih kita lebih kan,” ungkap Wakil BPD GBI kota dan kabupaten Bekasi, Noah Ginting.

Nasi kotak dan logistik yang disumbangkan tersebut berasal dari sumbangan 170 gereja Bethel yang ada di Kota dan Kabupaten Bekasi. Rencananya pembagian nasi kotak ini dilakukan berkelanjutan di wilayah kota dan kabupaten. (sur)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin