Berita Bekasi Nomor Satu

Warga Positif Corona Berkeliaran

Petugas medis mengambil sampel melalui saluran pernapasan dari penumpang KRL saat tes swab PCR di Stasiun Bekasi beberapa waktu lalu. Kini, stok PCR Kit di Kota Bekasi mulai menipis. SEPTIANTO/RADAR BEKASI.
TES SWAB : Petugas medis mengambil sampel melalui saluran pernapasan dari penumpang KRL Commuter Line saat tes swab PCR di Stasiun Bekasi. Pemerintah Kota Bekasi mengambil 1.005 sample tes swab secara acak di Stasiun Bekasi dan tujuh perbatasan Kota Bekasi, hasilnya 9 orang dinyatakan positif. RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Pemerintah Kota Bekasi mesti memperketat pergerakan warga yang lalu lalang. Pasalnya, hasil tes swab yang dilakukan di beberapa tempat diketahui warga positif virus Corona (Covid-19) masih berkeliaran. Warga tersebut masuk dalam Orang Tanpa Gejala (OTG).

Dari 1.005 sampel yang diambil secara acak, sembilan diantaranya ditemukan positif Covid-19. Saat ini tengah dilakukan pelacakan atau tracking terhadap orang terdekatnya yang melakukan kontak fisik.

Tes swab pertama dilakukan di Stasiun Bekasi dan tujuh lokasi check point di perbatasan Kota Bekasi dengan DKI Jakarta, Bogor, dan Kabupaten Bekasi. Hasilnya lima orang ber KTP Bekasi dan empat orang ber KTP luar Kota Bekasi ditemukan positif Covid-19.”Jadi di kita itu totalnya ada lima, ber KTP Kota Bekasi. Jaktim ada tiga, dan satu ada dari Beji, Depok, totalnya semua sembilan,” terang Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi, Kamis (7/5).

Sembilan orang tersebut, tiga diantaranya merupakan penumpang KRL Commuter Line. Sedangkan enam lainnya pengendara yang melintas di perbatasan Kota Bekasi dengan daerah sekitar. Kasus ini dinilai berbahaya menularkan Covid-19.

Saat ini lima orang ber KTP Kota Bekasi sudah diisolasi di rumah sakit rujukan Kota Bekasi. Empat orang di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Chasbullah Abdulmajid, satu diantaranya di salah satu rumah sakit swasta. Hasil tes diumumkan oleh Pemerintah Kota Bekasi kepada orang yang bersangkutan, dan diminta untuk datang ke RSUD Kota Bekasi, satu diantaranya dijemput di tempat kerjanya di kawasan Thamrin, Jakarta. Sejauh ini, Rahmat menyebut kelimanya sangat kooperatif untuk dilakukan tindakan medis.

Belum semua sampel diketahui hasilnya, masih ada 61 sampel yang berproses di RSUD dan masih menunggu hasil.”Hari ini kita juga masih menunggu sebenarnya, karena di samplenya itu terjadi pengeringan, karena dahaknya itu masih ada 61 yang sedang diproses di RSUD,” lanjut Rahmat.

Sekali memproses, alat yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Bekasi di RSUD mampu memproses 96 tabung sampel, dilakukan secara bertahap kepada 1000 sampel yang telah diambil. Rahmat menjelaskan, pihaknya telah berkoordinasi dengan kepala daerah Kota Bogor dan Jakarta Timur mengenai temuan positif warganya oleh Pemerintah Kota Bekasi. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bekasi juga telah berkoordinasi dengan Dinkes daerah setempat untuk melakukan identifikasi dan tindak lanjut terhadap temuan tersebut, guna meminimalisir penyebaran virus Covid-19.

Hasil ini disebut oleh Rahmat sebagai gambaran bahwa Kota Bekasi belum sepenuhnya peningkatan kasus mengalami penurunan. Untuk mencari lebih detail, pihaknya telah menyebar 5000 rapid test ke 56 kelurahan di Kota Bekasi.

Sementara untuk temuan tiga penumpang KRL Commuter Line, terakhir kepala daerah melalui Wali Kota Bogor telah meminta kepada Kementrian Perhubungan (Kemenhub) untuk mengurangi operasional KRL Commuter Line. Atau sebaliknya, menambah lebih banyak sehingga kapasitas penumpang dalam satu KRL  Commuter Line menjadi lebih sedikit.

“Ya kalau di KRL kan terakhir bupati wali kota itu meminta, mengurangi sedikit lagi jumlah penduduk maupun juga menyediakan sebanyak mungkin KRLnya, supaya dalam satu KRL bisa 10 (penumpang) satu gerbong, jangan 30 orang, supaya physical distancing nya terpenuhi,” tukasnya.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Bekasi, Kamaruddin Askar menegaskan, Pemkot Bekasi wajib melakukan antisipasi lebih ketat untuk menghindari penyebaran lebih luas melalui OTG.”Harus dan wajib (diantisipasi lebih ketat). OTG tetap diperlukan isolasi yang ketat, bisa mandiri dibawah pengawasan Dinkes, atau dilakukan di rumah sakit dan dilakukan PCR kedua,” terangnya.

Rasio pasien tanpa gejala ini untuk sembuh disebut oleh Kamarudin tergantung pada daya tahan tubuh yang bersangkutan. Mereka sesegera mungkin harus dikonsultasikan kepada dokter paru untuk dilakukan tindakan medis lebih lanjut.(sur)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin