Berita Bekasi Nomor Satu

Mahasiswa Minta Kampus Keluarkan Kebijakan Solutif

Stiami
SEGEL: Mahasiswa saat menyegel gedung kampus Insitut STIAMI di Jalan R.A. Kartini Kelurahan Margahayu Kecamatan Bekasi Timur, Jumat (11/9) siang. istimewa
Stiami
SEGEL: Mahasiswa saat menyegel gedung kampus Insitut STIAMI di Jalan R.A. Kartini Kelurahan Margahayu Kecamatan Bekasi Timur, Jumat (11/9) siang. istimewa

Radarbekasi.id – Aliansi Mahasiswa Institut STIAMI Bekasi meminta pihak kampus mengeluarkan kebijakan yang solutif. Yakni memberikan potongan biaya kuliah 50 persen dan subsidi kuota internet untuk pembelajaran jarak jauh.

Pihak kampus sudah merespon tuntutan mahasiswa, namun tak memberikan kepuasan. Sebab, kebijakan yang dikeluarkan dianggap masih membebani.

Sebagai bentuk protes, mahasiswa sempat menyegel gedung kampus di Jalan R.A. Kartini Kelurahan Margahayu Kecamatan Bekasi Timur, Jumat (11/9) siang. Penyegelan menggunakan spanduk bertuliskan antaralain “Kampus Disegel Mahasiswa Sampai Dikeluarkannya Kebijakan Solutif Bagi Semua Pihak di Tengah Masa Krisis Ekonomi Akibat Dampak Covid-19” itu dipasang di pintu gerbang gedung. Namun, segel diketahui sudah copot, sore harinya.

Demisioner Presiden Mahasiswa BEM KM Institut STIAMI Adhwan Ardiansyah menjelaskan, penyegelan dilakukan karena pihak kampus seolah tutup mata mengenai keluh kesah mahasiswa di tengah kondisi saat ini.

“Kenapa mahasiswa memutuskan untuk melakukan penyegelan, karena pihak kampus seolah-olah tutup mata terkait kebijakan solutif di tengah krisis perekonomian saat ini,” ujar Adhwan kepada Radar Bekasi, kemarin.

Lebih lanjut diakui Adhwan, sebelumnya mahasiswa sempat berdialog dengan pihak kampus terkait tuntutan tersebut. Dalam pertemuan pihak kampus akan membuat kebijakan yang solutif, namun sebatas omongan.
“Kampus hanya verbal saja, tidak ada komitmen dan kebijakan tertulis, setidaknya kalo tidak bisa mengeluarkan kebijakan tertulis pihak kampus harus komitmen. Ini dua-duanya gak ada,” tuturnya.

Pada semester lalu, mahasiswa mendapatkan subsidi kuota internet Rp150 ribu dari pihak kampus dengan syarat harus membayar uang kuliah. Namun, bantuan itu tak diberikan pada semester ini.

“Subsidi kuota untuk semester ini gak ada. Untuk mendapatkan bantuan subsidi, mahasiswa juga harus bayar uang semester berapa persen baru bisa cair. Itu kan sama aja membebani bukan membantu,” ungkapnya.

Relaksasi pembayaran uang semester juga diberikan, namun tidak disesuaikan dengan kemampuan mahasiswa. Pihak kampus tetap membatasi keringanan biaya.

“Relaksasi itu kan seharusnya mahasiswa yang nentuin, biar si mahasiswa itu punya tanggung jawab untuk membayar. Jangan pihak kampus yang menentukan, kalo itu sama aja gak ada relaksasi,” terangnya.

Terkait tuntutan potongan biaya kuliah 50 persen, kampus justru malah mengusulkan mahasiswa untuk mengambil cuti. Menurutnya, solusi dari pihak kampus ini menjadi beban.

“Karena untuk cuti sendiri kita harus bayar Rp500 ribu,” tukasnya.

Adhwan mengaku, segel dicopot pada Jumat sore setelah pihak kampus akan kembali mengajak mahasiswa untuk berdiskusi agar menemukan solusi yang tepat. Namun, belum ada kejelasan terkait hal itu hingga kemarin.

“Kita dikasih janji bahwa bisa ngobrol dan duduk bareng oleh pemangku kebijakan dengan syarat segel harus dicopot. Tapi semua itu nihil sampao sekarang gak ada kabar, malah kontak saya di blokir sama pihak institut,” pungkasnya.

Menanggapi hal ini, Kepala Bagian Kemahasiswaan Insitut STIAMI Bekasi Ahmad Yani belum bisa memberikan keterangan lebih jauh tentang hal ini. Ia hanya menyampaikan, pihak kampus sedang melakukan pembahasan.
“Ini lagi menjadi pembahasan kita, penyegelan juga sudah dicopot,” pungkasnya. (dew)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin