Berita Bekasi Nomor Satu

Menjaga Eksistensi Kebudayaan Lokal di Era Industri 4.0 (1)

Radarbekasi.id – Kota Industri, dua kata itulah yang terlintas di pikiran setiap orang ketika mendengar sebuah tempat yang bernama Kabupaten Bekasi. Sebuah julukan yang memang benar adanya karena fakta membuktikan bahwa Kabupaten Bekasi telah menjelma menjadi salah satu kawasan industri terbesar di Asia Tenggara. Segala macam industri bisa ditemukan di Kabupaten Bekasi.

Dikenal dengan Kota Industri yang cukup besar bukan berarti Kabupaten Bekasi tidak memiliki kebudayaan lokal. Beberapa kesenian lokal Kabupaten Bekasi yang wajib kita ketahui diantaranya seperti Tari Topeng Bekasi, Wayang Kulit Bekasi, Tanjidor Bekasi, Kliningan Tanji, Calung Delengket dan masih banyak kesenian lokal di Kabupaten Bekasi yang mungkin belum kita ketahui. Sebagai generasi penerus wajib hukumnya bagi kita untuk mengenal kesenian-kesenian tersebut.

Hadirnya era baru industri 4.0 menjadi tantangan baru bagi masyarakat lokal Kabupaten Bekasi. Sistem otomatis di era industri 4.0 ini bukan hanya akan merevolusi keadaan masyarakat dari sisi teknologi informasi yang serba instan. Tetapi, aspek kebudayaan pun akan terkena dampaknya.

Apa pengaruh era industri 4.0 terhadap kebudayaan yang ada di Kabupaten Bekasi? Jelas pengaruhnya akan sangat signifikan terhadap seluruh aspek kehidupan masyarakat termasuk kebudayaan. Sistem serba canggih di era industri 4.0 memungkinkan setiap orang untuk mengakses segala bentuk informasi dari seluruh dunia dengan sangat cepat. Hal itu memungkinkan seseorang untuk melihat kebudayaan luar melalui segala kecanggihan yang ada di genggamannya.

Hal ini bisa menjadi kekhawatiran tersendiri disaat semakin meredupnya kesadaran generasi muda dalam melestarikan kebudayaan lokal. Ditambah lagi dengan keadaan Kabupaten Bekasi sebagai kawasan industri besar yang dapat mengundang investor serta penduduk dari mancanegara untuk datang ke daerah ini. Sebagai salah satu contoh di Kabupaten Bekasi sering diadakan Momiji Matsuri yang mana acara tersebut sangat kental dengan kebudayaan Jepang. Yang menjadi perhatian adalah Momiji Matsuri ini sangat diminati oleh warga Kabupaten Bekasi terutama kalangan anak muda, sedangkan pertunjukan kebudayaan lokal sendiri sangat sepi peminat.

Kemajuan di era industri 4.0 tentu bisa menjadi suatu hal yang positif bila kita mampu mengendalikan diri. Namun dengan melihat keadaan yang ada, era baru justru semakin mengikis kearifan lokal yang telah tertanam sejak dahulu kala. Perlu adanya kesadaran dari berbagai pihak dan solusi yang tepat untuk mempertahankan kebudayaan lokal Kabupaten Bekasi di era industri 4.0.

Solusi yang pertama adalah tetap mempertahankan perilaku yang membudaya dengan mempertahankan nilai dan norma yang dijunjung tinggi. Masyarakat Indonesia terkenal akan keramahan dan sopan santunnya, misalnya selalu membungkukkan badan ketika berjalan di depan orang lain, mencium tangan ketika bersalaman dengan orang yang lebih tua dan masih banyak lagi adab yang mencerminkan perilaku yang menjadi ciri khas bangsa ketimuran ini.

Hadirnya sistem daring di industri 4.0 membuat segala sesuatunya menjadi serba instan. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan perut pun bisa dipenuhi dengan sistem daring tersebut. Munculnya fenomena ini bisa saja menyebabkan kemalasan apabila tidak dimanfaatkan secara bijak. Dengan kata lain manusia bisa dikendalikan oleh robot. Akibatnya adalah kurangnya interaksi langsung antarmanusia dan sangat bertentangan dengan perilaku yang membudaya, karena tidak terlatih untuk bersosialisasi dalam kehidupan sehari-hari.

Kasus seperti ini pernah terjadi di Inggris. Pada pertengahan abad ke-18 di Inggris terjadi revolusi industri yang ditandai dengan perubahan penggunaan tenaga manusia menjadi tenaga mesin. Revolusi ini mendatangkan kemakmuran bagi sebagian masyarakat. Namun di sisi lain revolusi industri ini menimbulkan paham kapitalisme dan dehumanisasi. Manusia menjadi tidak dihargai sebagai manusia dan tidak memanusiakan manusia. Hingga akhirnya dimasukanlah mata pelajaran Social Studies ke dalam kurikulum, agar masyarakat di sana mempelajari masalah interaksi sosial serta ikut berperan aktif dalam kehidupan masyrakat.

Kasus seperti di Inggris bisa saja terjadi di negara kita, jika kita tidak bijak dalam menggunakan teknologi. Maka dari itu meskipun sistem canggih mengelilingi kehidupan, jangan sampai kita terbawa arus apalagi ketergantungan. Sehingga kita tetap mempertahankan perilaku yang membudaya sebagai bagian dari warisan bangsa Indonesia. Karena bagaimana mau melestarikan kebudayaan lokal jika bersosialisasi saja jarang dilakukan.

Kedua adalah dengan cara membiasakan diri menggunakan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari. Di Kabupaten Bekasi sendiri yang terdapat banyak pendatang dari berbagai daerah bahkan mancanegara, penggunaan bahasa daerah menjadi semakin mengkhawatirkan. Masyarakat menjadi enggan menggunakan bahasa daerah kelahirannya. Bahkan anak baru lahir pun sejak balita tidak lagi diajarkan bahasa daerah yang baik. Melihat fenomena ini sudah semestinya bagi kita untuk kembali menggunakan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari. (*)

Guru SMPIT Annur Cikarang Timur