Berita Bekasi Nomor Satu

Dana BOS Belum Dialokasikan Beli Kuota Internet

DANA-BOS
BELAJAR DI RUMAH: Dhafin Keiko Kustara (10) dan Kashiya Renjira Kustara (8) didampingi ibunya Anisa Aprilia (33) mengikuti PJJ dari rumah secara daring di RT12/RW13 Kelurahan Duren Jaya Bekasi Timur Kota Bekasi, Kamis (23/7). Dana BOS belum dialokasikan untuk pembelian kuota internet bagi siswa guna mendukung PJJ.Raiza Septianto Radar Bekasi
DANA-BOS
BELAJAR DI RUMAH: Dhafin Keiko Kustara (10) dan Kashiya Renjira Kustara (8) didampingi ibunya Anisa Aprilia (33) mengikuti PJJ dari rumah secara daring di RT12/RW13 Kelurahan Duren Jaya Bekasi Timur Kota Bekasi, Kamis (23/7). Dana BOS belum dialokasikan untuk pembelian kuota internet bagi siswa guna mendukung PJJ.Raiza Septianto Radar Bekasi

Radarbekasi.id – Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) belum dialokasikan untuk pembelian kuota internet bagi siswa guna mendukung Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) secara daring dari rumah karena pandemi Covid-19. Hal itu terjadi di sejumlah sekolah di Kota Bekasi.

Padahal, dana BOS diperboelahkan untuk pembelian kuota internet sesuai dengan Permendikbud No 19 Tahun 2020. Kepala SDN Jatimekar II Kota Bekasi Burhanudin menjelaskan, dana BOS untuk sementara ini hanya digunakan untuk pembelian alat kebersihan selama masa pandemi. Hal itu disesuaikan dengan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) sebagai pedoman penggunanaan dana BOS.

“Saat ini dana bantuan tidak digunakan untuk membantu pembelian kuota, mungkin kedepan akan diberlakukan seperti itu. Karena dalam RKAS, dana bos digunakan untuk pembelian disinfektan, masker dan alat kebersihan lainnya,” ujar Burhanudin.

Hal senada diungkapkan oleh Wakil Kepala SMKN 8 Kota Bekasi bidang Kurikulum Hikmah Tuloh Sidik. Ia mengungkapkan, sementara ini belum ada bantuan kuota internet bagi siswa. Namun, kedepan kemungkinan akan diberikan.

“Untuk saat ini belum ada bantuan kuota untuk siswa, di tahun ajaran baru ini kita masih mengkaji, meskipun digulirkan harusnya tepat sasaran dan tetap memprioritaskan sarana dan prasarana sekolah dalam menunjang BDR,” katanya.

Wakil Kepala SMPN 21 Kota Bekasi bidang Sarana dan Prasarana Sri Utari menyampaikan, pada tahun ajaran baru ini pihak sekolah baru akan mulai mendata siswa tidak mampu yang akan diberikan bantuan kuota internet.

“Kita sedang mulai mendata siswa tidak mampu untuk diberikan bantuan kuota internet, tapi memang sebelumnya pihak sekolah tidak memberikan bantuan kuota kepada siswa,” katanya.

Keluarkan Biaya Ekstra
Kondisi pandemi yang mengharuskan peserta didik belajar dari rumah mengakibatkan orangtua harus mengeluarkan biaya ekstra untuk kuota internet. Yuni, seorang ibu warga Tambun Utara, Kabupaten Bekasi, mengaku harus mengeluarkan biaya paket internet sebesar Rp 50 ribu yang bisa habis dalam 3 hari untuk puterinya yang duduk di bangku kelas 9 SMP.

Perempuan yang juga berperan sebagai orangtua tunggal ini memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan berjualan sembako dan jajanan di warung kelontong yang ia buka di kediamannya sendiri. Dirinya menyayangkan kondisi saat ini yang mengharuskan anaknya belajar dari rumah membuat kuota internet yang diberikan kepada anaknya tersebut juga tidak hanya dipakai untuk belajar.

“Saya beli paket internet Rp 50 ribu habis cuma 3 hari, karena selain dipakai buat belajar anaknya juga pake buat yang lain kayak nonton Youtube, kondisi PJJ kayak sekarang bikin anak jadi tidak fokus antara harus belajar sama nonton hiburan,” ungkapnya pada hari yang sama.

Hal yang sama juga dikeluhkan oleh Upi, seorang ibu rumah tangga dengan dua orang anak. Sejak kebijakan PJJ di berlakukan, dirinya harus mulai berlangganan paket internet rumahan–wifi–dengan tarif Rp 270 ribu per bulan untuk bisa memfasilitasi proses belajar kedua anaknya tersebut.

“Udah dari tiga bulan yang lalu saya mukai langganan wifi Rp 270 ribu per bulan buat kebutuhan belajar anak di rumah. Kadang anak ngeluhin jaringannya yang suka lemot ketika harus belajar lewat video call sama gurunya,” ungkapnya.

Dirinya berharap agar proses belajar segera bisa dilakukan dengan cara tatap muka di sekolah meskipun tidak bisa sepenuhnya kembali seperti sebelum adanya pandemi Covid-19. Karena menurutnya pendidikan bukan hanya sekedar menerima teori saja tapi juga cara bersosialisasi yang hanya bisa dilakukan jika anak berinteraksi langsung dengan lingkungan sekitar seperti di sekolah.

Siswa SMKN 8 Kota Bekasi Keke Herawati mengaku, pembelian kuota internet untuk mendukung pembelajaran secara daring yang telah berjalan hampir lima bulan ini membuat keluarganya terbebani. Pasalnya, kuota internet juga dibutuhkan oleh dua adiknya yang masih sekolah.

“Jujur sebenernya bukan hanya aku saja yang menjadi pemikiran orangtua, masih ada 2 orang adik ku yang sama-sama sedang menjalani pendidikan di tingkat SMP dan SD,” ujar Keke.

Setiap Minggu, Keke harus membeli kuota internet dengan biaya mulai dari Rp 49 ribu – Rp 196 ribu. Hal ini disesuaikan dari pemakaian berdasarkan banyaknya tugas dari guru.

“Sebenarnya boros atau enggaknya kuota itu tergantung tugas yang diberikan. Kalo banyak tugas yang harus mendownload atau mengirim file yang KBnya cukup besar, itu pasti akan nyedot banyak banget kuota,” katanya.

Hal senada disampaikan oleh orangtua siswa SDN Jatikramat V Kota Bekasi Yuliana. Ia mengaku pekerjaannya sebagai kuli cuci dan menggosok harus memenuhi kebutuhan rumah tangga dan membiayai anaknya sekolah secara daring.

“Kebetulan saya hanya sendiri untuk membiayai semuanya dari kebutuhan rumah sampai menyekolahkan anak, karena suami saya sudah meninggal sejak 7 tahun yang lalu,” kata Ibu satu orang anak ini.

Dengan gajinya yang kecil, Yuliana harus mengeluarkan biaya paket internet Rp 28 ribu per minggu atau Rp 112 ribu per bulan agar anaknya bisa belajar secara daring. Padahal disamping itu dirinya harus memikirkan untuk bayar kontrakan Rp 600 ribu. (dew/mg1)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin