Berita Bekasi Nomor Satu
Bekasi  

Protokol Kesehatan Jangan Kendor

RAZIA-MASKER
Illustrasi : Petugas kepolisian melakukan razia maske kepada pengendara roda empat di Kawasan Perbatasan Jakarta Timur, Kota Bekasi Terminal Bekasi, beberapa waktu lalu. RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – KeSementara itu, rasa syukur patut dihaturkan kepada Tuhan, diantara 25 penggali kubur di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Padurenan, Kota Bekasi, semua masih sehat. Rasa takut selalu ada setelah satu tahun berlalu, keyakinan mereka untuk memastikan anggota keluarga di rumah tetap sehat dengan menjalankan Prokes, memastikan badan mereka dalam keadaan bersih saat masuk ke dalam rumah.

“Dengan kerjasama kita ini tentang protokol yang dianjurkan itu ya sebenarnya baik buat kita, tolong kita ikuti untuk masyarakat yang masih pada Bader ya tolong lah, kalau pandemi ini hilang kab yang nikmatin bukan cuma pemerintah, masyarakat juga. Merinding saya kalau cerita ini, makanya kadang-kadang kasian keluarga dimakamkan dari kejauhan, ada yang pingsan kita ngeliat masyaallah, bagaimana kalau itu terjadi pada diri kita,” kenang salah satu pengali kubur, Fadli Muhammad (30).

Jumlah jenazah yang datang untuk dimakamkan dengan protokol Covid-19 diakui telah berkurang kurun waktu bulan Februari ini, walaupun lima liang lahat harus tersedia supaya jenazah yang datang tidak menunggu harus tetap disediakan. Ia meminta kepada masyarakat untuk tetap mematuhi protokol kesehatan dengan baik, kerjasama antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain disebut akan mengurangi jenazah yang datang ke TPU Padurenan.

Dewasa ini, jenazah yang datang hanya empat sampai lima. Jumlah ini jauh dari bulan-bulan sebelumnya. Meskipun, tidak semua jenazah yang datang dipastikan positif Covid-19. Dalam menjalankan tugas, waktu istirahat tidak terasa, makan siang yang tengah disantap terpaksa harus ditinggalkan demi kewajiban.”Kita juga (sekarang) kasarnya bisa tidur-tiduran, nggak kaya kemarin,” tambahnya.

Pemakaman disaksikan dari kejauhan oleh anggota keluarga, adzan dilantunkan oleh petugas di liang lahat. Hari berikutnya, keluarga boleh berziarah mengunjungi makam, semua liang lahat sudah dipersiapkan papan nama untuk memudahkan, hal ini juga membuat Fadil dan rekannya yang lain ikut merasakan kesedihan.

Semua berubah setelah orang terdekat, baik keluarga maupun tetangga sudah terjangkit Covid-19, ini yang dirasakan oleh penyintas Covid-19, Indro. Bapak satu anak ini sempat merasakan dinginnya ruang ICU RS Mitra Pratama Jatiasih beberapa waktu lalu.

Setelah dinyatakan sembuh 3 Februari kemarin, ia merasa sangat bersyukur telah melewati masa sulitnya. Selama berada di ruang ICU, dokter RS meminta Indro untuk menerima tranfusi plasma konvalesen yang sangat sulit untuk didapat.

Sebelas hari dilewati tanpa ada satupun sanak keluarga yang boleh menjenguk, sang istri yang juga dinyatakan positif Covid-19 menjalani isolasi mandiri di rumah. Tiga anggota keluarga dalam sayu rumah berada di ruang terpisah, anaknya di lantai dua rumah, sang istri si lantai satu rumah, dan ia di ruang ICU RS.

Kesulitan tidak hanya pada saat plasma, mencari RS untuk menjalani perawatan pun sangat sulit pada awal tahun kemarin, mulai dari Bekasi hingga ke Jakarta, RS penuh. Selanjutnya ia menjalani isolasi mandiri di rumah selama sepekan, sebelum kondisi kesehatan semakin memburuk dan dilarikan ke ruang ICU.

“Kondisi kesehatan belum 100 persen, pernafasannya masih perlu latihan kata dokter,” ungkapnya.

Belum genap satu bulan Indro dinyatakan sembuh dan hasil laboratorium nya negatif. Keluhan pada sistem pernafasan masih terjadi saat melakukan aktifitas berat, kelelahan masih sering ia rasakan, meskipun sudah mulai beraktivitas di tempat kerja, ia memutuskan untuk cuti saat kondisi tubuhnya mulai lelah.

Setelah ia kembali ke rumah di perbatasan antara Kota Bekasi dan Kabupaten Bogor, budaya Prokes masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya lebih patuh dibandingkan sebelumnya. Termasuk dirinya sendiri, meskipun penyintas, ia tetap mentaati Prokes untuk memperingatkan anaknya yang saat itu dinyatakan negatif Covid-19.

“Sejak kejadian itu mereka (orang terdekat) menjadi percaya bahayanya Covid-19. Jadi, yang tadinya nggak begitu care dengan masker, terus masih kumpul-kumpul, sekarang sudah tidak ada kumpul-kumpul,” tambahnya.

Kini, tidak ada lagi tetangga dan orang disekitarnya yang malas mengenakan masker, tidak ada lagi kumpulan orang, semua menjadi lebih peduli menjaga jarak atau menjauhi kerumunan. Di tempat ia tinggal, tidak hanya dirinya, ada beberapa tetangga yang juga penyintas Covid-19, bahkan ada yang sampai meningal dunia. (Sur)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin