Berita Bekasi Nomor Satu

Sekolah Alam Prasasti UAS Tanpa Meja

TANPA MEJA: Sejumlah murid SMP mengerjakan soal Ujian Akhir Semester Ganjil belajar tanpa meja di Sekolah Alam Prasasti, Desa Sukatenang, Kecamatan Sukawangi, Kabupaten Bekasi, Senin (30/11). ARIESANT/RADAR BEKASI
TANPA MEJA: Sejumlah murid SMP mengerjakan soal Ujian Akhir Semester Ganjil belajar tanpa meja di Sekolah Alam Prasasti, Desa Sukatenang, Kecamatan Sukawangi, Kabupaten Bekasi, Senin (30/11). ARIESANT/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Belasan siswa dari Yayasan Bangun Peradaban Mulia, Sekolah Alam Prasasti yang berada di Kampung Piket Indah, Desa Sukatenang, Kecamatan Sukawangi, mengikuti Ulangan Akhir Semester (UAS) Ganjil secara tatap muka, Senin (30/11).

Sekolah alam terbuka ini memilih melakukan UAS secara tatap muka, karena kondisi murid banyak yang tidak memiliki handphone maupun kuota internet. Sehingga, apabila ulangan dilakukan dengan cara daring (online), tidak akan bisa efektif. Walaupun begitu, proses UAS tetap mengikuti protokol kesehatan (prokes).

“Memang kami mengadakan UAS secara tatap muka yang pertama untuk tingkatan SMP, dan dilakukan di alam terbuka,” ujar Kepala Sekolah Yayasan Bangun Peradaban Mulia, Sekolah Alam Prasasti, Ahmad Bakri Ulum kepada Radar Bekasi, Senin (30/11).

Terkait ulangan yang tanpa meja, Ahmad menyampaikan, hal seperti ini sudah terbiasa dilakukan sejak dari awal sekolah berdiri pada 2017 lalu. Walaupun memang, lebih bagus menggunakan meja.

“Para pelajar di sini memang sudah terbiasa tidak menggunakan meja, dan apa adanya. Tapi memang lebih bagus ada mejanya,” ucapnya.

Ahmad menjelaskan, sekolah yang dipimpinnya ini merupakan sekolah terbuka. Untuk tingkatan SMP, ada 25 siswa, dari kelas 7, 8, dan 9. Lalu kurikulum pada saat UAS, sama dengan sekolah pada umumnya. Karena masih menginduk ke sekolah negeri di Tarumajaya. Kemudian, ijazahnya juga tetap Negeri.

“Sekolah kami ini mengusung konsep alam, ada kurikulum juga. Namun untuk ulangan, kami mengikuti sekolah pada umumnya. Bahkan, ijazah-nya juga Negeri, karena menginduk ke sekolah Negeri,” terangnya.

Lanjut Ahmad, yang membedakan sekolah ini, hanya kurikulum untuk pelajaran sehari-hari dari pemerintah digabung atau ditambahkan dengan karakter konsep alam yang sudah menjadi khas di sekolah ini.

“Untuk pelajaran sama dengan kurikulum dari pemerintah. Hanya saja kami menambahkan karakter konsep alam. Itulah yang menjadi perbedaan-nya,” tandas Ahmad. (pra)