RADARBEKASI.ID, BEKASI – Ancaman Covid-19 mengintai area Car Free Day (CFD) dan lingkungan pemerintahan Kota Bekasi. Pasalnya, dari delapan kasus reaktif yang ditemukan di area CFD, dua diantaranya dipastikan positif Covid-19. Selain area CFD, virus ini juga menyerang tubuh pemerintah Kota Bekasi, tercatat sejumlah pejabat terinfeksi positif.
Dari hasil rapid test acak terhadap pengunjung CFD pada Minggu pagi (19/7) lalu, dua diantaranya positif Covid-19 setelah dilakukan swab test. Masing-masing merupakan warga Kota Bekasi berusia 30 tahun, dan warga Kabupaten Bekasi berusia 47 tahun.
Saat ini kedua warga tersebut telah di isolasi dan dilakukan tracing. Mendapati dua pengunjung CFD terkonfirmasi positif, Pemkot Bekasi mengaku tidak menutup CFD. “Yang itu kita cabut, kita tracing, nah itu yang bener. Di pasar, bukan pasarnya yang ditutup, penyakitnya yang diambil,” ungkap Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi, Rabu (22/7).
Rahmat mengingatkan kepada warga berusia 60 tahun ke atas dan balita dibawah 5 tahun untuk tidak datang ke area CFD. Selain itu, Covid-19 juga telah banyak menjangkit sejumlah pejabat pemerintah Kota Bekasi.
Belasan pejabat tersebut diantaranya pejabat inspektorat, inspektorat pembantu, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) masing-masing satu orang, Tata Pemerintahan (TAPEM) tiga orang, staf ahli pemerintahan satu orang, DPMPTSP satu orang, Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) satu orang, dan staf UPTB Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) kecamatan Mustikajaya dua orang.
Penyebaran Covid-19 di lingkungan Kota Bekasi ini sementara diduga terpapar oleh sanak keluarga yang datang setelah berpergian dari luar kota dan interaksi antara satu pejabat dengan pejabat yang lain.
“Penularannya itu, ini diduga yang di inspektorat itu diduga istrinya pulang dari Makasar, terus ada yang dari Surabaya, terus ada yang pertemuan-pertemuan deket begini,” terang Rahmat.
Dua pejabat di lingkungan Pemkot Bekasi yang telah meninggal dunia dan dipastikan positif Covid-19 sejauh ini dua orang, diantaranya adalah salah satu Kabid BPKAD, diketahui memiliki penyakit dasar hipertensi. Kedua, adalah almarhum Camat Bekasi Utara beberapa waktu lalu.
Atas temuan kasus positif di area CFD, Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI), Tri Yunis Miko Wahyono menilai seharusnya CFD di Kota Bekasi ditiadakan selama masa pandemi. Pasalnya, di area ini memungkinkan adanya kerumunan orang sehingga muncul kemungkinan penularan antara satu pengunjung kepada pengunjung lainnya.
“Disetop aja CFDnya, jadi nggak ada CFD, kalau mau menghilangkan stres ya ada kreatif gitu di deket-deket rumah, permainan-permainan,” ungkapnya.
Sejak awal, dirinya telah menolak dibuka kembali CFD, salah satu alasannya menimbulkan kerumunan masyarakat. Menurutnya, tidak ada yang menjamin masyarakat tetap mengenakan masker dengan baik ketika dalam kondisi lelah, keringat yang menempel pada masker akan membuat masyarakat membuka setengah atau seluruh masker dari area mulut dan hidung, pada posisi itu penularan bisa terjadi.
Terkait dengan penularan Covid-19 di lingkungan pemerintah Kota Bekasi, ia menyebut yang terjadi pada sejumlah pejabat lantaran usia. Disamping itu juga karena memiliki penyakit dasar yang mempercepat kematian pada seseorang, salah satunya hipertensi.”Kalau ada hipertensi, memacu kebutuhan oksigennya ke otak menjadi berat,” tandasnya. (Sur)