Berita Bekasi Nomor Satu

Kotak Kubus ‘Ajaib’ Penyimpan Air

MERAKIT SUMUR RESAPAN: Modular tank sumur resapan berbasis ecodrain (tengah) yang ditampilkan akademisi teknik sipil UMB.

Lima tahun lalu ada konsep sumur resapan. Biopori. Kini, hadir sumur resapan berbasis Ecodrain. Diklaim bukan hanya mampu mencegah banjir. Sekaligus mampu menampung air. Seperti apa?

LAPORAN: SURYA BAGUS
Margajaya, Bekasi Selatan

Sumur resapan berbasis Ecodrain itu diperkenalkan oleh dua akademisi kampus Universitas Mercu Buana (UMB) kepada wartawan di Margajaya, Bekasi Selatan, Jumat (14/2) lalu. Keduanya adalah Suprapti, sekretaris Prodi Teknik Sipil dan Eka Nur Fitriani, dosen Teknik Sipil.

Keduanya fasih berbicara soal air dan teknik pencegahan banjir. Bukan hanya teori. Mereka membawa satu alat yang disebut Modular Tank. Sebuah kotak ‘ajaib’ berbentuk kubus yang bisa dibongkar pasang. Berbahan plastik Polypropylene. Blok-blok plastik itu diklaim dapat berfungsi sebagai drainase. Mengalirkan air di bawah permukaan tanah. Sekaligus media penyimpanan air bawah tanah (tangki resapan).

’’Ini dapat menampung air berkapasitas 106 liter (0,106 m3). Blok-blok plastik ini berbahan Polypropylene. Bisa dirakit. Satu blok berukuran panjang 60 cm x lebar 40 cm x tinggi 45 cm,’’ ujar Eka, saat mendemontrasikan pemasangan modular tank.

Untuk pemasangan modular tank ini, kata Eka, harus dilakukan penggalian terlebih dahulu ke bawah tanah maksimal 1,8 meter. ’’Lalu letakkan modular tank di dalam lubang. Lapisi semua sisi modular tank menggunakan pasir terlebih dahulu. Lalu tutup kembali lubang yang telah digali,’’ beber perempuan berkacamata ini seraya menyebut untuk menyimpan air satu meter kubik diperlukan sembilan modular tank.

Modular tank bisa menjadi alternatif baru bagi masyarakat Kota Bekasi. Selain praktis, juga bisa digunakan di jalan-jalan perumahan yang biasanya dibangun dengan konblok.

Eka menjelaskan, air yang ada di permukaan bumi pada umumnya akan dialirkan melalui drainase lingkungan menuju badan air atau sungai. Konsekuensinya, jika air ini secara terus menerus dialirkan ke badan air, tanpa memasukkannya ke dalam tanah, badan air akan meluap dan tumpah ke permukiman. Masyarakat perkotaan harus berfikir keras bagaimana memasukkan air di permukaan ke dalam tanah, sementara daerah resapan sudah terkikis.

Siklus hidrologi atau siklus air di bumi, sambung Eka lagi, jika ditinjau dari kacamata ilmu pengetahuan volumenya sama. 0,1 persen air di dalam tanah, 1,7 persen di permukaan, 96,5 persen berada di laut, dan sisanya membeku di kutub utara. Pekerjaan rumahnya, mengembalikan dan menjaga volume air di dalam tanah setelah banyak diambil untuk kebutuhan sehari-hari.

“Nah air di permukaan yang 0,1 itulah yang bikin banjir. Lalu bagaimana air yang di permukaan itu kita masukkan lagi dengan menyeimbangkan lingkungan. Modular tank salah satu cara tepat mengembalikan air ke dalam tanah,” paparnya.

Sejauh ini, lanjut perempuan berjilbab ini, modular tank sudah diproduksi masal. Namun produk berkualitas baiknya masih impor dari sejumlah negara. ’’Dalam negeri memang sudah ada yang produksi. Tapi belum banyak yang konsen dengan produk ini,’’ ungkap Eka yang juga engineer di sebuah perusahaan geosintetis. (*)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin