RADARBEKASI.ID, BEKASI – Masyarakat Kota dan Kabupaten Bekasi, serta Kabupaten Karawang segera dites massal. Tes massal atau Rapid Test untuk tiga wilayah ini akan dilaksanakan di Stadion Patriot Chandrabhaga, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi. Tes rencananya akan dilakukan menggunakan metode drive-thru, satu persatu tanpa meninggalkan kendaraannya, dan menghindari kerumunan. Rapid Test Corona itu direncanakan dilaksanakan mulai Selasa besok, (24/3).
Tes akan dilakukan menggunakan beberapa cara, yakni Rapid Diagnostic Test atau Test darah dan menggunakan tehnologi PCR melalui dahak. Kota Bekasi disebut masuk dalam salah satu wilayah zona merah, “Bodetabek (Bogor, Depok, Bekasi) ini yg ditetapkan zona merah, termasuk Kota Bekasi,” kata Walikota Bekasi Rahmat Effendi.
Rahmat mengungkapkan, pemeriksaan ini dititik beratkan pada masyarakat dengan status Orang Dalam Pemeriksaan (ODP) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP), berikut dengan riwayat interaksi dengan lingkungan sekitarnya.
Di lokasi yang sama, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengatakan bahwa dirinya hadir di Kota Bekasi dalam situasi mendesak. Pasalnya, wilayah yang langsung berbatasan dengan Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta memiliki jumlah kasus yang cukup besar. Untuk itu, dirinya meminta Kepala daerah, termasuk Rahmat Effendi mengikuti kebijakan yang telah diambil oleh DKI Jakarta, yakni meliburkan semua perkantoran.
“Saya minta warga Kota Bekasi disiplin, seminggu ini saya minta betul-betul jangan kemana-mana, saya titipkan Muspida untuk aktif bubarkan kerumunan,” terang pria yang akrab disapa Kang Emil tersebut.
Tes akan dilakukan tiga tahap. Tahap pertama, dilakukan kepada 50 orang terdekat dilingkungan warga yang berstatus ODP, PDP, hingga yang telah terkonfirmasi positif Covid-19. Kedua, dilakukan kepada tenaga medis atau tenaga kesehatan di tiap unit layanan kesehatan. Terakhir, dilakukan kepada orang yang aktivitas sehari-harinya dekat dengan massa, diantaranya disebutkan Camat, Lurah, dan Pemuka Agama.
Sementara, secara tehnis akan disediakan tiga jalur, bagi pengguna kendaraan roda empat, kendaraan roda dua, dan yang tidak memiliki kendaraan. Area stadion akan digunakan secara full, berputar, guna menghindari penumpukan antrian, dan tetap menjaga jarak sosial diantara mereka.
Pertama warga yang akan dites masuk ke area stadion, berhenti di salah satu tenda yang akan digunakan untuk tes, mengambil sampel darah dan pemeriksaan lainnya. Kemudian, selesai di tenda pertama, berjalan terus berputar stadion untuk kembali berhenti di titik yang telah ditentukan untuk menerima hasil tes.
Bagi warga yang dinyatakan positif, diperbolehkan untuk kembali pulang. Namun, bagi yang hasil tesnya negatif, akan kembali dilakukan tes menggunakan tehnologi PCR. Setelah dipastikan hasil yang keluar kembali positif, segera diisolasi di tempat yang disediakan atau langsung dibawa untuk dirawat di rumah sakit.
Selain di stadion Patriot Chandrabhaga, hal serupa juga akan dilaksanakan di dua tempat lainnya, yakni di stadion Pakan Sari, Bogor, dan Stadion Jalak Harupat, Bandung. Skenario penanganan Covid-19 juga telah disiapkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Jika pasien yang terkonfirmasi positif mencapai 100 orang, maka satu gedung Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung akan difungsikan khusus menangani Covid-19.
Jika pasien berstatus Positif mendekati angka 1000 orang, maka seluruh gedung rumah sakit Hasan Sadikin akan digunakan untuk menangani pasien Covid-19, dibantu 35 rumah sakit lainnya di Jawa barat. Jika ternyata angkanya melebihi 1000 pasien, maka dua hotel siap untuk dikonversi menjadi rumah sakit, berikut dengan wisma dan balai latihan ikut dikonversi menjadi ruang rawat.
Di waktu yang lain, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Bekasi, Kamaruddin Askar mengingatkan untuk tidak terjadi penumpukan orang yang berlebih. Pasalnya, dikhawatirkan akan menciptakan peluang penukaran baru, meskipun niat awalnya untuk menanggulangi penyebaran Covid-19.
Dikabarkan, bahwa dua anggota IDI Kota Bekasi meninggal dunia di dua rumah sakit Swasta di Jakarta. Dirinya di beberapa pemberitaan membenarkan bahwa keduanya anggota IDI Kota Bekasi, yakni dokter Asal Kabupaten Bogor yang meninggal dunia di RSPAD Gatot Subroto, dan dokter asal Kota Bekasi yang meninggal di RSUP Persahabatan.
“Meninggalnya, tapi karena ada protapnya bahwa semua yabg meninggal diduga, itu kita anggap saja positif, dianggap. Masih nunggu hasil keluar karena kan tidak bisa diobservasi kembali. Semua runah sakit yabg tempat bekerja dia terkahir juga melakukan sterilisasi ruangan, dan keluarganya juga atas instruksi pemerintah dikarantina,” jelasnya.
Ia mengaku belum menerima hasil resmi status kedua dokter tersebut. Namun, ia menjelaskan bahwa keduanya meninggal dunia lantaran penyakit dasarnya masing-masing, yakni diabetes dan gagal ginjal.
Ia juga menyebut bahwa keduanya tidak berhubungan langsung dengan pasien yang terdiagnosa Covid-19, lantaran bukan dokter spesialis paru. Melainkan dokter spesialis bedah dan keahlian mengobati penyakit berkenaan dengan Telinga, Hidung, dan Tenggorokan (THT).
Juru Bicara Pusat Informasi dan Kordinasi Covid -19 Kabupaten Bekasi, Alamsyah mengatakan,
sampai saat ini pihaknya sudah melakukan pemetaan siapa-siapa yang pernah kontak langsung dengan pasien yang positif, dalam pengawasan, maupun dalam pemantauan.
Dalam hal ini Alamsyah mengaku, akan berkordinasi dengan Dinas Kesehatan Bekasi Kota dan Dinas Kesehatan Pemprov Jawa Barat, mengingatkan lokasinya di pusatkan di Stadion Patriot.
“Kita sudah nyiapkan untuk orang-orang yang pernah berkontak langsung, agar bisa siap-siap nanti kita bergerak,” tuturnya.
Sementara Itu, Juru bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto mengatakan, orang yang dinyatakan negatif virus corona atau Covid-19 berdasarkan rapid test (tes cepat) belum berarti aman sepenuhnya.
Sebab, orang tersebut tetap harus melakukan pembatasan sosial (social distancing) dan mengisolasi diri dari orang yang terinfeksi corona. “Tidak ada satupun yang memberikan garansi, kalau pemeriksaannya walaupun negatif dimaknai tidak terinfeksi,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, rapid test dilakukan terhadap kelompok berisiko, yakni yang kontak dekat dengan orang atau pasien positif corona. Rapid test itu merupakan skrining awal untuk mengetahui orang-orang yang berpotensi terinfeksi dengan menggunakan alat berbasis pada respon serologi terhadap infeksi virus.
Respons imunoglobin tubuh terhadap virus tersebut terbentuk dalam rentang waktu enam hingga tujuh hari setelah terinfeksi.“Hasilnya pasti negatif meski di dalam tubuhnya ada infeksi virus,” jelasnya.
Karena itu, setelah dinyatakan negatif berdasarkan rapid test, orang tersebut harus kembali melakukan tes ulang tujuh hari setelahnya.Tes ulang itu dilakukan untuk memastikan apakah orang tersebut benar-benar nagatif atau malah kemudian menjadi positif.
Selanjutnya, jika dua kali negatif, orang tersebut bisa juga terinfeksi di kemudian hari.“Apabila tidak melakukan upaya pembatasan sosial dan mengisolasi diri dari orang yang terinfeksi Covud-19,” bebernya.
Sementara, bagi orang yang mendapatkan hasil positif, dilanjutkan dengan pemeriksaan ulang menggunakan tes PCR di laboratorium untuk mengonfirmasi kasus positif tersebut.(sur/pra/pjk)