Berita Bekasi Nomor Satu

Terminal Tambelang dan Sukatani Tidak Terawat

Illustrasi : Sejumlah Bus Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) yang sudah mulai beroperasi sedang menunggu penumpang di Terminal Kalijaya Cikarang, Kabupaten Bekasi, Senin (8/6). ARIESANT/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, CIKARANG PUSAT – Kondisi terminal Tambelang dan Sukatani, sangat tidak layak digunakan, karena tak ada perawatan. Pemanfaatan kedua terminal itu saat ini, bukan lagi seperti terminal, melainkan sebagai tempat parkir dan berkumpulnya para Pedagang Kaki Lima (PKL).

Padahal, perawatan kedua terminal itu menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bekasi, karena statusnya masih tipe C. Namun, tidak ada perawatan kedua terminal itu diakui oleh

Kepala Bidang Angkutan Dinas Perhubungan Kabupaten Bekasi, Sugiarto, mengakui dua terminal itu tidak ada perawatan.

Menurutnya, untuk di Kabupaten Bekasi, memang hanya ada dua terminal, yakni Terminal Tambelang dan Sukatani, memang menjadi kewenangan Pemkab Bekasi, karena masih tipe C. Saat ini, angkot yang berada di dua terminal itu, sudah banyak yang tidak beroperasi lagi. Sehingga tidak dilakukan pemeliharaan.

“Angkot juga sudah banyak yang nggak beroperasi, jadi untuk pemeliharaan tidak dilaksanakan,” ujarnya kepada Radar Bekasi, Kamis (25/11).

Kata dia, perawatan terminal akan kembali dilakukan, jika angkot kembali aktif beroperasi, dan masuk dalam terminal. Apalagi untuk sekarang, anggaran buat perawatan terminal kena refocusing. Oleh karena itu, selama pandemi Covid-19, tidak ada pemeliharaan terminal. Walaupun sebenarnya, dari sebelum pandemi, memang sudah tidak terawat.

“Terminal ini mulai tidak terawat sejak pandemi, karena anggaran terkena refocusing semua. Kami menunggu angkot beroperasi, kalau sudah berjalan normal, dan membutuhkan terminal, mungkin baru kami rawat,” ucapnya.

Sugiarto menambahkan, terminal Sukatani kondisinya banjir setiap turun hujan. Kemudian, untuk memperbaiki itu, anggaran yang ada tidak cukup, karena membutuhkan pembangunan fisik yang lebih besar. Maka dari itu, membutuhkan dana dari Dinas Cipta Karya, yang punya kewenangan.

“Kami harus bersurat ke Dinas Cipta Karya, untuk membangun fasilitas terminal itu. Sebab, kalau Dishub, tidak sanggup untuk melakukan perawatan,” tuturnya.

Sugiarto menjelaskan, jumlah angkot yang tercatat sebenarnya banyak, hanya saja, karena situasi pandemi ini, banyak sopir angkot yang tidak bisa beroperasi. Bahkan untuk sekarang, ada beberapa trayek atau jurusan yang sudah tidak beroperasi 100 persen, seperti Setu dan Babelan.

“Kalau dari jumlah kendaraan banyak, cuma sudah nggak pada beroperasi, yang masih terdata hampir 40 jurusan. Tapi dari jumlah itu, ada beberapa jurusan yang sudah mati,” tandasnya. (pra)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin