RADARBEKASI.ID, CIKARANG – Coca-Cola Amatil Indonesia (Amatil Indonesia) helat Pelatihan Pengelolaan dan Pemanfaatan Sampah Organik di Taman Limo Desa Jatiwangi Kamis (10/12). Kegiatan ini diikuti oleh masyarakat Desa Jatiwangi, khususnya rekan-rekan pemuda dan karang taruna sebanyak 25 peserta. Dalam pelatihan ini, peserta diberikan pemahaman akan pentingnya pengelolaan sampah sejak dari lingkungan terkecil.
Pasalnya, pengelolaan sampah yang baik menjadi kunci utama dalam menjawab persoalan sampah yang ada, termasuk di Kabupaten Bekasi. Metode yang digunakan dalam pelatihan ini adalah pemberian materi dan praktek langsung membuat pupuk kompos dan pemahaman cara pembuatan tong komposter sebagai wadah untuk kelola kompos organik.
“Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi dan sinergi antara Amatil Indonesia masyarakat sekitar dua pabrik CCAI yang berada di Kecamatan Cikarang Barat, guna peningkatan kapasitas masyarakat di sekitar pabrik, terutama di kondisi yang serba tidak menentu akibat dari pandemi seperti saat ini,” ujar Nurlida Fatmikasari, Regional Corporate Affairs Manager CCAI, dalam keterangan tertulisnya.
Pemberian materi tentang pemahaman pengelolaan sampah organik di sekitar lingkungan dan pemahaman bahan baku kompos organik sampah hijau/dedaunan, sampah dapur, sampah coklat dan sampah organik lainnya. Transfer teknologi pembuatan pupuk kompos memberikan manfaat yang besar yaitu adanya peningkatan pengetahuan warga tentang manfaat bahan sisa sampah organik sebagi bahan baku pembuatan pupuk kompos.
Pada kesempatan yang sama juga diserahkan tong komposter dan mesin pencacah sampah organik, oleh Radita A.Wicaksana, Corporate Affairs Executive Coca-Cola Amatil Indonesia kepada Kepala Badan Permusyawaratan Desa Jatiwangi, Mahmud dan Suwada, Ketua sekaligus perwakilan Karang Taruna Desa Jatiwangi, Cikarang Barat.
Selain itu, Amatil Indonesia juga mengadakan kegiatan pelatihan akuaponik, yakni budidaya tanaman sayur dan ikan konsumsi dengan menggunakan kombinasi sistem akuakultur hidroponik dalam lingkungan yang bersifat simbiotik. Hasil yang didapatkan dari sistem pertanian ini, selain dapat dikonsumsi juga memiliki nilai ekonomis yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar pabrik.
“Harapannya, program pelatihan ini juga bagian dari menjaga lingkungan yang lebih bersih, sehat dan semakin asri. Sekaligus memberikan inspirasi sekaligus motivasi bagi masyarakat menuju kampung mandiri lestari,” tutupnya. (oke)