Berita Bekasi Nomor Satu

Wasit Dikeroyok Pemain

Ilustrasi Pengeroyokan
Ilustrasi Pengeroyokan

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Stadion Patriot Candrabhaga Kota Bekasi  di Jalan Ahmad Yani, Bekasi Selatan, kemarin mendadak viral. Hal itu, tak lepas dari insiden aksi pengeroyokan seorang wasit oleh sejumlah pemain yang dipimpinnya dalam laga pertandingan sepakbola amatir Minggu (12/7).

Berdasarkan informasi, aksi brutal pemain yang melakukan pengeroyokan itu dialami wasit bernama Wahyudin, warga asal Tarumajaya, Kabupaten Bekasi. Akibat insiden tersebut beberapa luka lecet dan lebam masih membekas di tubuhnya.

Ketika dikonfirmasi, Wahyudin mengatakan, insiden yang dialaminya itu terjadi saat memimpin pertandingan laga ”tarkam” antara Champas FC vs klub Yutaka yang digelar dengan tajuk persahabatan di Stadion Patriot Chandrabaga, Kota Bekasi. Adapun peristiwa itu terjadi, berawal ketika para pemain dari Champas FC tidak terima dengan keputusan dirinya selaku juru adil dalam pertandingan tersebut.

“Jadi, saat saya meniupkan pluit tanda offside ketika pemain Champas FC menyerang. Dan saat itu skor masih 0-0. Saya pun langsung ditendang, wajah saya diinjak sepatu bola,” ungkapnya.

Atas kejadian itu, diakuinya, dia pun sudah tak bisa menghindari amukan para pemain di tengah lapangan. Bahkan, saat itu juga langsung tak sadarkan diri karena matanya sudah buram akibat aksi pengeroyokan itu. Dia tak tahu lagi kelanjutan setelah insiden yang dialaminya tersebut. “Saya sudah tak sadar, mata buram sudah tak lihat apa-apa dan kebetulan juga saat itu posisi saya jauh dari meja panitia,” ujar Wahyudin.

Lebih jauh, Wahyudin menceritakan, kalau dirinya memimpin laga itu hanya sebagai pengganti teman seprofesinya yang berhalangan hadir. Untuk tugasnya itu, dia hanya seorang diri memimpin tanpa didampingi oleh dua hakim garis, tapi hal itu sebetulnya tak sesuai saat technical meeting. Sejatinya ada dua hakim garis yang ikut memimpin laga.

“Sebenarnya saya cuma wasit pengganti karena teman saya terpaksa berhalangan. Adapun soal dua hakim garis, seharusnya ikut sesuai technical meeting tapi tiba-tiba jelang bertanding, asisten wasit ditiadakan, dengan alasan pihak panitia yang beragam,” paparnya.

Sementara itu, Wahyudin mengakui, jika bayarannya sebagai wasit pun terbilang tak besar, karena dia hanya dibayar Rp 250 ribu. “Untuk bayaran segitu tanpa dibantu dua hakim garis ya sebetulnya gak seberapa mas, tapi ya karena tidak enak sama teman diterima saja,” ungkap wasit yang memiliki lisensi wasit C2 itu.

Kini, atas insiden yang dialaminya  ia berencana melaporkan kasus tersebut ke pihak kepolisian mengusut tuntas pemain yang sudah nekat melakukan aksi brutal kepadanya. Namun, sampai saat ini dia belum tahu kapan waktunya melaporkan diri ke pihak berwajib.

Terpisah, pengurus KONI Kota Bekasi Bidang Data dan Informasi Lian Amigo Pangaribuan mengakui, pihaknya tidak tahu-menahu terkait pertandingan yang digelar di Stadion Patriot, Chandrabaga. Bahkan, dia pastikan klub yang tanding dalam laga yang berujung dengan aksi pengeroyokan wasit itu bukan dibawah naungan Askot PSSI Kota Bekasi, untuk itu pihaknya tak berkaitan sama sekali dengan kegiatan tersebut.

“Wasitnya juga bukan dari Kota Bekasi, tapi Jakarta Utara. Untuk itu, persoalan bisa ditanyakan langsung kesana,” ucap Lian saat dikonfirmasi Radar Bekasi.

Adapun berkenaan dengan insiden itu, Lian menyarankan kepada pihak terkait untuk melaporkan aksi itu kepada pihak kepolisian, sehingga aksi tak terpuji dari para pemain yang telah mencoreng citra sepakbola Indonesia mendapat efek jera atas perbuatannya. “Ya, kalau saya tahu infonya wasit mau lapor dan itu sangat kami dukung. Dan sesuai kejadian itu, maka tentu laporannya ke Polres Metro Bekasi Kota,” tandasnya. (mhf)