Berita Bekasi Nomor Satu

Jaga Jarak Cukup Sulit Diterapkan Siswa

SMPN 2 Kota Bekasi
ILUSTRASI: Siswa SMPN 2 Kota Bekasi mencuci tangan disela jam istirahat saat simulasi kegiatan belajar mengajar tatap muka, beberapa waktu lalu. Raiza Septianto/Radar Bekasi
SMPN 2 Kota Bekasi
ILUSTRASI: Siswa SMPN 2 Kota Bekasi mencuci tangan disela jam istirahat saat simulasi kegiatan belajar mengajar tatap muka, beberapa waktu lalu. Raiza Septianto/Radar Bekasi

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Protokol kesehatan (prokes) saat pembelajaran tatap muka di sekolah pada Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) wajib dipatuhi guna antisipasi penularan Covid-19. Prokes itu yakni memakai masker, menyediakan penyanitasi tangan, pengukuran suhu tubuh, dan jaga jarak

Satuan pendidikan di Kota Bekasi hingga kini masih melakukan persiapan sebelum diizinkannya belajar langsung di sekolah tersebut. Terdapat prokes yang membutuhkan waktu lama untuk terbiasa diterapkan.

Wakil Kepala SMAN 15 Kota Bekasi Bidang Kesiswaan Ikhsan mengatakan, adaptasi kebiasaan baru untuk menjaga jarak cukup sulit diterapkan oleh siswa di lingkungan sekolah. Sebab, siswa sudah terbiasa berkumpul di dalam satu tempat yang sama.

“Saya rasa adaptasi untuk menjaga jarak cukup sulit untuk diterapkan kepada siswa,” ujarnya kepada Radar Bekasi, Kamis (15/10).

Agar siswa terbiasa menerapkan jaga jarak di lingkungan sekolah, guru harus terus mengingatkannya. “Guru harus memiliki komitmen dalam mengingatkan dan mengajarkan siswa agar jaga jarak bisa diterapkan dengan baik ketika berada di lingkungan sekolah,” tuturnya.

Tak hanya itu, adaptasi sikap dan perilaku ketika siswa kembali bersekolah tatap muka menjadi faktor utama yang perlu diperhatikan. Sebab, kedua hal itu pasti berubah selama pembelajaran jarak jauh dari rumah secara daring.

“Itu juga menjadi PR (Pekerjaan Rumah) kita dalam membentuk kembali sikap dan perilaku siswa yang lebih baik,” katanya.

Wakil Kepala SMPN 29 Kota Bekasi Bidang Humas Nining mengakui hal serupa. “Yang pasti sulit adalah menjaga jarak, karena mereka biasa berkumpul. Ini yang menjadi sulit untuk kita terapkan dan membutuhkan waktu untuk bisa membiasakan ini,” ujarnya.

Apalagi, lanjut dia, siswa sudah cukup lama tak berkumpul bersama selama pandemi ini. Saat kembali bersekolah, mereka pasti akan berkerumun untuk saling berbagi cerita selama di rumah.

“Ini kan sudah menjadi sebuah kebiasaan, maka cukup sulit untuk mereka beradaptasi dengan kebiasaan baru. Pasti membutuhkan waktu dan sosialisasi perlu dilakukan untuk terus mengingatkan siswa,” katanya.

Siswa perlu diingatkan secara terus-menerus agar menerapkan kebiasaan baru secara maksimal. Hal itu tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat.

“Seperti memberikan himbauan agar tidak membuang sampah sembarangan, himbauan untuk menjaga jarak juga harus dilakukan setiap hari. Karena kebiasaan siswa tidak bisa hanya dengan diberikan informasi sekali, tapi harus berkali-kali,” tukasnya. (dew) 


Solverwp- WordPress Theme and Plugin