
RADARBEKASI.ID, BEKASI – Aksi protes terhadap kenaikan harga daging sapi dengan mogok berjualan tidak hanya dilakukan oleh pedagang daging saja. Rencananya, para penjual bakso se Kabupaten Bekasi akan melakukan hal serupa.
Sekretaris Papmiso Indonesia, Bambang Hariyanto mengatakan, tiga ribu pedagang mie dan bakso yang tergabung dalam organisasi Papmiso Indonesia sepakat mogok dagang selama tiga hari. Kata dia, ini sebagai bentuk dukungan untuk pedagang daging.
Dirinya menyebut, akibat kenaikan harga daging sapi ini omset perhari para pedagang bakso mengalami penurunan sekitar 50 persen. Penurunan omset ini terjadi secara bertahapa, mulai dari awal pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), hingga kenaikan harga daging.
Dia mengaku, omset pedagang bakso bervariasi perharinya, rata-rata untuk yang berjualan keliling mendapat keuntungan Rp 200 hingga Rp 300 ribu. Kemudian untuk yang mangkal, omset perharinya Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta.
Sementara itu, ratusan pedagang daging sapi melakukan aksi protes. Mereka membentangkan spanduk berisikan tuntutan agar pemerintah menurunkan harga sapi impor asal Australia. Mereka yang tergabung ke dalam Asosiasi Pedagang Daging Cikarang ini juga bersepakat melakukan mogok dagang (tidak berjualan) selama tiga hari.
Perwakilan asosiasi pedagang daging Cikarang, Sandimin mengaku, jumlah pedagang daging sapi di Kabupaten Bekasi sekitar 1000 pedagang.Tidak hanya di Kabupaten Bekasi, aksi serupa dilakukan juga pedagang daging lain di Jabodetabek. “Saya berharap harga daging kembali turun diangka Rp 100 ribu perkilo,” ungkapnya.
Untuk sekarang, harga daging sapi perkilonya Rp 125 ribu, sebelumnya Rp 110 ribu. Kenaikan harga ini sudah berlangsung selama tiga bulan belakangan. Akibat kenaikan harga ini, penjualan mengalami penurunan sekitar 30 sampai 50 persen, setiap harinya.
Terpisah, Hasil rapat koordinasi antara Kementerian Perdagangan (Kemendag), Direktorat Jenderal (Dirjen) Perdagangan Dalam Negeri bersama dengan beberapa pihak, termasuk Pengurus DPP Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) menghasilkan beberapa keputusan, diantaranya kenaikan harga daging sapi di tingkat pengecer menjadi Rp130 ribu. Kenaikan harga daging sapi ini segera diumumkan oleh Dirjen Perdagangan Dalam Negeri.
Ketua DPP APDI, Asnawi menyampaikan pemerintah melalui Dirjen Perdagangan Dalam Negeri telah mengumumkan hasil rapat kepada publik, pedagang diminta untuk kembali beraktivitas. Menurutnya, Dirjen Perdagangan Dalam Negeri tidak bisa memaksakan pedagang daging untuk kembali beraktivitas, lantaran merugi, serta tidak mempersalahkan pedagang daging sapi untuk tidak beraktivitas karena sudah menjadi pilihan para pedagang.
“Pemerintah melalui Dirjen Perdagangan Dalam Negeri segera memberikan pengumuman terkait kenaikan yang bersifat anomali, bahwa harga jual daging sapi ditingkat pengecer atau pedagang daging Rp130 ribu per kg,” ungkapnya melalui pesan tertulis kepada Radar Bekasi, Rabu (20/1).
Untuk menjaga kestabilan harga dan ketersediaan sapi potong, Kemendag disebut akan memberikan izin kepada para importir untuk melakukan impor sapi dari negara Meksiko dan sapi Slaugther dari Australia. Selama dua bulan kedepan Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo) diminta untuk tidak lagi ada kenaikan harga, yakni tetap di Rp47 sampai Rp48,5 ribu, setara dengan harga daging sapi yang belum dipisahkan dari tulangnya Rp95 sampai Rp98 tertinggi.
Faktor penyebab tingginya harga daging sapi akibat dari harga beli sapi oleh para importir dari Australia sejak bulan Juli 2020 silam. Saat itu, harga sapi sudah berada pada posisi 3,6 dolar Amerika per kg bobot sapi hidup. Harga sapi hidup ini kembali naik pada kurun waktu bulan Januari dan Februari 2021 mendatang, menyentuh 3,9 dolar Amerika per kg bobot sapi.
Harga ini diluar dari biaya bongkar muat pelabuhan dan biaya transportasi, stabilisasi dilakukan saat ketersediaan pasokan daging sapi bagi masyarakat. Harga jual Rp130 ribu di tingkat pengecer disebut hanya untuk jangka pendek. “Kenaikan harga terjadi sejak Juli 2020 sampai dengan Januari 2021, sudah mencapai Rp13 ribu per kg pembelian sapi bakalan (sapi hidup) dari Australia,” tukasnya.
Sementara itu, Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan Kota Bekasi berencana untuk melakukan operasi pasar daging murah di beberapa lokasi. Kegiatan ini rencananya akan dilakukan bersama dengan Bulog, PT Pertani Indonesia, dan Toko Tani.
Koordinasi segera dilakukan bersama dengan Satgas Pangan untuk mengatasi kelangkaan daging di pasar, RPH Kota Bekasi ditekankan akan tetap beroperasi seperti biasa meskipun tidak ada aktivitas pemotongan hewan.
“Langkah yang dilakukan dengan berkoordinasi dengan Satgas Pangan untuk mengatasi kelangkaan daging segar di pasar tradisional,” kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan, dan Pertanian Kota Bekasi, Abdul Iman.
Selama ini, kebutuhan daging sapi per hari di wilayah Kota Bekasi mencapai 16 ton. (pra/Sur)











