Berita Bekasi Nomor Satu

Anak yang Kecanduan Medsos

Apakah anak Anda memegang smartphone setiap hari? Apakah ia memiliki akun media sosial (Facebook, Twitter, Instagram, Line, Path, dll) sendiri?

Coba ingat kembali, berapa jam waktu yang anak Anda habiskan untuk menggunakan media sosial dalam sehari? Lalu, seringkah ia meletakkan smartphone di dekat tempat tidur ? Sering panik jika paket internetnya habis? Jika lebih banyak jawaban “Iya”, maka tanpa sadar anak Anda telah kecanduan media sosial sehingga terus menggunakannya sepanjang waktu dan bisa dipastikan anak Anda terkena candu FOMO..!

Apa itu FOMO? Fear of Missing Out. Sindrom kecemasan sosial yang ditandai dengan keinginan untuk terus terhubung dengan apa yang dilakukan orang lain.

Fear of Missing Out (FOMO) menjadi fenomena baru yang lahir di tengah dominasi kaum millennial di era kemajuan teknologi informasi berbasis dunia maya.

FOMO erat dikaitkan dengan tingkat keterlibatan dengan media sosial. Kehadiran media sosial dalam kehidupan individu telah memperkuat kebutuhan dan keinginan untuk mengetahui apa yang individu lain lakukan dan katakan sepanjang waktu. (Abel, dkk., 2016: 35).

Fear of missing out juga terjadi karena kurangnya komunikasi di dunia nyata dan kuatnya hubungan dengan peer group sehingga memungkinkan pengguna untuk membuat dirinya terkoneksi dengan individu lain dalam berbagai hal atau konten, seperti informasi profil, update berita, atau status mereka. (Steinfield dkk, 2013: 131)

Menurut Psikolog Arnie Kozak, Ph.D., “FOMO terjadi ketika kita mengabaikan pengalaman yang kita rasakan sendiri karena terlanjur terobsesi pada pengalaman orang lain yang tidak kita alami”.

Seorang tokoh peniliti ahli Psikologi dari University of Essex Inggris, Dr. Andrew K. Przybylski  dalam jurnalnya Computers in Human Behavior mengatakan ;  FOMO sendiri sebenarnya bukanlah hal baru tetapi “Yang baru adalah peningkatan waktu penggunaan media sosial”. Hal itu menawarkan semacam jendela baru untuk melongok ke dalam kehidupan orang lain, namun bagi orang yang memiliki kadar FOMO yang tinggi hal ini bisa menimbulkan masalah karena mereka cenderung selalu mengecek akun media sosialnya untuk melihat apa saja yang dilakukan teman-teman mereka sehingga mereka rela mengabaikan aktivitasnya sendiri. (Przybylski, 2013:1841).

Pemicu utama fenomena ini yakni FOMO., berasal dari penggunaan media sosial yang kian marak, sehingga muncul Rasa iri akibat dipicu oleh kesan bahwa orang lain memiliki hidup yang lebih baik dan bahagia dari yang anak Anda lihat dalam feed media sosial orang lain. ketika anak Anda membuka akun jejaring sosialnya lalu mengetahui teman-temannya tampaknya asyik membahas sesuatu dan ia merasa sedih sebab tertinggal tak dapat mengikuti obrolan itu, bahkan tak tahu apa yang sedang teman-temannya bicarakan.

Keadaan ini menyebabkan rasa keinginan besar bagi anak untuk tetap terhubung dengan media sosial secara terus-menerus, terutama untuk mengetahui apa yang orang lain lakukan. Perasaan iri ini semakin berlarut-larut kemudian berkembang menjadi rasa cemas berlebih.

Hal ini sejalan dengan temuan yang dimuat pada laman Harvard Business Review. Berbagai penelitian pada laman tersebut menyatakan bahwa yang terkena dampak FOMO akan mudah merasa cemas dan sedih jika menghabiskan lebih banyak waktu untuk menggunakan media sosialnya sehingga dapat merusak kondisi mental seseorang.

Media sosial memang memiliki manfaat tersendiri, tapi persepsi tentang bagaimana anak Anda menggunakan dan memanfaatkan media sosial itu sendiri berubah jika anak Anda lebih betah dan nyaman menghabiskan waktu berjam-jam di depan Smartphone atau Komputernya sepanjang waktu tanpa memperdulikan interaksi secara langsung dengan lingkungan sekitarnya dan cenderung menggunakannya untuk mengikuti kehidupan aktivitas orang lain secara intens sebagai kepuasan tersendiri bagi anak.

Sering menganggap bahwa media sosial adalah satu hal penting bagi mereka, sehingga mereka lebih bergantung pada sarana ini sebagai bagian dari interaksi sosial, ketimbang mungkin tatap muka langsung dengan orang lain.

Lantas, apa peran orangtua dalam menyikapi masalah ini? Bagaimana tips mencegah fenomena FOMO ? Ada beberapa cara ampuh untuk terhindar atau menghindarkan anak Anda dari efek FOMO, berikut adalah tipsnya : Pertama, dengan membatasi dengan puasa sosial media. Anda selaku orangtua bisa menghapus aplikasi sosial media anak dari smartphonenya agar anak-anak tidak dapat lagi mengakses selamanya.

Kedua, jika belum bisa seperti cara pertama karena mungkin terlalu ekstrem, maka para orangtua bisa dengan membatasi penggunaannya sebagai sebuah reward. Misalnya, buatlah janji kepada anak anda sendiri, apabila mereka berhasil menyelesaikan pekerjaan rumah atau tugas sekolah dengan baik bahkan mendapat predikat nilai yang memuaskan maka anak berhak mendapatkan reward yakni boleh akses sosial media mereka selama beberapa menit atau waktu yang telah disepakati bersama sebelumnya.

Ketiga, berkonsultasi dengan psikolog anak. Psikolog dapat membantu anda menemukan cara untuk mengatasi rasa cemas akibat FOMO pada anak anda, salah satunya melalui terapi.

Terapi bertujuan untuk mengenali latar belakang munculnya FOMO serta apa yang harus anda lakukan untuk mengurangi kecemasan tersebut pada anak. Rasa cemas yang berlarut-larut dapat mengakibatkan frustrasi, bahkan depresi.

Sayangnya, para orangtua yang anaknya mengalami FOMO sering kali tidak menyadari bahwa penggunaan media sosial berlebih telah membawa berdampak besar terhadap kondisi mental anaknya. Dengan konsultasi kepada psikolog diharapkan bisa menemukan solusi terbaik untuk mengatasinya.

Psikolog Klinis Felicia Ilona Nainggolan dalam acara talkshow “Social Media: Space for Mental Health Crisis intervention” mengatakan ; Pentingnya peran Orangtua dalam mencegah anak kecanduan media sosial. Menurutnya, Orang tua dapat menerapkan batasan waktu bagi anak-anaknya dalam menggunakan media sosial, sehingga anak bisa belajar mengurangi durasi waktu penggunaan media sosial dan mengerti batasan penggunaan ponsel saat sedang berbincang langsung dengan orang lain.

 

Maka tips yang kelima, Anda selaku orangtua juga bisa melakukan kegiatan bersama anak anda jika tidak ada pekerjaan apa pun atau sekedar manfaatkan waktu untuk istirahat libur dan melakukan quality time bersama keluarga seperti melakukan kegiatan outdoor, car free day, rekreasi keluarga.

Dengan menyisihkan waktu itu orangtua bisa mengurangi dampak efek FOMO terhadap anak sekaligus mempererat komunikasi dengan anak juga membuat diri anak serta anda rileks sejenak dan bermanfaat. (*)