
RADARBEKASI.ID, BEKASI – JEC Eye Hospitals & Clinics, meluncurkan layanan terbaru Myopia Control Care yang menghadirkan penanganan mata minus secara menyeluruh berdasarkan tingkatan kebutuhan pasien.
Sentra khusus miopia itu tersedia perdana di Rumah Sakit Mata JEC Kedoya. Layanan terbaru JEC ini menawarkan pilihan tindakan perawatan dan penanganan miopia yang ekstensif, dari terapi hingga tindakan koreksi berbasis laser (Lasik).
Ketua Layanan JEC Myopia Control Care, Gusti G. Suardana menjelaskan, melalui Myopia Control Care memudahkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan penanganan miopia secara menyeluruh. Dengan demikian, mereka bisa memperoleh perawatan yang tepat berdasarkan kondisi miopia yang diderita, serta sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
”Lebih sedikit waktu di luar ruangan dan lebih banyak waktu menatap layar menjadi pemicu, di samping genetik, faktor risiko miopia lainnya adalah gaya hidup,”ujar Gusti Kepada Radar Bekasi Selasa (23/2).
Tak bisa dipungkiri, pandemi Covid-19 mengubah perilaku masyarakat. Aktivitas di luar ruangan jauh berkurang, sementara kelekatan terhadap gawai berlayar semakin tinggi. Anak-anak belajar jarak jauh secara daring, Sedangkan kelompok dewasa juga bertumpu pada gawai untuk bekerja dan bersosialisasi. ”Artinya, semua kalangan usia semakin berpotensi terserang miopia,” tambahnya.
Prevalensi miopia disebut pula rabun jauh atau mata minus dapat terus meningkat. Temuan WHO pertama menyebut, sekitar 40 persen dari populasi dunia 3,3 miliar orang akan menderita miopia pada 2030 mendatang. Bahkan, akan mencapai lebih dari setengah populasi dunia 4,8 miliar orang pada 2050. Lebih-lebih saat ini, situasi pandemi Covid-19 turut memberikan andil.
”Studi di China baru-baru ini memperlihatkan, bahwa selama 2020, anak usia 6-8 ternyata 3 kali lipat lebih rawan terkena miopia dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Lebih sedikit waktu di luar ruangan dan lebih banyak waktu menatap layar menjadi pemicu,”jelasnya.
Miopia sendiri bukan saja membuat penderitanya tak nyaman ketika beraktivitas, jika tidak segera diatasi, miopia bisa menyebabkan komplikasi lanjutan seperti mata malas, katarak, glaukoma, dan retina lepas bahkan, sampai kebutaan.
Karenanya, gejala miopia yang terkesan remeh antara lain, sering memicingkan mata saat melihat, kesulitan memandang jauh ketika berkendara, sering mendekatkan mata ke layar TV atau ponsel.
”Jika mata terasa lelah dan tegang, serta kerap mengucek mata patut diwaspadai. Pemeriksaan mata secara berkala minimal 6-12 bulan sekali, harus dilakukan” tuturnya.
Wakil Ketua JEC Myopia Control Care, Damara Andalia menjelaskan, myopia control care mengedepankan integrasi antar sub-spesialis mata di JEC. Artinya, pemeriksaan dan penanganan terhadap pasien, baik yang sudah menderita miopia ataupun berpotensi mata minus, meliputi seluruh aspek mata. Dari sisi teknologi, layanan ini juga diperkuat alat diagnostik termutakhir.
Diantaranya Pentacam AXL, yang mampu mengukur seluruh data organ mata, seperti panjang bola mata, keadaan kornea dan ketebalan lensa.
“Dengan gabungan expertise dan teknologi JEC, melalui layanan myopia control care, pasien akan mendapatkan pilihan dan rekomendasi tindakan lanjutan yang cermat guna mencegah progresivitas miopia mereka,” ucapnya.
JEC Myopia Control Care menawarkan layanan dari tahapan awal yaitu konsultasi dan screening mata secara komprehensif, hingga langkah-langkah treatment berdasarkan tingkatan kebutuhan dan usia baik untuk anak-anak hingga dewasa. Mulai dari pemberian vitamin, terapi obat tetes mata, anjuran penggunaan kacamata yang terkustomisasi, terapi lensa kontak Ortho-K, RGP Lens, Scleral Lens, sampai koreksi refraksi dengan Lasik.
”Pasien miopia mempunyai beragam pilihan penanganan untuk mengatasi kondisinya. Tentunya, pilihan penanganan didasarkan pada level miopia serta didahului dengan pemeriksaan yang mendalam,”paparnya.
Contohnya, terapi Atropin 0,01 persen, bisa membantu menghambat perkembangan mata minus pada anak-anak usia di bawah 15 tahun. Ada juga, terapi lensa kontak khusus Ortho-K yang dikenakan pada malam hari untuk membantu pasien terbebas dari penggunaan kacamata selama aktivitas keesokan harinya. Ortho-K dapat digunakan pada semua usia, sejak usia 5 tahun sekalipun. ”Sementara, Lasik/ReLEx® Smile – yang membutuhkan waktu tindakan hanya beberapa detik, disarankan bagi penderita minus tinggi berusia di atas 18 tahun,”jelasnya.
Sementara, Presiden Direktur JEC Johan A. Hutauruk, menyampaikan, myopia control care telah beroperasi mulai 1 Februari 2021, bertepatan dengan hari jadi JEC ke-37. Untuk mengakses layanan ini, pasien existing ataupun baru cukup menghubungi JEC melalui WhatsApp 0877 2922 1000, atau [email protected] untuk pemeriksaan secara online via JEC @ Cloud.
“Gangguan refraksi, termasuk miopia, menjadi salah satu faktor terbesar penyebab kebutaan di Indonesia. Sejak 1984, JEC telah konsisten menjaga kesehatan mata masyarakat Indonesia dan berkontribusi aktif mengurangi kebutaan di tanah air. Hadirnya sentra penanganan miopia pertama di Indonesia, myopia control care, semakin menegaskan kesungguhan kami untuk meneruskan komitmen tersebut,“ pungkasnya. (dew)











