Berita Bekasi Nomor Satu

Perlu Perhatikan Kesiapan Sekolah, Guru, dan Siswa

ILUSTRASI: Sejumlah siswa SDN Jatiasih X Kota Bekasi saat mengikuti asesmen nasional di sekolah. Rencana penerapan kurikulum baru di seluruh satuan pendidikan mulai 2022 perlu memperhatikan kesiapan. Mulai dari sekolah, guru, hingga siswa. DEWI WARDAH/RADAR BEKASI
ILUSTRASI: Sejumlah siswa SDN Jatiasih X Kota Bekasi saat mengikuti asesmen nasional di sekolah. Rencana penerapan kurikulum baru di seluruh satuan pendidikan mulai 2022 perlu memperhatikan kesiapan. Mulai dari sekolah, guru, hingga siswa. DEWI WARDAH/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Rencana penerapan kurikulum baru di seluruh satuan pendidikan mulai 2022 perlu memperhatikan kesiapan. Mulai dari sekolah, guru, hingga siswa.

Pengamat Pendidikan Tengku Imam Kobul Mohammad Yahya menilai, kurikulum baru yang sudah diterapkan oleh sekitar 2.500 sekolah penggerak itu cukup bagus. Namun, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) perlu memperhatikan kemampuan sekolah, guru, dan siswa sebelum menerapkannya di seluruh satuan pendidikan.

“Kurikulum baru memang bagus, tapi harus disesuaikan juga dengan kemampuan sekolah, guru dan siswanya,” ujarnya melalui sambungan seluler kepada Radar Bekasi, Senin (20/12).

Pria yang akrab disapa Tengku ini menilai, wacana penerapan kurikulum baru mulai tahun depan itu tidak sinkron dengan kondisi dan fasilitas yang dimiliki oleh satuan pendidikan.

“Saya menilai ini tidak sinkron dengan keadaan pandemi yang belum stabil dan masih dilakukan evaluasi PTM setiap dua minggu sekali. Dengan fasilitas yang dimiliki sekolah juga bisa dilihat sudah benar-benar siap atau belum,” terangnya.

Menurutnya, perubahan kurikulum memang harus dilakukan. Namun sebelum menerapkan kurikulum yang baru, pemerintah wajib melakukan evaluasi terlebih dahulu.

Evaluasi dapat dilakukan pada sejumlah sekolah penggerak yang sudah menerapkan kurikulum tersebut. “Evaluasi harus dilakukan, saya belum denger tuh sampai sekarang evaluasi kurikulum yang sudah diterapkan di sekolah penggerak. Sinkron tidak jika dilakukan di masa pandemi yang belum stabil ini,” katanya.

Lebih lanjut dikatakan, jika sudah ada evaluasi yang dilakukan maka bisa dilihat kurikulum baru tersebut sinkron atau tidaknya apabila diterapkan di masa pandemi yang belum stabil ini.

“Jika ada evaluasi bisa menimbang, dari mana kurikulum ini sinkron jika diterapkan d imasa pandemi yang belum stabil dan dari sisi mana jika belum sinkron. Karena semuanya harus ada penilai sehingga masyarakat juga bisa ikut menilai,” terangnya.

Sementara, Ketua 1 Dewan Pendidikan Kota Bekasi Andi Sopandi mengungkapkan, terkait kurikulum baru ini pihaknya belum banyak mempelajari isinya.

“Saya belum banyak mempelajari mengenai kurikulum baru ini, namun memang beberapa bisa dilihat dan diamati,” katanya.

Menurutnya, kurikulum baru akan membangun sebuah arah dan lingkup yang baru, sehingga membutuhkan adaptasi bagi sekolah, kepala sekolah, guru dan siswa.

“Yang harus dilakukan sebelum penerapan dilakukan secara menyeluruh, adalah basic kurikulumnya dulu  diperkuat,” terangnya.

Menurutnya, penerapan kurikulum nanti tidak bisa dilakukan oleh seluruh sekolah. Akan tetapi perlu dilakukan secara bertahap bagi sekolah yang memang dinilai sudah siap.

“Biasanya memang kalo ada kurikulum baru dilihat dari kesiapan sekolah. Sudah siap atau belum dan saya rasa nantinya tidak semua sekolah bisa menerapkan kurikulum baru ini,” tuturnya.

Dewan Pendidikan akan tutur melakukan evaluasi  penerapan kurikulum baru oleh sekolah penggerak pada 2022 nanti. Sehingga tiga aspek penerapan kurikulum dapat dilihat nantinya.

“Kami  rencananya akan ikut melakukan evaluasi kurikulum baru yang sudah diterapkan di sekolah penggerak dan kami akan melihat dari ketiga aspek penting penerapan kurikulum,” ucapnya.

Ketiga aspek penting dalam penilaian kurikulum baru, yaitu dari tingkat efektifitas kurikulum, sejauh mana sekolah dapat menerapkan kurikulum baru, dan berdampak seperti apa kurikulum baru pada peningkatan kualitas pendidikan.

“Evaluasi sendiri tidak bisa dilakukan satu atau tiga bulan penerapan. Tetapi dapat dilihat minimal satu semester penerapan, makanya kita akan coba lihat dan hasilnya evaluasi nya nanti akan kita sampaikan kepada masyarakat juga,” tandasnya.

Sebab, kata daia, penerapan kurikulum baru juga akan berdampak pada penilaian orang tua siswa sebagai masyarakat. Sehingga menjadi kewajiban pemerintah untuk meyakini masyarakat bahwa kurikulum baru ini bisa membawa peningkatan kualitas pendidikan lebih baik lagi. (dew)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin