Berita Bekasi Nomor Satu

Tarif Tes Swab Mencekik

ILUSTRASI: Warga melakukan tes swab sebelum menjalani rutinitas sehari-hari di Stasiun Bekasi, beberapa waktu lalu. Tes swab masih menjadi salah satu syarat untuk berpergian jarak jauh, namun hingga saat ini, biaya tes secara mandiri masih sangat tinggi. RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI
ILUSTRASI: Warga melakukan tes swab sebelum menjalani rutinitas sehari-hari di Stasiun Bekasi, beberapa waktu lalu. Tes swab masih menjadi salah satu syarat untuk berpergian jarak jauh, namun hingga saat ini, biaya tes secara mandiri masih sangat tinggi. RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Biaya tes swab mandiri di laboratorium atau rumah sakit (RS) swasta dibanderol dengan harga tinggi. Bahkan ada yang mencapai Rp3,5 juta di atas harga pasaran Indonesia Rp1,2 juta hingga Rp2 juta.

Kondisi itu menjadi beban tambahan warga, salah satunya calon pekerja migran yang harus menjalani tes swab sebagai salah satu syarat bekerja ke luar negeri.

Hal ini dialami Wido Aji (27) salah satu calon pekerja migran sektor pelayaran yang berencana melakukan tes swab mandiri di salah satu rumah sakit swasta wilayah Perum III Bekasi Timur.

Wido Aji mengakui, dirinya yang hendak berangkat bekerja sebagai seorang anak buah kapal (ABK) terkejut ketika mengetahui biaya layanan tes swab di RS itu dibanderol Rp3,5 juta.

Padahal, kata dia, sesuai informasi dari rekannya yang sudah menjalani tes swab, pasaran tak sebesar dari harga yang ditawarkan RS tersebut. Alhasil, dirinya mengurungkan niat tes swab, karena dianggap sangat memberatkan.

“Saya gak jadi test pas tahu harga yang ditawarkan rumah sakit itu, karena buat saya harganya tak terjangkau. Dan tentunya, harga segitu jelas sangat tidak wajar dan seakan sengaja dimanfaatkan untuk meraup keuntungan besar,” keluh warga Perumnas III ketika ditemui Radar Bekasi di lingkungan tempat tinggalnya, Selasa (25/8).

Masih diselimuti kekesalan dengan tarif itu. Dia pun sangat menyayangkan akan hal tersebut. Pasalnya, situasi Pandemi Covid-19 telah membuat banyak orang dilanda kesulitan untuk menjalani hidup yang serba pas-pasan. Termasuk dirinya yang sudah cukup lama tak memperoleh penghasilan karena kapalnya tak dapat izin beroperasi.

“Saya ini sudah sejak pandemi tak punya penghasilan, karena kapal tak dapatkan izin untuk berlayar. Nah, giliran mau jalan bekerja malah harus ditemui dengan hal menyulitkan dan ini jelas disayangkan,” tuturnya.

Lebih jauh, setelah membatalkan tes swab di rumah sakit itu karena tingginya biaya, Wido pun akhirnya memperoleh solusi dari rekannya yang mengarahkan tes swab lewat layanan Drive Thru milik laboratorium swasta, dan tarifnya juga sesuai harga pasaran, serta hasilnya itu bisa satu hari sesuai dengan waktu yang dibutuhkan.

“Saya sih awalnya kaget, ada pelayanan drive thru untuk swab test ini berarti kan emang udah jadi bisnis ya. Kalau dipikir sih aneh dan sedih juga, ternyata Covid-19 ini kalau menurut saya emang hanya akal-akalan saja dari pihak tertentu yang cuma mencari keuntungan semata. Tapi sudah lah, semoga kondisi ini bisa cepat berlalu dan dapat kembali normal,” ucap Wido.

Terpisah, Ketua Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) cabang Kota Bekasi, dr Eko S Nugroho mengatakan, sejumlah RS swasta pada prinsipnya itu membuka layanan tes swab/PCR punya tujuan untuk perluasan akses. Terlebih, pemerintah kesulitan menangani pasien positif Covid-19 yang sampai saat ini kasusnya semakin meningkat.

“Pada prinsipnya, kita ingin memperluas akses layanan swab test, lagipula pihak pemerintah tak sanggup menangani itu semua karena kasus di kita juga makin tinggi sekarang. Ditambah lagi, langkah RS Swasta buka layanan swab test juga karena ada rekomendasi kalau diagnosa Covid-19 paling akurat dari hasil swab,” kata Eko dikonfirmasi terpisah.

Eko menjelaskan, RS swasta pun tidak semua yang berani membuka layanan ini karena alat medis ini berharga mahal dan tergolong barang mewah. Saat tiba di Indonesia itu, biaya pajaknya pun sangat tinggi, sehingga wajar tarifnya itu dibanderol mahal untuk layanan mandiri.

“Jadi, memang saya kira wajar jika tarif swab test mahal karena RS swasta itu juga harus bayar investasi dari alat uji sample swab test atau PCR yang dibeli dengan harga tinggi, lantaran termasuk barang mewah dengan pajak yang tinggi juga. Kalaupun harganya biar terjangkau ya pemerintah harus buat aturan yang sama saat mematok harga rapid test,” jelasnya.

“Jadi, aturan batasan harganya bukan untuk layanannya, tapi harga eceran dari barang yang kita beli karena ini kategori barang mewah, dan kalau ini diatur tentu biaya layanan pun kemungkinan besar bisa lebih terjangkau,” sambungnya.

Adapun terkait soal pasaran biaya saat ini, Eko menyebut, biaya layanan tes swab rata-rata RS swasta membanderol harga antara, Rp1,2 juta hingga Rp2 juta. Namun, dia tak menampik adanya oknum yang nekat memasang harga diatas pasaran dan itu biasanya, lantaran ada orang yang membutuhkan hasil kilat dari swab test tersebut.

“Yang namanya oknum itu ya dimana-mana pasti ada. Dan untuk mengenai layanan swab test itu biasanya terjadi karena orang atau masyarakatnya yang meminta hasilnya kilat. Sementara yang kita tahu untuk dapat hasil paling cepat itu tiga hari karena antre dan itu swasta. Kalau yang milik pemerintah malah bisa tujuh hari, jadi untuk bisa menghindari ini ya satu-satunya jalan dari pemerintah membuat aturan batas tarifnya,” tutup Eko.

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan telah menetapkan batasan tarif tertinggi yang harus dibayarkan untuk melakukan rapid test antibodi dengan harga Rp150 ribu. Aturan itu tertuang dalam Surat Edaran Nomor HK.02.02/I/2875/2020, tentang batasan tarif tertinggi rapid test antibodi.

Adapun terkait pengujian Covid-19 lewat tes swab, Kemenkes belum melakukan batasan tarif tersebut. Menurut Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, untuk pengujian menggunakan swab memang diprioritaskan bagi pasien dengan gejala Covid-19 yang telah menerima rujukan dari fasilitas kesehatan.

Dan ini ditanggung pemerintah apabila, pasien rujukan dari rumah sakit atau ditemukan dari penelusuran kontak atau contact tracing. “Tes swab itu pada prinsipnya untuk pasien dan dilakukan di fasilitas kesehatan rujukan pemerintah. Maka tes swab tersebut gratis, demikian juga dari hasil tracking ditanggung oleh pemerintah,” ujarnya.

“Akan tetapi, bagi masyarakat yang tes swab mandiri saat ini kami akan segera melakukan pengaturan terhadap harga itu agar bisa terjangkau dan tak sampai menyebabkan keberatan buat sejumlah masyarakat yang akan tes,” pungkasnya. (mhf)

Solverwp- WordPress Theme and Plugin