Berita Bekasi Nomor Satu

Volume Sampah TPA Meningkat

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Volume sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumur Batu, Bantargebang Kota Bekasi meningkat sejak wabah Covid-19 melanda.

Kepala UPTD TPA Sumur Batu, Ulfa Masrofah mengatakan, beberapa hari terakhir, TPA Sumur Batu mengalami peningkatan volume sampah 5 hingga 10 persen. Biasanya sampah yang masuk sebanyak 900 ton perhari sekarang menjadi 1.000 ton perharinya.

“Ya kita sekarang mengalami peningkatan 5 sampai 10 persen perhari atau mencapai 1.000 ton perhari,” kata Ulfa sapaan akrabnya, ketika dikonfirmasi Radar Bekasi, belum lama ini.

Peningkatan volume sampah di TPA Sumur Batu, dikatakannya, karena ada Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sejak Jum’at (10/4) serta social distancing sebelumnya.

“Kalau DKI sampahnya berkurang, karena warga yang bekerja di sana banyak dari daerah lain salah satunya Kota Bekasi. Sehingga berkurang sampah di mereka. Saya juga sudah memberitakan itu, kepada Pak Wali dan Pak Kadis. Kalau sekarang itu yang masuk ke TPA bertambah dari 900 ton kini menjadi 1.000 ton seharinya,” terangnya.

Adanya lonjakan sampah tersebut pihaknya juga harus melakukan penataan kembali beberapa zona agar bisa menampung jumlah sampah yang masuk. Sejauh ini pihaknya mengaku masih ada keterbatasan alat berat. Idealnya kata Ulfa, ada  16 unit, namun yang dimiliki saat ini hanya 7 unit alat berat.

“Kita operator ada 16 orang yang seharusnya disesuaikan dengan operator alat beratnya. Operatornya di shift alat beratnya tidak shift ada saja yang rusak. Kita juga sudah ajukan alat berat, kita tunggu saja kapan akan di realisasikan. Untuk tempat kita pastikan masih bisa menampung sampah warga Kota Bekasi,” tegasnya.

Berbeda dengan TPA Sumur Batu, penurunan volume sampah justru terjadi di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang milik Pemprov DKI. Koalisi Persampahan Nasional (KPNas) menunjukkan sampah dari DKI Jakarta yang dibuang ke TPST Bantargebang berkurang hingga 650 ton per hari.

Penurunan ini diketahui terjadi sejak tanggal 16 hingga 31 Maret 2020, setelah dilaksanakan kebijakan bekerja dari rumah, sehingga mobilitas masyarakat di DKI Jakarta berkurang. Dalam kondisi normal, sampah yang dibuang ke TPST Bantargebang ini mencapai 7.500 ton hingga 7.800 ton per hari, dari total sampah yang diproduksi 9.500 ton hingga 10.000 ton per hari.

Ketua KPNas, Bagong Suyoto melihat penurunan volume sampah ini lantaran kebijakan bekerja, belajar, beribadah di rumah, serta ditutupnya sejumlah area publik menyebabkan produksi sampah berkurang.

“Jika terkurangi 620 ton/hari, berarti masih sisa sekitar 7.000 sampai 7.180 ton/hari. Jumlah timbulan sampah masih sangat besar, sementara semua zona TPST Bantargebang sudah penuh. Sampah di TPST Bantargebang perlu perlakuan khusus, progresif dengan dukungan teknologi skala besar,” terang Bagong.

Meskipun penurunan sampah ini diakui sebagai hal positif, namun hanya berlangsung sementara waktu. Selama pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta saat ini, diharapkan jumlah produksi sampah semakin berkurang, dan sampah yang dibawa ke TPST bisa berkurang hingga 1000 ton per hari.

Saat ini, yang perlu diwaspadai menurutnya adalah limbah infeksinya atau limbah medis. Jika angka yang terjangkit Covid-19 di wilayah DKI Jakarta terus bertambah, maka limbah medis pun ikut bertambah, baik yang digunakan oleh pasien, maupun limbah medis bekas penanganan pasien.

 Limbah medis ini dinilai lebih tepat jika dimusnahkan di sumber atau di hulu. Pertama, setiap rumah sakit yang menangani pasien Covid-19 menyediakan incenerator pemusnah limbah, atau melakukan kerjasama dengan perusahaan yang memilki izin resmi lengkap dan teknologi pemusnah. (pay/sur)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin