Berita Bekasi Nomor Satu

Takut Salah, Siswa Pilih Minta Bantuan Sekolah

MENUNGGU: Sejumlah siswa menunggu proses pendaftaran yang dibantu oleh operator sekolah asal. DEWI WARDAH/RADAR BEKASI
MENUNGGU: Sejumlah siswa menunggu proses pendaftaran yang dibantu oleh operator sekolah asal. DEWI WARDAH/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Sejumlah siswa memilih untuk meminta bantuan sekolah asalnya saat proses pendaftaran Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Hal itu mereka lakukan karena khawatir terjadi kesalahan jika mendaftar mandiri, sebab tak begitu paham mekanisme pendaftaran secara daring.

Pendaftaran tahap 1 PPDB jenjang SMA/SMK 2021 mulai dibuka 7-11 Juni 2021. Pendaftaran dilakukan secara mandiri atau operator sekolah melalui laman ppdb.disdik.jabarprov.go.id.

Apriani misalnya, mengaku khawatir terjadi kesalahan saat ingin mendaftar ke SMAN 6 Kota Bekasi. Oleh karena itu, dirinya memilih mendatangi sekolah asalnya untuk meminta bantuan operator. “Saya milih untuk dibantuin sama sekolah, karena kalo daftar sendiri takut salah” ujarnya saat ditemui Radar Bekasi di SMPN 29 Kota Bekasi, Selasa, (8/6).

Terlebih, ia maupun orang tuanya tak memahami proses pendaftaran mendiri secara daring ini. “Saya masih kurang paham untuk mendaftarkan secara mandiri, karena mamah juga gak paham. Jadi aku minta tolong sama sekolah buat dibantu untuk daftar SMA,” tukasnya.

Hal senada disampaikan oleh kerabatnya, Annisa, yang memilih tak mendaftar secara mandiri. “Aku takut ada kesalahan, baik itu untuk data atau cara mendaftarnya,” ungkapnya.

Menurutnya, dengan dibantu oleh operator sekolah faktor kesalahan akan lebih kecil dibandingkan secara mandiri. “Kalo dibantu sekolah kayaknya bakalan aman, jadi kalo ada kesalahan kan tinggal minta diarahin sekolah untuk diperbaiki,” tukasnya.

Wakil Kepala SMPN 29 Kota Bekasi Bidang Humas Nining mengaku, banyak anak didiknya yang meminta bantuan untuk mendaftar sekolah. Dari 308 siswa yang lulus tahun ini, 100 siswa diantaranya meminta bantuan pendaftaran.

“Memang tahun ini lebih banyak siswa yang meminta bantuan, justru tahun lalu tidak ada siswa yang hadir. Paling hanya ada 10 siswa, sisanya mereka sudah yakin untuk daftar secara mandiri,” ujar Nining.

Nining menyampaikan, ketakutan orang tua siswa untuk mengikuti proses PPDB tahun ini lebih besar. Sehingga lebih banyak siswa yang memilih jalur aman dengan meminta bantuan sekolah asal.

“Padahal kita sudah melakukan sosialisasi secara masif kepada orang tua dan siswa, tapi memang ya ketakutan orang tua siswa itu lebih besar. Takut anaknya gak ke daftar, makanya lebih memilih untuk dibantu sekolah,” ujarnya.

Ia mengungkapkan, sebagai wujud menyukseskan PPDB sekolah akan melayani siswa dengan baik. “Mereka hadir untuk meminta bantuan, masa kita biar kan. Yang terpenting kami minta untuk siswa melampirkan Surat Tanggung Jawab Mutlak Orang Tua (STJM) dalam proses PPDB tahun ini,” terangnya.

Kepala Kantor Cabang Dinas Pendidikan (KCD) Wilayah III Asep Sudarsono mengungkapkan, proses PPDB secara daring baru diterapkan selama 2 tahun terakhir. Maka wajar bila kekhawatiran orang tua saat ini masih ditemukan.

“Penerapan online ini kan baru 2 tahun terakhir ya, saya rasa masih banyak ke khawatiran orang tua yang berlebih. Makanya timbul lah rasa tidak percaya diri untuk mendaftarkan online secara mandiri,” ujarnya.

Hal itu menjadi sebuah tantangan bagi setiap satuan pendidikan untuk benar-benar bisa memberikan pemahaman secara penuh kepada orang tua peserta didik baru.

Terkait belum pahamnya siswa untuk melakukan pendaftaran daring secara mandiri, KCD menampik minimnya sosialisasi. Ia menegaskan sosialisasi sudah dilakukan secara massif kepada sekolah asal maupun masyarakat sekitar yang dalam hal ini orang tua peserta didik baru.

“Sosialisasinya sebenernya sudah matang, cuman kadang orang tua kalo disuruh hadir mereka gak hadir. Akhirnya ujung-ujungnya gak paham, nah jadi munculah pemikiran gak bisa dan akhirnya gak paham,” katanya.

Tentunya, dalam hal ini KCD meminta sekolah tujuan maupun sekolah asal agar dapat melayani masyarakat dengan baik. Tak lupa dirinya menghimbau agar satuan pendidikan tidak memungut biaya sepeserpun dalam proses PPDB.

“PPDB ini dibiayai oleh dana BOS, jadi jangan sampe ada yang mungut biaya. Layani masyarakat dengan baik, karena itu sudah menjadi tugas bersama,” tukasnya. (dew)

Respon (1)

  1. Selama 4hari ini memantau sistem ppdb kota bekasi jalur prestasi raport untuk pilihan wilayah tempat tinggal kami. Terlihat ada banyak sekali nilai score yang sangat janggal, dikarenakan penginput (siswa atau pihak sekolah) yang tidak jujur menginput score untuk mendongkrak nilai siswa agar bisa diterima. Mohon kepada team admin dan team verifikator lebih cermat dan teliti dalam verifikasi dat serta mengambil tindakan tegas jangan sampai ditoleransi ketidakjujuran yang mengakibatkan siswa lain (yang jujur) harus tersingkir. Harus ada punishment terkait adanya pihak2 yang melakukan pelanggaran “manipulasi data” yang curang agar bisa lolos di sistem ppdb, misalnya black list sekolahnya atau didiskualifikasi. Bangsa Indonesia tidak kekurangan orang pintar, tapi masih kekurangan orang jujur. Semoga Integritas berbasis Kejujuran bisa ditegakkan.

Komentar ditutup.

Solverwp- WordPress Theme and Plugin