Berita Bekasi Nomor Satu
Bekasi  

ATLM Akui Hadapi Covid-19 Lebih Berat daripada TB atau HIV

AGA SEMANGAT: Iskandar (tengah) bersama ATLM dari NTB Jupendi (kiri) dan Pitra Nurdinta (Kab Malang) di laboratorium Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta. (DPW PATELKI JAWA TIMUR FOR JAWA POS)
AGA SEMANGAT: Iskandar (tengah) bersama ATLM dari NTB Jupendi (kiri) dan Pitra Nurdinta (Kab Malang) di laboratorium Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta. (DPW PATELKI JAWA TIMUR FOR JAWA POS)

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Peran ahli teknologi laboratorium medis (ATLM) di tengah pandemi Covid-19 sangat vital. Mereka bertugas mengambil sampel penderita sampai memeriksa darah untuk rapid test antibodi. Mereka bekerja di balik layar. Tanpa mereka, diagnosis dokter tidak bisa dibuktikan.

DIMAS NUR APRIYANTO, Surabaya

Kali pertama mendengar bahwa ATLM akan mulai berhadapan dengan pasien Corona, hati Nella Febrilia waswas. Rasa khawatir menyeruak. Perempuan 32 tahun itu merupakan satu di antara ribuan anggota ATLM di Jawa Timur. Dia bertugas sebagai ATLM di Puskesmas Sidotopo sejak 2010.

Nella dan suaminya sama-sama bekerja di bidang analis medis. Saat berhadapan langsung dengan pasien yang berpotensi menderita virus Corona, dia mengaku mulai cemas. Memikirkan keselamatan buah hati semata wayangnya yang masih berusia 8 tahun. Tidak ingin ambil risiko, Nella menitipkan malaikat kecilnya itu ke rumah orang tuanya. ’’Kalau mau ketemu anak, ya dari depan pagar rumah mama. Malam hari kangen, video call,’’ katanya.

Protokol kesehatan pun diterapkan dengan ketat. Setiba di rumah, baju yang dipakai lantas dicuci. Keramas setiap hari menjadi rutinitas yang tidak boleh terlewatkan begitu saja oleh Nella. ’’Rambut rontok nggak saya pikir. Yang penting bersih,’’ ucapnya.

Ketika diguyoni apakah Nella ingin berhenti dari profesi analis medis? Dia hanya tertawa. Rabu (1/4) menjadi hari yang ditunggu-tunggu.Nella mulai melakukan rapid test atau tes cepat antibodi.

Ada 22 orang yang di-rapid, istilah yang mereka gunakan untuk menjalani tes cepat. Gabungan dari empat puskesmas di Kecamatan Semampir. Yakni, Pegirian, Wonokusumo, Sidotopo, dan Sawahpulo. Rapid test di Puskesmas Pegirian sesuai dengan putusan Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya.

’’Para tenaga kesehatan (nakes, Red) surveilance di puskesmas juga di-rapid,’’ tuturnya saat ditemui Jawa Pos di Kantor Sekretariat Dewan Perwakilan Wilayah (DPW) Persatuan Ahli Teknologi Kesehatan Indonesia (Patelki) Jawa Timur di Jalan Bogowonto kemarin.

Sebelum rapid test, dinkes memberikan arahan melalui aplikasi Zoom. Arahan tersebut berupa protokol penggunaan alat pelindung diri (APD) dan prosedur pemeriksaan yang benar. Yakni, pengambilan sampel darah pasien hingga pemeriksaan darah menggunakan reagen sesuai prosedur penggunaan.

Tes cepat kali ini, lanjut dia, merupakan tes penyaring (screening awal). Yang diperiksa adalah imunitas atau kekebalan tubuh. ’’Penegakan diagnosis Covid-19 tetap dari pemeriksaa

Bagi perempuan kelahiran Tuban, Jawa Timur, itu, melakukan pemeriksaan Covid-19 adalah hal terberat dibandingkan dengan penyakit menular lain. TB (tuberkulosis) atau HIV, misalnya. Sebab, potensi penularan Covid-19 sangat mudah terjadi. Sementara itu, jarak ATLM saat berinteraksi dengan pasien sangat dekat.

Nella menilai kondisi ATLM di puskesmas Surabaya sangat kurang. Dia menuturkan, banyak puskesmas yang hanya diisi satu analis medis. Menurut dia, jumlah tersebut sangat kecil. Jika ada analis medis yang cuti atau sakit, analis dari puskesmas lain akan membantu. Jadi, harus bagi-bagi tenaga untuk puskesmas lain. ’’Sementara analis selalu terlibat dalam kegiatan program, baik penyakit menular maupun penyakit tidak menular,’’ tuturnya.

Dalam kondisi pandemi seperti saat ini, bukan hanya jumlah sumber daya manusia (SDM) yang menjadi perhatian. Ketersediaan APD juga harus disorot. APD menjadi kebutuhan yang mutlak. Tidak bisa ditawar. Mulai jas laboratorium, baju hazmat, face shield atau goggle, masker bedah dan masker N95, sarung tangan karet, hingga sepatu bot.

Sayangnya, tidak banyak ATLM di daerah-daerah yang beruntung. Hal itu dibenarkan Ketua DPW Patelki Jawa Timur Luki Herli Purniawan. Dia mengatakan, masih banyak ATLM yang menggunakan APD seadanya. ’’Ada yang memakai jas hujan sebagai pengganti APD,’’ tuturnya saat dihubungi melalui sambungan telepon kemarin.

Dia menerangkan, ATLM berperan di laboratorium untuk menganalisis cairan tubuh manusia. Dengan begitu, lanjut dia, diagnosis dari dokter dapat ditegakkan. ’’ATLM bertugas mengambil sampel dari penderita sampai memeriksa darah. Untuk pasien yang berstatus pasien dalam pemantauan (PDP, Red) Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP, Red) Surabaya,’’ paparnya. ’’Apabila positif masih dikirim ke Balitbangkes Jakarta untuk konfirmasi positif atau negatif,’’ tambahnya.

Sebetulnya, kata Luki, ranah kerja ATLM bukan hanya di puskesmas. Namun, ada juga yang di laboratorium kesehatan daerah (labkesda), swasta, dan rumah sakit.

DPW Patelki Jawa Timur memiliki anggota hampir 8 ribu ATLM. Mereka tersebar di 38 DPC kota hingga kabupaten di Jawa Timur. ’’Semua kabupaten atau kota di Jawa Timur sudah terbentuk DPC-nya untuk membantu memfasilitasi anggotanya dalam pengurusan legalitas (STR dan SIP, Red),’’ jelasnya.

Selain itu, Patelki membantu mengadvokasi ke instansi pemerintah mengenai keamanan dan kesejahteraannya. Dari Jawa Timur, ada tiga ATLM yang diperbantukan untuk bertugas di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta. Mereka berasal dari Trenggalek, Kabupaten Malang, dan Kabupaten Bangkalan. Mereka tiba di Jakarta dengan dibagi dua kloter.

Yang pertama tiba adalah ATLM dari Bangkalan pada 31 Maret lalu. Sehari kemudian (1/4) disusul ATLM dari Kabupaten Malang dan Trenggalek. Salah seorang ATLM asal Tranggalek, Iskandar A.R., mengatakan bahwa cara kerja di Wisma Atlet dibagi menjadi empat sif. Yakni, pagi masuk pukul 08.00−14.00, siang pukul 14.00−20.00, malam pukul 20.00−02.00, dan dini hari pukul 02.00−08.00.

Selain diatur melalui sif, kerja para tenaga medis diberlakukan sehari kerja dan sehari libur. Misalnya, pada Sabtu Iskandar masuk pukul 08.00−14.00. Pada Minggu, dia libur. ’’Senin saya masuk pukul 14.00−20.00,’’ tutur pria yang berprofesi sebagai analis medis sejak 1994 itu.

Pria kelahiran Rantau Panjang, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, tersebut menuturkan bahwa saat ini ada 12 tenaga medis di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta. ’’Di sini cukup ketat protapnya karena masuk zona merah. Pemeriksaan dilakukan dengan baik oleh petugas jaga Wisma Atlet Kemayoran,’’ tambahnya.(*/c15/ady)