Berita Bekasi Nomor Satu

Perumahan PGP Terancam Tenggelam

TANGGUL AMBLAS : Warga berjalan diatas tanggul yang ambruk di Perumahan Pondok Gede Permai, Jatiasih, Kota Bekasi, Senin (15/2). Ambruknya tanggul tersebut membuat warga khawatir banjir.RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI.
TANGGUL AMBLAS : Warga berjalan diatas tanggul yang ambruk di Perumahan Pondok Gede Permai, Jatiasih, Kota Bekasi, Senin (15/2). Ambruknya tanggul tersebut membuat warga khawatir banjir.RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI.

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Warga Perumahan Pondok Gede Permai (PGP), Kelurahan Jatirasa, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi merasa was-was jika dalam waktu dekat debit air Kali Bekasi kembali naik. Pasalnya, tanggul pembatas antara bibir kali dan perumahan ambruk. Air Kali Bekasi setiap saat bisa menggenangi lingkungan perumahan dan mengancam sekitar 1.500 Kepala keluarga (KK) yang ada di tiga RW.

Tanggul yang berada di bagian muka area perumahan, tepatnya di lingkungan RT 04/10 nampak kemiringan tanggul paling parah 25 sampai 30 derajat, tanggul yang hampir rubuh sempurna ini membuat tanah di sekitar tangguh terbelah. Setidaknya keretakan bangunan tanggul ini sepanjang 60 meter, beriku dengan pergerakan tanah yang terjadi di dalam area perumahan.

Di bagian luar tanggul, tepat di bibir kali Bekasi, nampak berdiri satu tanggul lebih rendah, sebelumnya usaha untuk menahan tanggul sempat dilakukan. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan pasir dan batu tepat dibagian luar area perumahan, atau di bibir kali.

Semakin mengkhawatirkannya kondisi tanggul sejak Minggu (14/2) malam membuat warga khawatir jika debit air Kali Bekasi kembali naik seperti beberapa waktu lalu, saat ketinggian air berada di 670 cm, hampir melebihi tinggi tanggul. Top level Tinggi Muka Air (TMA) di sekitar tanggul awal pekan kemarin sempat membuat warga bersiap mengungsi, beruntung air tidak sampai limpas, berbeda jika TMA dengan ketinggian itu terjadi dengan kondisi setelah rubuh, air dengan mudah masuk ke area permukiman warga.

“Ya umumnya (warga) sangat khawatir, makanya begitu tadi saya lihat kondisi tanggul langsung saya share ke group rescue, KP2C, RT, RW. Alhamdulillah respon bapak-bapak terkait,” kata Bendahara Pengurus RW 10, Tarto saat dijumpai di lokasi, Senin (15/2).

Ia menceritakan tanggul yang mulai dibangun sejak tahun 2010 ini sudah menunjukkan kondisi miring sejak beberapa waktu silam. Puncaknya terjadi pada hari Minggu malam pukul 21:00 WIB ia mendengar suara gemuruh bangunan retak dari rumahnya yang hanya berjarak 50 meter dari posisi tanggul roboh.

Hingga ia mendapati kondisi tanggung mengkhawatirkan pada keesokan harinya, sejak dibangun tanggul dihadapan rumahnya belum pernah jebol menahan debit air, hanya kondisi bangunan tanggul dalam keadaan miring. Ketinggian air sempat limpas melewati ketinggian tanggul pada tahun 2016, disusul kembali terjadi pada awal tahun 2020 silam, saat debit air naik belum lama kemarin, antara muka air dengan tanggul menyisakan 30 cm.

Warga sekitar telah berusaha untuk menahan tanggul agar tidak rubuh, swadaya warga dan bantuan pemerintah digunakan untuk memperkuat bangunan tanggul menggunakan 14 truk pasir ditambah dua truk batu berukuran besar. Pengalamannya sejak tahun 1993 silam, hujan lokal meskipun dengan intensitas deras tidak banyak berpengaruh, berbeda saat datang air dari hulu, yakni Sungai Cileungsi dan Cikeas.

“Jadi intinya dengan kondisi sekarang ya secepatnya mau perbaikan, mungkin minggu-minggu ini mau dilakukan perbaikan permanen,” tambahnya.

Informasi sementara perbaikan tanggul akan dilaksanakan, pihaknya juga tengah bersiap untuk memberikan sosialisasi kepada warga agar tak terganggu. Rencana normalisasi Kali Bekasi juga telah diterima, setidaknya ada sejumlah rumah termasuk rumah miliknya akan terkena pembebasan lahan, pembebasan 20 meter dari bibir tanggul.

Siang harinya, Wakil Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto bersama dengan kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) Bambang Heri datang untuk melihat secara langsung kondisi tanggul. Disimpulkan kondisi tanggul sudah dalam status membahayakan bagi warga dan memperbesar potensi banjir pada saat TMA mencapai ketinggian lebih dari 500 cm.

“Jadi kalau sekarang lebih turun lagi, sehingga ada kemampuan kapasitas menampung air jadi lebih kecil, terus kemudian adalah keselamatan warga,”jelas Wakil Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto.

Hasil pertemuan di lokasi, disepakati akan dilakukan perbaikan secepatnya, rencananya mulai dilaksanakan oleh BBWSCC malam kemarin. Akses warga di tepi tanggul terpaksa harus terganggu selama perbaikan tanggul.

Rubuhnya sebagian bangunan tanggul ini telah melalui proses selama beberapa waktu, kemiringan tanggul menjadi semakin parah saat tanah yang berada di bawahnya tergerus usai debit air mengalami peningkatan. Akibatnya, tanah di sekitar tanggul mengalami pergeseran, turun, membuat bangunan tanggul rubuh.

“Jadi nanti malam alat berat sudah mulai turun, sudah mulai melakukan persiapan, secepat mungkin akan kami lakukan (perbaikan),” tukasnya.

Sementara itu, Kepala BBWSCC, Bambang Heri menyebut perbaikan tanggul ini masuk dalam rangkaian kegiatan pembangunan pengendalian banjir Kali Bekasi paket 1, mulai dari Pertemuan Sungai Cileungsi dan Cikeas (P2C) sampai dengan bendung Bekasi. Hasil di lokasi menunjukkan total tanggul rubuh sepanjang 60 meter, sementara penurunan tinggi tanggul yang terjadi hampir 2 meter dari ketinggian awal sekira 4 meter.

“Nanti kami hitung secepatnya (waktu yang diperlukan untuk memperbaiki tanggul),” ungkapnya.

Terkait dengan normalisasi atau yang ia sebut dengan pembangunan pengendalian banjir Kali Bekasi, dibutuhkan lahan sekira 42 hektar sepanjang 12 km, mulai dari P2C sampai bendung Bekasi. Pekerjaan paket 1 dilaksanakan di wilayah dengan ketersediaan lahan yang sudah mencukupi, yakni 20 meter dari bibir tanggul.

Sejauh ini, pelaksanaan proyek yang ditarget selesai selama tiga tahun mendatang tengah dilakukan sosialisasi kepada masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran Kali Bekasi. Pengendalian banjir dilakukan sesuai dengan kebutuhan di masing-masing wilayah untuk meminimalisir dampak banjir.

“Kalau disitu cuma butuhnya ngeruk (lumpur), ya kita keruk. Tapi kalau tanggul, ya kita bikin tanggul, intinya kapasitas di dalam (kali) nya itu mampu mengalirkan debit air yang kita rencanakan,” tukasnya. (Sur)