Berita Bekasi Nomor Satu

Pendidikan Keagamaan dan Literasi Digital

Wasto Pujawiatna, S.Pd
Wasto Pujawiatna, S.Pd

Radarbekasi.id – Abad 21 menuju era Indonesia emas membutuhkan tanggungjawab dari guru dan para orangtua untuk mendidik anak-anak kita membekali diri dengan bekal ilmu baik ilmu agama dan ilmu umum. Bagi orang tua yang anak-anaknya menempuh pendidikan di pondok-pondok pesantren atau sekolah yang berciri khas keagamaan mungkin tidak terlalu bermasalah, tapi bagi orang tua yang menyekolahkan anak-anaknya di sekolah umum atau sekolah negeri, rasanya pengajaran agama terlalu sedikit. Bagaimana menyiasati agar anak kita tidak terlalu jauh ketinggalan pengetahuan agama dan praktik agama khususnya agama Islam dari anak-anak yang sudah bersekolah di pesantren? Ada bebarapa solusi dari permasalahan tersebut.

Diantaranya; a) Pulang sekolah belajar agama atau mengaji di ustad atau guru ngaji di masjid atau musola b) Orang tua memanggil guru ngaji ke rumah dalam bentuk private karena orantua sibuk c) Orang tua mengajar mengaji sendiri kepada anak-anaknya jika mempunyai latar belakang keagamaan atau pernah mengenyam pendidikan agama di sekolah Agama atau pesantren. d) Ketika Liburan semester mengikuti pendalaman agama yang diadakan oleh beberapa pihak ketiga.

Zaman globalisasi yang semakin cepat baik informasi maupun segala hal dalam berbagai bidang tentunya menjadi perhatian orang tua dalam menyikapi perkembangan ini. Salah satunya dengan membekali pengetahuan dan praktik agama yang benar oleh pengajar ataupun ustad/ustadzah yang ada di lingkungan rumah. Orang tua yang bijak tentunya harus bersama-sama ingin masuk surganya Allah SWT dengan seluruh anggota keluarga. Tidak ada istilah masuk surga sendiri sedangkan anggota keluarga dibiarkan tidak menjalankan sariat agamanya. Memang sekarang ini kehidupann beragama semakin terasa seiring dengan pergaulan anak-anak remaja akibat pengaruh media sosial dan internet yang hampir semua bisa mengakses melalui gawai dan laptop tanpa pandang bulu. Orang tua dan guru tidak bisa menjaga atau mengikuti anak-anak selama 24 jam. Pendidikan agama dan contoh teladan dari orang tua, tokoh masyarakat dan guru-guru menjadi panutan bagi anak-anak kita.

Dengan pendidikan agama yang didapat oleh anak-anak tentunya menjadi pertahanan moral dari serbuan hal-hal yang negatif, memang tidak mudah seperti halnya membalikkan telapak tangan. Tapi dengan semangat dan kerja keras dari orang tua untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan agama pasti ada pertolongan dari Allah SWT. Anak-anak pelajar putra dan putri sekarang semakin aktif menghadiri peringatan-peringatan hari besar agama baik yang dilaksanakan di sekolah maupun yang dilaksanakan di masjid atau musala dengan istilah hadiran ini menjadi fenomena positif, ada lagi mengikuti majelis taklim remaja.

Lembaga seperti sekolah ada ekskul marawis, kasidah, pidato agama, pelajaran BTQ selain Pendidikan Agama Islam yang merupakan mata pelajaran wajib, masalahnya tetap pendidikan agama didalam keluarga itu menjadi keharusan dan kewajiban tanpa bisa ditawar lagi. Peran guru-guru di sekolah juga sangat penting mengingatkan kepada orang tua ketika rapat awal tahun, pembagian rapor mid semeter, dan akhir semester. Peran wali kelas untuk jenjang SMP dan SMA/SMK sangat besar pengaruhnya untuk mempelajari agama dengan baik. Guru agama itu sebagai ujung tombaknya di sekolah sebagai pembina rohani sekaligus sebagai penilai pengetahuan dan keterampilan agama khusunya agama islam.

Literasi digital pentingkah bagi anak-anak kita? Kan anak-anak sudah lebih pintar menguasai gadget? Nanti dulu! Memang tidak salah anak-anak kita ini dalam penguasaan mengoperasikan komputer diajarkan sekali saja sudah cepat menyerap pengetahuan komputer dibandingkan dengan orang tua .

Literasi digital disini anak-anak terampil mengoperasikan, mengakses, mengirim data mengunduh dan mengunggah. Jadi tidak hanya pintar bermain game macam-macam. Tapi peran keluarga orang tua khususnya memberi fasilitas dan perangkat laptop atau komputer, printer, flash disk dan lain sebainya.

Sebagai bekal mereka menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi harus diberi bekal literasi Digital apalagi saat ini segala sesuatu itu mesti daring untuk semua jenjang dan kantor-kantor pemerintah maupun swasta. Bagaimana dengan yang tidak mempunyai biaya jangan untuk membeli laptop untuk makan sehari-hari saja susah. Kalau seperti itu hal klasik yang penting tadi ada kemauan dan kerja keras tidak ada yang tidak mungkin dan tidak akan tercapai. Menguasai perangkat komputer yang diarahkan dan terarah itu lebih bijak daripada dibiarkan semaunya tanpa arah yang jelas.

Kalau anak menguasai IT otomatis sudah berliterasi digital, anak-anak sudah belajar komputer disekolah untuk jenjang SMA/SMK dan ada beberapa SD/SMP, kalau sekarang di SMP tidak ada Mapel TIK. Peran orang tua lagi mengingatkan anak-anak untuk belajar Literasi Digital dengan serius dan sungguh-sungguh sambil diberi perangkatnya.

Banyak orang tua yang sekuat tenaga membelikan anaknya laptop untuk persiapan UNBK agar anaknya mempunyai laptop sendiri. Demi anak orang tua mengorbankan segalanya. Kalau hanya laptop atau komputer itu kecil perjuangan orang tua nyawa pun diberikan untuk anak. Sekali lagi pendidikan agama dan literasi digital dalam arti luas dua hal yang sangat penting di era sekarang ini tidak bisa ditawar-tawar atau masa bodoh. Dengan kekuatan dan semangat yang kuat untuk memanjakan anak supaya bersama-sama menjadi anak yang berbakti kepada agama, orang tua, dan bangsa. (*)

Anggota KGBPR