Berita Bekasi Nomor Satu
Bekasi  

34 Pabrik, 500 Buruh Positif Covid-19

ILUSTRASI: Petugas tenaga kesehatan (Nakes) ketika menunjukkan sampel tes swab pengunjung Stasiun Bekasi belum lama ini. Hingga saat ini insentif nakes tak kunjung diterima. RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI

BEKASI, RADARBEKASI.ID- Klaster industri menjadi perhatian di Jawa Barat. Dalam klaster ini, kasus positif setidaknya ditemukan di tiga kawasan industri yakni MM2100, Jababeka, dan Deltamas. Gugus Tugas Pencegahan dan Penanggulangan (GTPP) Covid-19 Provinsi Jawa Barat telah melacak sekurangnya 34 pabrik. Sebanyak 500 pegawai pun disebut positif Covid-19.

Ketua Divisi Pelacakan Kontak Deteksi Dini Pengujian Massal dan Manajemen Lab GTPP Covid-19 Provinsi Jawa Barat, Siska Gerfianti menyampaikan, dari total 34 pabrik, 12 pabrik yang ditinjau berada di daerah Karawang, sisanya sebanyak 23 pabrik terletak di daerah Bekasi.

“Ada sekitar 500 orang pegawai dari kawasan industri ini yang terkonfirmasi positif Covid-19. Sekarang sedang koordinasi untuk pendataan dengan Pemkab Bekasi,” kata Siska, Selasa (8/9).

Terkait hal itu, Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 Jawa Barat, Daud Ahmad menambahkan, secara umum, industri yang besar itu sudah melakukan protokol kesehatan yang ketat. Namun, lanjut Daud, yang harus diwaspadai bahwa klaster industri kemungkinan tidak terjadi wilayah industri, tapi terpapar di luar.  “Industri sulit untuk melacak atau memonitor kegiatan para pegawai di luar kantor, kemudian masuk ke kantor dan di situlah terjadi penularan internal,” jelasnya.

Oleh karena itu, Gubernur Jabar, kata Daud, telah mengintruksikan kepada pengusaha agar para pegawai dapat mengisi catatan kegiatan harian, tidak hanya selama di tempat kerja tapi selama di luar kerja, baik dalam rumah atau luar rumah. Hal itu diupayakan agar mudah melacak jika terjadi penularan.

“Dengan form yang sederhana, maksudnya agar jika terjadi penularan seperti sekarang itu pelacakannya akan lebih mudah,” katanya.

“Pak Gubernur juga minta untuk ruang-ruang yang tertutup bisa dibuat ventilasi lebih bagus, agar udara bisa mengalir, kemudian juga kalau memungkinkan ada pembatasan shift,” tambahnya.

Dalam kesempatan yang sama, Kasi Pemberdayaan Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat, Dedi Hermandi menyampaikan, Sejumlah pabrik telah diminnta untuk melakukan perbaikan pengawasan dan penerapan protokol kesehatan.

Menurut Dedi, Instruksi yang telah disampaikan, misalnya, pabrik diminta untuk menghilangkan area merokok, penyajian makan harus dengan nasi kotak serta untuk meja makan pun harus dinamai, satu meja hanya boleh untuk satu orang. “Kemudian kawasan industri juga diharapkan membuat fasilitas untuk isolasi mandiri,” tambahnya.

Selain itu, terkait penutupan pabrik akan dilakukan sesuai dengan kondisi kasus. Pasalnya, setiap kasus yang terjadi di satu pabrik mungkin berbeda dengan pabrik lainnya. Dedi mencontohkan, dari hasil investigas, di satu pabrik penularan terjadi hanya di satu line atau wilayah produksi tertentu, sehingga tidak semua pabrik ditutup, tetapi hanya unit yang bersangkutan saja yang ditutup. “Jadi tidak bisa ketika ada satu tempat di produksi pabrik (pegawainya terpapar), pabrik langsung ditutup semuanya,” katanya.

Oleh karena itu, terkait penutupan pabrik, Dedi mengatakan harus didahului dengan pemetaan terlebih dulu, apakah penyebaran terjadi di seluruh areal pabrik atau hanya bangunan tertentu saja. Terlebih dalam satu pabrik, biasanya terdapat beberapa gedung yang berbeda.

“Sampai saat ini, setelah kita konfirmasi ke beberapa kabupten kota, memang yang baru dilalukan penutupan itu baru ada dua yang terinformasikan kepada kami. Pertama, sebuah PT di Kota Bandung, kini sudah kembali beroperasi. (Kedua), perusahan yang di Bekasi, yang kemarin sempat ramai di media sebagai klaster industri baru, setelah melakukan perbaikan protokol sudah beroperasi kembali,” pungkasnya. (rbd)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin