Berita Bekasi Nomor Satu

Tenaga Kesehatan Mulai Kelelahan

Illustrasi

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Kasus Covid-19 di Kota Bekasi terus bertambah, bahkan belum ada tanda-tanda penurunan. Dengan kondisi tersebut, sejumlah tenaga kesehatan di Kota Bekasi sudah mulai kelelahan. Wajar saja, hampir 10 bulan mereka berjuang melawan virus yang menyerang pernafasan ini.

Salah seorang tenaga kesehatan yang bertugas di Puskesmas Cimuning mengaku, setiap harinya dia harus melayani 5 sampai 7 Pasien Covid-19. ”Hari ini saja (Kemarin) kami menerima tujuh pasien covid,” kata Nakes yang tidak ingin namanya dipublikasi tersebut, kepada Radar Bekasi.

Nakes berjilbab ini mengaku, ketika mendapati satu pasien yang terkonfirmasi positif, pihaknya langsung melakukan Tracking terhadap orang yang pernah berhubungan dengan pasien. ”Minimal terhadap keluarganya. Kalau satu keluarga lima orang, jika ada 7 pasien berarti kami sehari bisa melayani 35 orang,” katanya.

Masih banyaknya orang yang mengabaikan protocol kesehatan, lanjutnya, menjadi kendala dalam memerangi Covid-19. Menurutnya, perlu kerja sama antara masyarakat, pemerintah dan tenaga Kesehatan. ”Jadi masih banyak wargayang tidak peduli, dan menyerahkan semuanya ke Nakes,” tegasnya.

Sementara itu, Nakes lainnya mengaku hal yang menjadi hambatan adalah kesadaran individu masyarakat dan karakteristik masyarakat yang berbeda. Hal ini yang kerap dihadapi oleh Nakes di tengah masyarakat. “Beda kalau di RS, mereka secara fisik pastinya lelah,” ungkapnya.

Bagi nakes yang berjuang di tengah masyarakat, perdebatan dengan masyarakat di lapangan membutuhkan ekstra kesabaran. Bahkan, disebut lebih banyak memberikan edukasi kepada masyarakat di lingkungan yang berbeda karakteristiknya.

“Kalau di wilayah kan tidak menangani yang sakitnya saja, tapi terkadang RT, RW, tetangga, dan sebagainya. Banyak yang intervensi atau punya penanganan sendiri-sendiri,” tukasnya.

Dinas Kesehatan mencatat jumlah kasus terkonfirmasi keseluruhan sebanyak 12.508 kasus, bertambah 158 kasus. Catatan kasus dalam perawatan sebanyak 729 kasus, 176 diantaranya dalam perawatan rumah sakit.”Kasus baru hari ini 158,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bekasi, Tanti Rohilawati saat dikonfirmasi oleh Radar Bekasi.

Jumlah kasus meninggal terkonfirmasi sebanyak 205 kasus, sementara dinyatakan sembuh sebanyak 11.575 kasus.”Ayo semuanya, mari kita jaga protkol kesehatan dengan memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan,”terangnya.

Melihat kondisi tersebut, perayaan natal dan tahun baru di Kota Bekasi bakal dibatasi. Ratusan gereja di Kota Bekasi rencananya hanya dihadiri 20 persen dari kapasitas gereja pada saat perayaan Hari Raya Natal. Selain meminimalisir kehadiran jemaat di gereja, perayaan Hari Raya Natal juga dihimbau sesederhana mungkin ditengah situasi berat yang tengah dialami oleh seluruh masyarakat.

Ketua Forum Umat Nasrani Bagi Kota Bekasi (Forbakti), Pdt Djajang Buntoro mengatakan, gereja harus menjadi berkat bagi lingkungan sekitar, perayaan natal dinilai akan lebih baik dilaksanakan sesederhana mungkin, disamping ketaatan umat terhadap pemerintah sebagai lembaga yang memiliki otoritas sebagaimana pentingnya ketaatan jemaat di dalam firman Tuhan.

“Kalaupun diadakan itu terbatas. Kita ikuti, bahkan hari ini kita sudah turun dari pemerintah, dari kementerian agama, 20 persen (jemaat yang hadir) dari kapasitas supaya jaraknya satu meter terpenuhi,” terangnya saat dijumpai oleh Radar Bekasi, Senin (14/12).

Pihaknya telah mengingatkan kepada pendeta lain untuk memperhatikan protokol kesehatan dan ketentuan dalam perayaan Hari Raya Natal. Diluar dari 20 persen jemaat yang hadir, mengikuti perayaan Hari Raya Natal secara daring atau live streaming.

Pemuka agama telah menghadiri pertemuan sebanyak dua kali dengan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Bekasi serta pertemuan dengan tokoh lintas agama untuk membicaraka protokol kesehatan dalam perayaan Hari Raya Natal. Selama ini, diakui bahwa dalam pelaksanaan ibadah rutin, pengawasan oleh Satgas Covid-19 dilakukan dilingkungan gereja.

Begitupun durasi waktu ibadah yang akan dilaksanakan, pihaknya berusaha untuk mempersingkat waktu ibadah. Semakin lama berada dan berkumpul dalam satu ruangan, maka disebutkan prosentase resiko penyebaran semakin besar. “Kita harus benar-benar hati-hati, jangan ada yang bandel. Biasanya ibadah umat Kristen atau Katolik dua jam, kalau dari pemerintah satu jam. Kita usahakan tidak sampai dua jam,” tambahnya.

Dalam melaksanakan ibadah virtual, diakui umat belum terbiasa. Namun, himbauan pemerintah dan keselamatan umat menurutnya harus menjadi pertimbangan tanpa mengurangi esensi peribadatan.

“Natal kita tahun ini agak sedikit berbeda, banyak orang kita kesulitan, banyak orang kehilangan pekerjaan, dari pada uang itu dipakai untuk pesta, lebih baik disalurkan, dijadikan sembako, dibagikan kepada lingkungan,” tukasnya.

Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi mengatakan Pemerintah Kota Bekasi tidak melarang perayaan Hari Raya Natal. Dengan catatan, dibatasi dengan ketat protokol kesehatan yang selama ini masih menjadi vaksin manjur bagi masing-masing warga.”Saya sudah himbau, tidak melarang orang untuk beribadah. Sama seperti lebaran, orang sembahyang Ied kota atur sedemikian rupa,” terangnya.

Seluruh umat beragama menurutnya telah menyadari pentingnya ketaatan terhadap protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran Covid-19. Seluruh umat beragama diminta untuk bersabar dalam situasi pandemi, semua akan kembali normal saat pandemi berakhir.”Kalau tahun depan ada umur, pasti bisa melakukan (perayaan hari besar keagamaan dengan normal) lagi,” tukasnya.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Bekasi, Alamsyah mengatakan, sejauh ini belum ada regulasi khusus mengenai aturan yang akan diterapkan pada perayaan natal. Namun kata dia, pada umumnya aturan Protokol Kesehatan (Prokes) akan sama dengan tempat ibadah lainnya. “Belum ada regulasi khusus. Pada umumnya sama dengan prokes di tempat ibadah lain,” ujarnya kepada Radar Bekasi, Senin (14/12).

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Masrikoh menambahkan, regulasi yang diterapkan kemungkinan besar sama dengan umat Islam, seperti mencuci tangan, memakai masker, jaga jarak, jumlah kapasitas dikurangi, dan menjauhi kerumunan.

“Ya tetap jaga jarak, cuci tangan dan pakai masker. Kalau regulasi sama dengan umat Islam,” ucap perempuan yang akrab disapa Ikoh.

Sementara itu, Sekretaris Dewan Paroki Cikarang, Benediktus Yudi S menuturkan, untuk perayaan Natal di Paroki Cikarang sudah dipersiapkan. Selain menerapkan prtokol kesehatan, jemaat yang akan beribadah harus mendaftar.

Dalam pendaftaran, ada sejumlah pertanyaan dan persyaratan yang ditetapkan. Minimal berusia 18-59 tahun dan dalam kondisi sehat. Pendaftaran sendiri akan dibuka pada Jumat 18 Desember 2020 mendatang.

“Gereja kami hanya membuka terbatas yaitu 160 umat, tidak sampai 20 persen dari kapasitas saat ini, supaya tempat duduk bisa diatur dengan jarak 1,5 meter. Umat yang akan ibadah di gereja harus mendaftar,” jelasnya. (sur/pra)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin