Berita Bekasi Nomor Satu

Moeldoko Dinilai Tak Gentleman Hadapi AHY

Demokrat
ILUSTRASI : Moeldoko besama pengurus partai Demokrat versi Kongres Luar Biasa (KLB). Pemerintah resmi menolak kepengurusan kepengurusan KLB Partai Demokrat.ISTIMEWA/RADAR BEKASI
Demokrat
ILUSTRASI : Moeldoko besama pengurus partai Demokrat versi Kongres Luar Biasa (KLB). Pemerintah resmi menolak kepengurusan kepengurusan KLB Partai Demokrat.ISTIMEWA/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, JAKARTA – Pengamat Politik Adi Prayitno mengatakan seharusnya Moeldoko gentleman melawan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Harusnya keduanya head to head. Itu terkait dengan sikap Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko yang selalu memberikan statement melalui juru bicaranya.  Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Parameter Politik itu saat dihubungi Pojoksatu.id (Grup Radar Bekasi) melalui sambungan telepon di Jakarta, Senin (12/4).

“Seharusnya kan Moeldoko gentleman langsung tampil di depan publik menyampaikan pernyataan. Seperti AHY yang berapi-apik tampil di depan publik,” ungkapnya.

“Publik ingin melihat ada head to head antara pimpinan kedua kubu ini. Bukan AHY melawan Jubir. Kan itu sebenarnya ditunggu oleh publik. Orang hanya ingin melihat itu,” sambung Adi.

Lebih lanjut Adi menilai, bahwa Moeldoko irit bicara di tengah konflik Partai Demokrat yang berujung Kongres Luar Biasa (KLB) itu.

“Jadi, memang Moeldoko di tengah pusaran konflik Demokrat ini, memang irit bicara, kalau dihitung itu ada sekitar 4 atau 5 bicara, selebihnya tidak ada,” ujarnya.

Itu Berbanding terbalik dengan putra sulung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu hampir setiap hari tampil di depan publik.

“AHY setiap hari konfrensi pers untuk menyatakan pernyataan sikap. Bahkan, demo di depan kantornya sendiri untuk menyemangati kader-kadernya sendiri,” tutur Adi.

Begitu juga dengan Moeldoko, publik ingin melihatnya tampil berapi-api menyampaikan soal Partai Demokrat.

“Publik juga ingin melihat Pak Moeldoko sebagai Ketum Partai Demokrat versi KLB tampil seperti AHY,” ucapnya.

Selain itu, dia juga menilai, kemungkinan besar konflik Partai Demokrat akan selesai menjelang Pilpres 2024 mendatang. Sebab, kubu Moeldoko, terus berupaya melakukan perlawanan hukum meski Kemenkum HAM telah memutuskan menolak hasil KLB.

“Kan Moldoko masih melawan. Dan konflik Demokrat ini masih panjang,” katanya.

“Saya memprediksi kalau ini tuntas perlawanannya sampai ke Mahkamah Agung memakan waktu sampai dua tahun, paling nggaknya sampai menjelang Pilpres 2024,” lanjutnya.

Menurutnya, kubu Moeldoko sudah melakukan gugatan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (PN) dan juga mengajukan ke Pengadilan Usaha Tata Negara Jakarta (PTUN). Adi menyebutkan gugatan itu nantinya akan dilemparkan ke Mahkamah Agung (MA).

“Ini sedang menggugat ke Mahkamah Agung, gugatan ini memakan waktu hampir lebih setahun,” tukasnya.

“Nanti ada pengadilan tingkat satu, ada tingkat dua, siapapun yang kalah dan menang nanti akan banding di Mahkamah Agung,” pungkas Adi. (oke/muf/pojoksatu)