Berita Bekasi Nomor Satu

Kasus di Bekasi Melandai

BERI DUKUNGAN : Sesama petugas medis berdialog saling memberi dukungan di RSUD Chasbullah Abdulmajid Kota Bekasi, Senin (1/3). Hari ini tepat setahun covid-19 ada di Indonesia. RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI
BERI DUKUNGAN : Sesama petugas medis berdialog saling memberi dukungan di RSUD Chasbullah Abdulmajid Kota Bekasi, Senin (1/3). Hari ini tepat setahun covid-19 ada di Indonesia. RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Hari ini, tepat satu tahun yang lalu Presiden Joko Widodo resmi mengumumkan kasus Covid-19 pertama di Indonesia. Belum bisa diprediksi kapan virus asal Kota Wuhan, China ini berhenti menghantui seluruh sendi kehidupan manusia, di tengah penemuan kasus baru yang belum berakhir di Kota Bekasi, hanya satu pesan yang dapat disampaikan, menggambarkan keseriusan antara satu dengan yang lain untuk tetap mematuhi Protokol Kesehatan (Prokes).

Satu tahun berlalu, penyebaran virus belum bisa dikendalikan. Walaupun, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), hingga Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berjilid sudah dijalankan.

Kota Bekasi mencatat 34.365 kasus Covid-19 terkonfirmasi sejak awal pandemi, dengan tingkat kasus aktif sebesar 1,71 persen, kesembuhan 96,69 persen, dan kematian 1,31 persen. Sedangkan Kabupaten Bekasi, catatan kasus terkonfirmasi sebanyak 18.752 kasus, dengan tingkat kasus aktif 5,92 persen, kesembuhan 92,86 persen, dan kematian 1,22 persen.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), memprediksi tidak akan sepenuhnya Covid-19 hilang, melainkan berubah dari pandemi menjadi endemik. Keduanya tidak dibedakan dari tingkat keparahan penyakitnya, melainkan sejauh mana penyakit itu menyebar.

Situasi endemik merupakan kehadiran konstan atau prevalensi suatu penyakit atau infeksi yang biasa terjadi dalam suatu wilayah geografis. Dalam hal ini, ada beberpaa contoh penyakit di dunia yang berubah dari pandemi menjadi endemik.

Vaksinasi baru saja dimulai pertengahan Januari lalu, masih jauh perjalanan untuk mencapai 70 persen dari total penduduk di Indonesia, khususnya Kota dan Kabupaten Bekasi. Cakupan vaksin sebanyak 70 persen dari populasi ini menurut Ahli Epidemiologi Universitas Indonesia (UI), Tri Yunis Miko Wahyono setidaknya akan menurunkan penyebaran Covid-19.Walaupun, herd immunity atau kekebalan kelompok belum tercapai dalam jumlah tersebut.”Kasus Covid-19 nya berubah dari pandemi menjadi endemik saat vaksinasinya sudah mencapai 70 persen,” katanya.

Virus yang telah satu tahun berdampingan dengan manusia ini tidak akan hilang setelah satu tahun masa endemik. Masih ada kemungkinan virus ini benar-benar hilang, dapat diprediksi setelah memperhatikan pola endemik.

Selama satu tahun pandemi, penanganan kasus berbagai wilayah, termasuk Kota dan Kabupaten Bekasi dinilai sudah mulai membaik. Dalam perjalanan penanganan Covid-19, Bekasi telah menyiapkan tempat isolasi mandiri.

Namun, beberpaa hal yang perlu digaris bawahi adalah karantina bagi orang yang telah menjalani kontak erat. Dalam temuan kasus, proses tracing dilakukan, namun tidak memperhatikan kontak erat yang terjadi pada temuan kasus tersebut.

Berkenaan dengan strategi pemerintah selama pandemi, konsistensi penanggulangan pandemi terjadi hanya pada pelaksanaan PSBB I dan II. Sementara strategi selanjutnya yang dilakukan hanya pembatasan ringan saja.”Kemudian sekarang bagusnya ada vaksin, bulan Januari sudah dimulai, mudah-mudahan pengadaannya akan dipercepat, dan vaksinasinya akan dipercepat,” tambahnya.

Selain itu, awal bulan ini laporan Bor Occupancy Ratio (BOR) atau rasio tempat tidur yang terisi di Rumah Sakit (RS) wilayah Bekasi telah menunjukkan penurunan. Catatan BOR RS milik pemerintah, swasta, dan RS darurat awal bulan ini mengalami penurunan, keterisian RS diangka 66,06 persen. Jumlah ini menyisakan tempat tidur kosong dari total 2.815 tempat tidur.

“BOR 66 persen per hari ini, sudah hampir separuh kosong. Tapi kalau sudah 80 persen, hati-hati,” kata ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Kota Bekasi, Rahmat Effendi kepada Radar Bekasi.

Penurunan BOR ini diikuti oleh penurunan angka positifity rate yang saat ini berada di angka 20 persen, ia memastikan jumlah tracing yang dilakukan tidak turun. Sebelumnya, jumlah sampel positif yang didapatkan dari total tracing dan testing berada di angka 30 persen.

Situasi Pandemi satu tahun kebelakang menurutnya telah berpengaruh pada semua sendi kehidupan, termasuk penyelenggaraan pemerintahan. Pembangunan sejumlah infrastruktur terganggu akibat pandemi.

“Kan kita separuh APBD kita fokuskan ke sini, penanganan Covid-19. Belum lagi kondisi ekonomi, pedagang yang masih terganggu, tempat hiburan, investasi, kemudian pengangguran, kan banyak efek lanjutannya,” tambahnya.

Pemerintah Kota Bekasi masih memiliki total dana Rp175 miliar yang dialokasikan pada pos Biaya Tak Terduga (BTT). Dana dalam pos anggaran APBD Kota Bekasi tahun 2021 ini bisa digunakan dalam penanganan Covid-19 yang bersifat bukan belanja rutin.

Sisi lain, vaksinasi menjadi jalan mulus untuk menahan laju penyebaran virus. Pemerintah menargetkan 70 dari total jumlah penduduk akan divaksin sampai akhir tahun. Setelah Nakes, kini giliran kelompok selanjutnya pada tahap ke dua.

Pantauan Radar Bekasi vaksinasi tahap dua telah dilakukan kepada Wakil Rakyat dan petugas pelayan publik, kemarin. Vaksinasi dilakukan di kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bekasi.

Besarnya jumlah sasaran vaksinasi yang akan dilakukan ditahap dua ini membutuhkan persiapan lebih ekstra. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bekasi berencana untuk melakukan vaksinasi massal di tempat tertentu.

“Misalkan TNI mungkin di Yonif, contohnya disitu. Mungkin Polres dimana tempatnya, sehingga sasaran cepat terpenuhi. Begitupula dengan sasaran yang lain, kalau kita dimungkinkan secara massal, justru kita akan memetakan tempat-tempat massal tersebut,” terang Kepala Dinkes Kota Bekasi, Tanti Rohilawati.

Pelaksanaan vaksinasi pertama pada tahap dua kali ini dimulai dengan petugas layanan publik baik ASN maupun non ASN. Hari ini rencananya setail jumlah seluruh sasaran dari berbagai kelompok sudah dapat diketahui untuk memperkirakan mekanisme pelaksanaan vaksinasi pada tahap dua.

Berawal Dari Klaster Keluarga

Sementara itu, Cluster keluarga menjadi awal mula penyebaran Covid-19 di Kabupaten Bekasi. Dimana, kasus pertama terjadi pada tanggal 9 Maret 2020 lalu, setelah warga Mangun Jaya, Tambun Selatan, diketahui terkonfirmasi Covid-19 dan meninggal dunia.

Akibat kejadian tersebut, menyebabkan anak dan istri, orang yang meninggal karena terkonfirmasi Covid-19 tertular, sehingga muncul cluster keluarga. “Jadi di Kabupaten Bekasi itu pertama kali cluster keluarga, bukan industri,” tuturkata Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Bekasi, Alamsyah, kepada Radar Bekasi, Senin (1/3).

Kemudian, setelah Pemberlakuan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada bulan April 2020 lalu, muncul cluster Industri. Dia menjelaskan, angka penyebaran dari cluster industri terus meningkat. Terutama saat libur Idul Fitri, Idul Adha, Natal dan Tahun Baru.

Tercatat, hingga saat ini jumlah kasus positif Covid-19 di Kabupaten Bekasi sebanyak 18.753, dengan angka kesembuhan 92 persen, sekitar 17.413. Lalu yang meninggal sebanyak 228 orang. Sedangkan yang masih di rawat angkanya masih tinggi 339 orang. Dan yang isolasi mandiri 720 orang.

“Jadi praktis sampai hari ini jumlah kasus aktif 1.012, yang sudah dilakukan pemeriksaan swab 98.744. Hasil analisa kita ada dua, pertama cluster industri 60 persen, cluster keluarga 30 persen, dan 10 persen lainnya menyebar,” jelasnya.

Kata dia, ada dua faktor yang menyebabkan virus asal Cina ini terus berkembang di Kabupaten Bekasi. Pertama, kondisinya yang dekat dengan Jakarta. Dan kedua, jumlah penduduk yang besar, terutama di wilayah yang sampai sekarang merah, yakni Cikarang Barat, Cibitung, Tambun Selatan, dan Babelan.

“Kalau kita lihat penyebabnya itu kedispilinan warga, lalu mobilitas sangat luar biasa,” ucapnya.

Kendati demikian, pria yang juga sebagai Sekretaris Dinas Kesehatan ini menuturkan, angka kesembuhan di Kabupaten Bekasi ini di atas nasional dan Provinsi Jawa Barat, dengan rincian sebagai berikut. Jawa Barat itu 85 persen, Nasional 82 persen, sedangkan Kabupaten Bekasi 92 persen.

“Makanya angka kesembuhan besar, terlebih pada bulan Juli 2020 itu, kita mendapat bantuan laboratium dari BNPB. Sehingga kapasitas laboratium kita meningkat,” ungkapnya. (sur/pra)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin