Berita Bekasi Nomor Satu

Gaji Tak Dibayar, Guru Honorer Mengadu ke Istana

JALAN KAKI: Sejumlah guru honorer yang tergabung dalam Front Pembela Honorer Indonesia (FPHI) Korda Kabupaten Bekasi, berjalan kaki dari kantor Pemkab Bekasi, menuju kantor Komnas HAM RI, dan Istana Presiden, di Jakarta, Senin (26/4). ARIESANT/RADAR BEKAS

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Sebagai bentuk perjuangan atas hak-hak yang tidak diperhatikan, sejumlah guru honorer yang tergabung dalam Front Pembela Honorer Indonesia (FPHI) Korda Kabupaten Bekasi, melakukan aksi long march atau berjalan kaki dari Kantor Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bekasi menuju kantor Komnas HAM RI dan Istana Presiden di Jakarta, Senin (26/4).

Para guru honorer itu mengaku, hingga saat ini belum ada kejelasan pembayaran honor. Mereka mengancam untuk mengadukan persoalan tersebut kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Ketua FPHI Kabupaten Bekasi, Andi Heryana menjelaskan, long march itu merupakan bentuk adanya perlawanan dalam mencari keadilan dari Pemerintah Daerah (Pemda) yang tidak memperhatikan kesejahteraan para guru non ASN.

“Kami start dari depan kantor Bupati Bekasi menuju Istana Negara, ingin curhat ke Presiden Jokowi. Dan kami pun akan singgah ke Komnas HAM, untuk menyampaikan kezhaliman terhadap guru honorer yang dilakukan oleh oknum pejabat Pemkab Bekasi,” ujar Andi.

Menurut dia, sejumlah Guru Tenaga Kerja (GTK) non ASN, akan bertahan selama satu minggu di depan Istana Presiden sampai ada kejelasan dan jaminan dari Pemkab Bekasi.

“Target kami, selama satu minggu bertahan di depan Istana untuk curhat kepada Presiden Jokowi,” tegas Andi.

Ia menambahkan, audiensi yang dilakukan pada Rabu, 21/4 lalu, dengan harapan dapat mengetuk pintu hati para pejabat, namun pihaknya malah diberikan label GTK non ASN yang tidak layak sebagai pendidik dan tenaga kependidikan.

“Mirisnya lagi, hak kami (gaji/jasa tenaga kerja) tidak dibayar selama empat bulan, terhitung sejak bulan Januari sampai April. Kami lakukan ini, semata-mata untuk mencari keadilan, dengan cara damai. Namun ternyata ditanggapi beda,” sesal Andi. (and)