RADARBEKASI.ID, BEKASI – Gangguan mental yang terjadi pada setiap orang perlu mengetahui sejauh apa gawai dapat mempengaruhi mental seseorang. Meskipun tidak serta merta menyimpulkan, situasi ini juga perlu diperhatikan setiap kegiatan pada masa pandemi dilakukan secara online. Demikian ditegaskan Konsultan Psikologi, Neil Aldrin.
Gangguan mental atau stres bisa terjadi pada usia berapapun, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Stres bisa saja terjadi pada orang dewasa, semua bergantung pada kebijaksanaan masyarakat dalam menggunakan gawai.
“Jadi kalau mau sekarang mau dibilang sekarang ketergantungan ataupun permasalahan kesetresan terhadap gadget, saya belum lihat validitasnya sehingga membuat stres. Kalau kita mau lihat tergantung dari pemakaian gawai itu sendiri,” paparnya.
Lebih bijak, bukan gawai yang harus disalahkan, melainkan pada kebijakan dalam menggunakan gadget. Dalam hal ini bergantung pada pemahaman yang diberikan kepada pengguna di usia anak, remaja, dan usia dewasa.
Gangguan dimulai dari emosi yang terpancing oleh rasa kesal dalam situasi tertentu, biasanya muncul pada saat bermain game online. Dikhawatirkan emosi yang muncul tidak terkontrol sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari dan berdampak pada kesehatan.
“Nah, justru dalam hal ini yang dibutuhkan perhatian orang tua juga. Mohon maaf kalau saya katakan sebagian orang tua lebih mudah mencari kesalahan pada benda, karena ini anak saya begini. Pertanyaannya seberapa sering mereka melihat pada diri mereka sudah mengayomi, mendampingi anak, berapa persen ?, Tidak serta merta bisa disalahkan,” ungkapnya.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Masrikoh menambahkan, sistem belajar secara online berpengaruh pada mental anak. Kata Ikoh, pengawasan orang tua harus dibutuhkan pada kondisi sekarang ini, bagaimana cara mensiasati itu, untuk memperkecil permasalahan yang muncul. Pasalnya, anak-anak memang harus belajar melalui online, tidak bisa bertatap muka.
“Pengawasan orang tua sangat diperlukan, karena resikonya besar. Sekarang banyak anak-anak yang terkena gangguan, seperti ketergantungan dan emosinya tidak stabil, itu karena seringnya bermain handpone,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMPN I Tambun Selatan, Annisa menuturkan, penggunaan handpone terhadap anak-anak tidak bisa dihindari dalam situasi pandemi Covid-19. Hal itu mengingat, pada kondisi seperti sekarang ini, kesempatan anak-anak untuk bermain handpone.
Kata Annisa, sekarang ini bagaimana caranya penggunaan handpone tetap dalam proses pembelajaran. Misalnya, dia mencontohkan, memberikan tugas-tugas yang berhubungan dengan penggunaan handpone, tetapi bisa membuat hal-hal yang kreatif. Saat tugas pelajaran Tikom, anak-anak di suruh membuat desain tempat mencuci tangan, tapi menggunakan aplikasi yang ada di handpone.
“Kami sebagai pendidik, bagaimana merangsang agar penggunaan handpone dalam proses pembelajaran, yang bisa kami lakukan memberikan tugas yang berhubungan penggunaan handpone, tapi membuat si anak itu kreatif. Kelihatannya itu lebih bermanfaat, dari pada kita terus-terusan melarang penggunaan handpone bagi anak,” ucapnya. (Sur/pra)