Berita Bekasi Nomor Satu
Bekasi  

Trauma, Warga Hindari Berobat ke RS

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Sejumlah warga Kabupaten Bekasi, mengaku enggan berobat ke Rumah Sakit (RS). Pasalnya, meraka khawatir ditetapkan sebagai pasien suspek. Akibatnya, warga pun mulai tidak peduli dengan Covid-19.

Rudy Hartono (54) misalnya, warga Kampung Pete Cina, Desa Sukaraja, Kecamatan Tambelang mengaku sudah tidak percaya lagi dengan RS. ”Awalnya saya nganter tetangga yang sakit radang tenggorokan, terus ada demam dan suhu tubuh 37 derajat. Nah pas saya mengantar, saya di skrining (thermometer, Red). Setelah di data, identitas saya di foto. Setelah itu, di sebar ke Puskesmas Tambelang. Tanpa ada koordinasi, Puskesmas Tambelang, kordinasi dengan kecamatan, Polsek dan koramil. Ramelah sekampung. Padahal, teman yang saya anter, setelah rapid test dinyatakan negatif Covid-19,” ujarnya kepada Radar Bekasi, Senin (20/7).

Selama 14 hari setelah dirinya ditetapkan sebagai Orang Dalam Pengawasan (ODP), dirinya di monitor. Bahkan, kata dia, nama Rudy sudah tidak asing ditelinga warga desa Sukaraja. “Jadi ada beban psikologis, apa lagi saya di pantau sama orang,” katanya sembari mengaku, peristiwa tersebut juga dialami oleh sejumlah warga lainnya.

Warga enggan ke RS juga dirasakan, warga Kecamatan Sukawangi. Ketua Karang Taruna Sukawangi, Nana mengaku ketakutan warga pada rumah sakit sudah berlangsung selama satu bulan lebih. “Sekarang warag di sini sudah anti ke Rumah sakit. Karena takut Covid-19. Saya sudah beberapa kali mengadvokasi warga yang sakit, tapi umumnya mereka tidak mau berobat,” katanya.

Senada juga disampaikan Sekretaris Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Daerah (BKPPD) Kabupaten Bekasi, Edward Sutarman. Menurutnya, ke RS hanya untuk penyakit berat yang memang sudah tidak bisa ditangani oleh obat biasa (Warung). “Saya lagi kurang sehat, juga. Tapi saya tidak ke rumah sakit. Biasanya, gak enak badan gini saya berobat. Tapi, untuk sekarang, lagi gini nih (Covid,Red). saya gak ke rumah sakit dulu,” imbuhnya.

Sementara itu, Juru Bicara Pusat Informasi dan Kordinasi Covid-19 Kabupaten Bekasi, Alamsyah enggan berspekulasi akan kondisi masyarakat yang saat ini takut ke RS. Sejauh ini, pihaknya belum memiliki data terkait jumlah warga yang konsultasi pada sepuluh RS yang menjadi rujukan Covid-19. Baik itu konsultasi penyakit umum maupun Covid- 19.

Diketahui, 10 RS rujukan Covid-19 Kabupaten Bekasi yakni RSUD Kabupaten Bekasi, RS Hermina Grand Wisata, RS Sentra Medika, RS Siloam Cikarang, RS Omni Cikarang, RS Mitra Keluarga Cikarang, RS Adam Thalib, RS Graha MM2100, RS Cibitung Medika dan RS Annisa.

“Saya tidak ada datanya (Jumlah kunjungan rumah sakit.red) pak. Sementara Covid-19 Kabupaten Bekasi Senin (20/7) menyebutkan, ODP 3849, PDP 1499, positif Covid 355, OTG 1828,” kata pria yang juga Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi.

Terpisah, Anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Bekasi, Fatma Hanum menyebutkan ketakutan warga berobat merupakan chaos. “Memang sih istilahnya masyarakat sekarang sudah masuk pada gelombang kedua kekhawatiran. Karena, informasi yang juga menolak berobat mulai banyak. Kalau misalnya dibilang masyarakat takut ke rumah sakit ya bisa jadi. Karena memang trauma. Terus kalau yang namanya rumah sakit itu tuh udah menimbulkan persepsi nantinya nya tuh seperti yang digambarkan (Claim Covid-19,Red),” katanya.

Fatma menambahkan, kondisi ketakutan warga perlu ada peran pemerintah dalam penyelesaiannya.
“Ini memang tugas pemerintah. Dimana, yang istilahnya kalau ada masyarakat takut ke rumah sakit ini harus apa. Saya rasa, sekarang ini medis online, dan ini memang belum jalan di kabupaten bekasi. sebenarnya, bisa dimaksimalkan, artinya ada konsultasi yang bisa langsung dihubungi sebelum datang ke rumah sakit. Kondisi masyarakat takut, itu bisa difasilitasi oleh pemerintah, dan sekarang juga wajar kalau warga takut dan berhati – hati ke rumah sakit,” bebernya.

Humas Ikatan Doket Indonesia (IDI) Kabupaten Bekasi David MM mengakui, adanya psikologis warga. David mengaku prihatin, karena trauma Covid-19 kian merambah ke berbagai hal. Akibatnya warga enggan mendatangi RS.

“Ini yang memprihatinkan. kekhawatiran masyarakat yang berlebihan tentang Covid-19 dibarengi dengan pihak RS yang sangat prosedural dalam proses admisi pasien demi menjaga protokol Covid -19 terlaksana. Sebenarnya, ga cuma di Bekasi ya. Di seluruh tanah air masalahnya sama,” tukasnya. (dan)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin