RADARBEKASI.ID, BEKASI – Satu keluarga besar ini memutuskan untuk melakukan isolasi mandiri setelah ayah mereka dinyatakan positif korona. Warga sekitar menunjukkan empati dengan membantu kebutuhan hidup mereka.
AHMAD KHAIRUDDIN, Sragen, Jawa Pos
—
SUDAH tiga hari ini keluarga Sawal yang beranggota 12 orang menjalani isolasi mandiri di rumah mereka di Desa Jabung, Kecamatan Plupuh, Sragen. Sawal yang bekerja sebagai petani dinyatakan positif Covid-19.
Dia masuk klaster Gowa. Pria 62 tahun tersebut memang datang ke Sulawesi Selatan karena berniat mengikuti Itjima Ulama 2020 yang diadakan di Gowa.
Setelah acara itu dibatalkan, Sawal kembali ke desa. Tak disangka, muncul gejala sakit beberapa hari kemudian. Sawal menjalani tes dan lantas diketahui bahwa dirinya terinfeksi virus SARS-CoV-2. Saat ini dia dirawat di RSUD Mawardi.
Segera setelah hasil itu diketahui, keluarga mengikuti imbauan pemkab. Semua yang kontak dengan pasien dalam dua minggu terakhir harus menjalani rapid test. Jika positif, langsung dirawat dan diisolasi. Jika negatif, wajib menjalani isolasi mandiri 14 hari. Pada masa itu, jika ada gejala sakit, pasien bisa menghubungi puskesmas setempat.
Putra sulung Sawal, Sutrisno, 40, menyatakan, seluruh anggota keluarganya sudah menjalani tes cepat Covid-19. Hasilnya, semua negatif. ’’Maka kami melakukan isolasi mandiri di rumah,’’ ungkapnya.
Tempat tinggal Sutrisno dan ayahnya bersebelahan. Begitu pun adiknya. Mereka semua dengan kesadaran diri memilih mendekam di rumah. Tak mau keluar selama 14 hari untuk mencegah adanya penularan baru korona.
Tak ada yang memperhatikan kondisi mereka yang mendadak menjalani isolasi tanpa persiapan apa pun. Salah seorang warga, Kasino Hendro Kisworo yang biasa disapa Gun, berinisiatif mengumpulkan bantuan untuk diberikan kepada mereka. ’’Mereka semua mulai isolasi Senin lalu,’’ kata Gun kemarin (22/4).
Menurut Gun, Sawal sempat mendapat bantuan jaminan hidup (jadup) sekali dari pemerintah saat dia masih bersatus PDP. Namun, setelah dinyatakan positif, bantuan justru mandek. ’’Dua keluarga anaknya tidak menerima bantuan apa pun,’’ ujarnya.
Gun khawatir, jika pemerintah tutup mata, keluarga pasien positif tersebut justu akan keluar rumah. Warga yang prihatin dengan kondisi tersebut berusaha membantu. Mereka mengirimkan kebutuhan hidup ke keluarga pasien dengan meletakkannya di depan pintu rumah. ’’Konsekuensi isolasi ini, harusnya mendapat perhatian dan bantuan. Kami bersama warga membantu semampu kami. Sejauh ini, keluarga pasien patuh untuk mengisolasi diri,’’ ujarnya.
Gun berbelanja di pasar tak jauh dari tempat tinggalnya. Dana bantuan itu dikumpulkan dari kawan-kawannya. Ada pula warga yang sukarela membantu. ’’Isi sekadarnya. Ada beras, minyak, gula, seperti biasa. Biar warga yang keluarganya terkena Covid ini tetap kuat menjalani isolasi mandiri, warga tentunya memberi dorongan semangat,’’ tegasnya.
Sutrisno, menyatakan, dalam tiga hari terakhir ini memang belum ada bantuan dari pemerintah. Dia pun bersyukur karena masih ada teman dan kerabat yang membantu sedikit persediaan pangan. ’’Sebenarnya saya tidak minta bantuan. Kalau sekadar untuk makan, kami masih ada tabungan. Tapi, terima kasih dari teman dan tetangga yang memberi perhatian. Kalau ada yang membantu, kami terima,’’ ujar salesman alat tulis itu.
Dua pekan di rumah saja, Sutrisno belum membayangkan apa yang akan dikerjakan keluarganya. Yang jelas, mereka semua sudah kangen kepada Sawal. Meski bisa menghubunginya lewat telepon, mereka berharap bisa bertemu untuk memberikan dukungan dan doa secara langsung. ’’Kalau bisa, keluarga ingin melihat dan bertemu meski sekadar melambaikan tangan,’’ tuturnya.
Di sisi lain, Camat Plupuh Sumarno menyampaikan, tidak semua yang menjalani isolasi mandiri mendapat jadup. ’’Karantina mandiri tidak semua mendapat bantuan,’’ terang dia.
Pihaknya menjelaskan, hanya keluarga yang positif Covid-19 yang menerima bantuan. Juga warga yang berstatus ODP maupun PDP.
Keluarga Sawal memang tidak masuk daftar penerima bantuan. Terlebih, status mereka belum ditetapkan secara resmi sebagai ODP atau OPD. ’’Mereka kan keluarga lain-lain. Sudah tidak satu rumah, beda atap. Bisa dapat bantuan, bisa tidak. Di luar keluarga tersebut, banyak juga yang melakukan karantina mandiri,’’ tegasnya. (*/c5/ayi)