Berita Bekasi Nomor Satu

Jenuh KBM Daring, Siswa Tawuran

Illustrasi Tauran
Illustrasi Tauran

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Peran keluarga menjadi perhatian serius selama pandemi Covid-19 ini. Selain menjadi klaster baru penyebaran virus asal Wuhan China ini, pengawasan keluarga juga dinilai penting untuk memperhatikan anak saat mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) melalui dalam jaringan (daring).

Ya, alih-alih para siswa jenuh mengikuti KBM daring, sejumlah siswa di Kota Bekasi terlibat aksi tawuran sejak masa pandemi ini. Bahkan, sebulan terakhir dua anak dibawah umur yang masih berstatus pelajar tewas akibat tawuran.

Peristiwa pertama terjadi di wilayah Kp Bulak, Kecamatan Jatiasih menewaskan satu orang yang berstatus pelajar SMK berinisial MBJ, Rabu (15/7) lalu. Dari delapan pelaku yang diamankan dalam peristiwa ini, tujuh diantaranya masih berstatus pelajar SMK.

Peristiwa selanjutnya, satu orang berstatus pelajar tewas lantaran dianiaya pelaku yang juga masih berusia dibawah umur. Korban diketahui berinisial GS, sementara pelaku berinisial MSF (15) yang diketahui putus sekolah. Peristiwa terjadi Minggu (2/8) dini hari.

Peristiwa terakhir diketahui lantaran pelaku dan korban pernah terlibat tawuran, di hari waktu kejadian keduanya kembali membuat janji untuk tawuran kembali. Setibanya di TKP Jalan Raya Hankam, Kelurahan Jatirahayu, Kecamatan Pondok Melati korban lantas menyerang pelaku menggunakan celurit.

Nahas, saat tawuran berlangsung, celurit korban berhasil direbut oleh pelaku dan membacok paha sebelah kiri korban. Meskipun dilarikan oleh rekan-rekannya ke RS Haji Jakarta, nyawa korban tidak terselamatkan. Kasus ini dalam pendampingan Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Kota Bekasi.

Sejak Maret hingga awal Agustus ini, KPAD menerima laporan enam kasus serupa. Kasus tawuran yang melibatkan anak dan pelajar ini sementara diduga lantaran kejenuhan pelajar selama BDR.”Misalnya kegiatan ekstrakurikuler yang selama ini di lakukan oleh para pelajar. Sehingga tawuran ini menjadi bagian yang bisa dilakukan oleh para pelajar itu untuk melakukan ekspresi dirinya, menunjukkan eksistensi dirinya,” terang Wakil Ketua KPAD Kota Bekasi, Rusham.

Kasus terkahir yang ditangani di Polsek Pondok Gede melibatkan anak-anak yang berstatus pelajar dan putus sekolah. Kejenuhan siswa dinilai menjadi faktor pemicu, terlebih bagi sebagian besar anak berstatus ekonomi menengah ke bawah yang tidak bisa mengakses pembelajaran secara online sehingga memilih untuk bergabung dengan teman-temannya yang lain.

Saat ini enam kasus Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) mendapat pendampingan. Agar tidak terjadi doktrinasi berlebihan, kekerasan, maupun intimidasi selama proses hukum berjalan.”Kalau kita lihat dari kasus yang di Pondok Gede itu ada sebagian anak-anak sekolah itu yang ikut nongkrong di anak-anak yang putus sekolah itu. Jadi memang mereka ini bergerombol, ada kejenuhan, tidak sekolah, waktunya habis di rumah, kalau kita lihat kan hanya bergabung sebagai tukang parkir,” tukasnya.

Jatiasih dan Jalan Raya Hankam dipetakan sebagai wilayah rawan tawuran. Saat ini personil kepolisian berpakaian preman untuk menjaga wilayah tersebut. Senada, kepolisian juga menilai peran orangtua dalam situasi ini sangat penting untuk mengawasi perkembangan belajar mengajar selama pandemi.

“Peran orangtua juga sangat penting karena di satu sisi saat pandemi ini kan tidak ada kegiatan tatap muka. Namun kenyataannya, ada kejadian tawuran yang melibatkan pelajar dan kejadian pada malam hari, tentunya ini menjadi evaluasi supaya tidak terulang kembali,” ungkap Kapolres Metro Bekasi Kota, Kombespol Wijonarko.

Kondisi serupa juga terjadi di Kabupaten Bekasi. Kasat Reskrim Polres Metro Bekasi Kabupaten, AKBP Dwi Prasetyo Wibowo menyatakan, di masa pandemic Covid-19, tawuran masih kerap terjadi. Data yang berhasil dihimpun, sebanyak tiga kasus tawuran melibatkan anak- anak. “Untuk kekerasan pada anak tidak ada. Pelecehan pada anak- anak juga tidak ada, tapi kalau tawuran ada tiga. Terbaru di wilayah sektor Polsek Tambun,” ungkapnya.

Sementara itu, klaster keluarga dalam penyebaran Covid-19 di Kota Bekasi saat ini paling dominan. Data terbaru, pasien terkonfirmasi positif Covid 19 yang berada di rumah sakit tercatat 14 orang. Dalam tiga hari terkahir grafik jumlah kasus terus mengalami peningkatan. Per 31 Juli lalu jumlah kasus tercatat 538 kasus. Peningkatan terjadi satu hari setelahnya menjadi 557 kasus, hingga 2 Agustus meningkat kembali menjadi 565 kasus.

“Kalau keluarga kan satu keluarga ada empat (anggota keluarga), ada lima (anggota keluarga), tapi kalau satu-satu menyebar (penularan orang per orang) itu kan (kecil). Lebih dominan keluarga (penyebaran Covid-19) kayak kemarin dipengasinan itu kan satu keluarga ada enam (anggota keluarga),” kata Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi saat dijumpai, Senin (3/8).

Meski tidak menyebutkan secara detail berapa jumlah penularan yang terjadi pada klaster keluarga, ia mengaku mendapati beberapa kasus dengan alamat yang sama. Total 14 orang yang terkonfirmasi tersebut di rawat di rumah sakit, tersebar di 14 lingkungan RW, dan 13 kelurahan. Kelurahan yang tergolong hijau saat ini brjumlah 43 kelurahan.”Puluhan (keluarga) sih engga, kan bisa dilihat dari data harian itu, tapi tadi saya sampaikan kita masih mampu mengendalikan (perawatan terhadap kasus terkonfirmasi positif),” tukasnya. (sur/dan)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin