Berita Bekasi Nomor Satu
Bekasi  

Tak Pernah Takut Menerima Tantangan

Eko Wati
Ekowati. FOTO: DEWI WARDAH

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Ekowati (59) merupakan sosok pemimpin perempuan yang tangguh. Ia tak pernah takut menerima tantangan untuk dapat meraih prestasi yang membanggakan.

Selain menjadi Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMA, kini dirinya menjabat sebagai Kepala SMAN 1 Kota Bekasi. Bidang pendidikan telah digelutinya selama kurang lebih 34 tahun. Banyak pelajaran yang sudah diterimanya.

“Saya sadar bahwa perempuan juga dapat meraih prestasi sama dengan kaum lelaki, bisa dikatakan untuk saat ini wanita sejajar dengan laki-laki untuk masalah pendidikan,” ungkapnya kepada Radar Bekasi, Kamis (15/4).

Peraih penghargaan Top 50 Srikandi ini berpendapat, perempuan akan lebih dihargai jika memiliki pendidikan yang tinggi. Oleh karenanya mengenyam pendidikan setinggi-tingginya harus diraih oleh seluruh perempuan.

Hal itu pula yang diharapkan oleh para anak didiknya sebagai generasi penerus bangsa. Ketika perempuan memiliki ketercapaian dalam prestasi, ujar dia, secara otomatis dapat dipercaya untuk memimpin sebuah organisasi ataupun sekolah.

Ekowati membuktikan itu yang terinspirasi dari Raden Adjeng (RA) Kartini- Pahlawan Nasional perintis pendidikan perempuan dan kesetaraan gender pada akhir abad ke-19 di Jawa.

“Sebuah gebrakan dilakukan oleh RA Kartini untuk dunia pendidikan. Dahulu perempuan takut untuk keluar, dahulu perempuan takut untuk tampil, dahulu perempuan takut untuk belajar,” ujar peraih gelar Doktor Manajemen Pendidikan tersebut.

“Tetapi saat itu RA Kartini berani maju untuk membuktikan bahwa perempuan juga bisa. Ini adalah kesempatan kita untuk bisa membuktikan bahwa sebuah gebrakan positif itu benar adanya,” imbuhnya.

Bekerja secara ikhlas, sabar dan diniatkan untuk beribadah membuatnya nyaman menjalani profesinya selama ini. Sebagai pemimpin perempuan, Ekowati menegaskan, dirinya tak pernah merasa rendah diri maupun takut untuk melakukan gebrakan yang bisa memajukan sebuah organisasi ataupun sekolah yang dipimpinnya. Ia memiliki prinsip semangat pantang mundur dan optimisme yang tinggi.

“Saya memiliki prinsip bahwa saya harus maju dan bisa. Saya tidak ingin ada kata mundur, karena kalau kita sudah takut untuk memulai sebuah gebrakan maka tidak akan  menjadi apa-apa,” tukasnya. (dew)

 

Profile Ekowati

  • Lahir: Tegal, 25 Maret 1962

Pendidikan:

  • SDN 1 Dukuhwaru Tegal (1974)
  • SMPN 1 Slawi Tegal (1977)
  • SMAN 1 Slawi Tegal (1981)
  • D2 Olahraga dan Kesehatan IKIP Semarang (1984)
  • D3 Olahraga dan Kesehatan IKIP Semarang (1986)
  • S1 Olahraga dan Kesehatan UNISMA Bekasi (1998)
  • S2 Teknologi Kependidikan UNIPA Surabaya (2008)
  • S3 Manajemen Pendidikan UNPAK Bogor (2016)

 

Tetap Menjadi Istri sekaligus Ibu yang Baik

Semangat emansipasi tak membuat Ekowati melewati batas kodratnya sebagai perempuan. Di rumah, dirinya tetap menjadi istri bagi suami, serta ibu bagi anak-anaknya.

“Jangan melewati batas kodratnya perempuan, karena kita harus tetap menjadi istri dan ibu yang baik untuk anak-anak kita. Tetapi hal ini tidak boleh menghalangi kita untuk tetap berprestasi,” ungkap Ekowati.

Lebih lanjut dikatakan, perannya sebagai istri sekaligus ibu tidak kalah penting. Pasalnya, ia akan menjadi contoh bagi anak-anaknya dalam hal sikap dan pendidikan.

“Peran saya sebagai seorang istri dan ibu tidak kalah penting secara tidak langsung saya akan menjadi contoh untuk kedua anak saya,” imbuhnya.

Di rumah, Ekowati mendidik anak-anaknya agar menjadi pribadi yang tegar dan disiplin serta memiliki cita-cita. Dalam hal pendidikan, dirinya menekankan agar anak-anaknya bisa menempuh pendidikan yang tinggi.

“Saya selalu bilang ke anak-anak tidak boleh cengeng, harus disiplin dan punya cita-cita. Terutama dalam hal pendidikan saya menekankan untuk anak-anak supaya bisa melanjutkan pendidikannya di S2,” ungkapnya.

Semangat kerja keras juga selalu ditularkan kepada anak-anaknya. Meskipun diakui, dirinya masih tetap merasa malas dan jenuh dalam beberapa hal yang dilakukannya.

“Rasa jenuh dan malas pasti ada, tapi bagaimana kitanya aja harus bisa bangkit dari ketermalasan dan membuang rasa jenuh itu jauh-jauh. Kalo capek, saya istrihat tapi jangan lama-lama harus coba buat bangkit lagi,” pungkasnya. (dew)