RADARBEKASI.ID, BEKASI – Ina Marlina (52) merupakan Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Kota Bekasi. Dirinya sudah aktif dalam berbagai organisasi selama 17 tahun sejak 2005.
**
Ina memiliki pandangan tersendiri mengenai emansipasi perempuan. Menurutnya, perempuan dapat memposisikan dirinya sesuai dengan keahlian yang dapat bermanfaat bagi masyarakat secara luas.
“Emansipasi perempuan menurut saya bagaimana kita sebagai seorang perempuan dapat memposisikan dirinya sesuai dengan talenta yang dimiliki, tentunya dengan sesuatu yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat,” ujarnya kepada Radar Bekasi, Kamis (15/4).
Menurutnya, perempuan dahulu dan sekarang sangat berbeda. Jika dahulu perempuan hanya mengurus dapur dan anak, kini bisa melakukan berbagai kegiatan di luar rumah.
Tidak terlepas dari kodratnya sebagai istri dan ibu, menjadi aktivis di sebuah organisasi dilakukan untuk mencari ladang ibadah dan kenyamanan. Sebagai seorang wanita yang aktif di beberapa organisasi, Ina harus konsisten dan memiliki komitmen untuk bisa mengatur waktu. Baginya, keseimbangan duniawi dan akhirat penting untuk diterapkan.
“Tetapi jangan lupa kita sebagai perempuan harus bisa memanage waktu dengan baik agar aktivitas yang kita lakukan saat ini tidak terbengkalai,” katanya.
Seorang pemimpin, ujar Ina, jangan sampai hanya menyandang jabatannya, namun bagaimana amanah yang sudah diberikan harus dikerjakan sesuai dengan aturan.
Setidaknya keberadaannya sebagai seorang pemimpin harus benar-benar dirasakan keberadaannya. Meskipun tidak mendapatkan honor dari kerja sosialnya, ia merasakan betul bahwa dihargai sebagai seorang perempuan sudah lebih dari cukup.
“Sebagai pekerja sosial saya tidak digaji oleh pemerintah, tapi saya digaji langsung dengan keberadaan mereka yang menghargai saya sebagai seorang wanita. Secara tidak langsung jika kita ikhlas dan diniatkan untuk ibadah, gaji kita dalam bentuk pahala akan ngalir terus nanti,” tuturnya.
Ia memberikan semangat kepada seluruh perempuan agar terus bergerak serta membuang rasa malas. Dengan demikian waktu yang dimiliki akan dapat lebih bermanfaat untuk kegiatan positif.
“Jangan menghabiskan waktu dengan hal-hal yang hanya berdiam diri karena nanti kita akan menyesal,” ujarnya.
Selain itu, dirinya berharap kepada pemerintah agar memberikan ruang yang lebih kepada perempuan. Sebab, menurutnya berdasarkan data statistik, keterlibatan perempuan dalam pekerjaan di berbagai bidang masih rendah di angka 30 persen.
Ia menegaskan, perempuan bisa ikut berperan untuk membantu pemerintah dalam menangani berbagai hal manajemen. Tentunya wanita tetap tetap harus mengingat kodratnya.
“Saat ini jangan sampai ada ketimpangan kesetaraan gender, apa gunanya emansipasi perempuan. Setidaknya berikan kesempatan untuk perempuan untuk berkarir, namun sebagai perempuan juga tidak boleh keluar dari koridor perempuan yang sesungguhnya,” tukasnya. (dew)
Biodata Ina Marlina
- Lahir: Cianjur, 17 Oktober 1968
Pendidikan
- SDN Muka 2 Cianjur (1980)
- SMPN 1 Cianjur (1983)
- SMAN 1 Cianjur (1986)
- S1 Public Relations IISIP Jakarta (1991)
- S2 Manajemen STIE IPWIJA (2015)
Jangan Memaknai Emansipasi Sampai Kebablasan
Ina Marlina tetap menjalankan kewajiban dan tugasnya sebagai istri dan ibu bagi keluarga. Di rumah, dirinya mengurus anak dan memasak untuk suami dan anak-anaknya.
Sebagai perempuan yang aktif di berbagai organisasi, ia tak memungkiri bahwa jika ada orang yang beranggapan padanya tidak melakukan kegiatan berumah tangga pada umunnya.
“Orang yang tidak kenal saya, pasti mikirnya saya tidak pernah masak atau mengurus rumah. Tetapi orang yang sudah kenal dekat dengan saya pasti sudah paham kalau hobi saya adalah memasak untuk anak dan suami,” ungkap perempuan yang dikenal sebagai sosok low profile tersebut.
Baginya, sesibuk apapun kegiatan organisasi di luar, kewajiban dalam berumah tangga harus tetap dijalankan dengan sebaik-baiknya. Sebab, hal itu sudah menjadi kewajiban.
Lebih lanjut dikatakannya, emansipasi jangan sampai mengabaikan kewajiban dan tugas sampai di luar batas kodrat sebagai perempuan. Misalnya sibuk melakukan kegiatan di luar, kemudian melupakan kewajiban dalam berumah tangga.
“Jangan sampai emansipasi yang ada kebablasan, lupa atas kodratnya sebagai seorang wperempuan yang akan memiliki suami dan anak,” ujarnya.
“Adanya emansipasi perempuan ini kita tetap harus jalan dikoridornya, namun tetap bisa berekspresi sesuai dengan kemampuan kita, bisa menjalan bisnis, bisa aktif di organisasi dan bisa aktif untuk bekerja,” pungkas Ina.











