Berita Bekasi Nomor Satu

Guru Mesti Terapkan Blended Learning

SMPN
ILUSTRASI: Sejumlah siswa SMPN 2 Kota Bekasi mengikuti PTM terbatas. FOTO: RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI
SMPN
ILUSTRASI: Sejumlah siswa SMPN 2 Kota Bekasi mengikuti PTM terbatas. FOTO: RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Guru di satuan pendidikan Kota Bekasi diharapkan bisa menerapkan metode pembelajaran kombinasi daring-luring (blended learning).

Demikian dikatakan oleh Kepala Subbagian Pendidikan SD Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bekasi Marwah Zaitun. Menurutnya, hal itu berdasarkan hasil evaluasi lanjutan Adaptasi Tatanan Hidup Baru Satuan Pendidikan (ATHB-SP), Rabu (5/5).

“Untuk proses pembelajaran dalam pelaksanaan ATHB-SP nantinya sekolah diharapkan dapat menerapkan proses pembelajaran secara blended learning,” ujar Marwah.

Dengan demikian, para guru tak lagi merasa keteter selama PTM secara terbatas tersebut. Guru SDN Jatimakmur V Kota Bekasi Zaenal mengaku, mengikuti evaluasi tersebut.
Menurutnya, evaluasi salah satunya membahas pembelajaran secara daring dan luring yang sempat menjadi kendala. Dalam kesempatan itu, pihaknya memberikan contoh pembelajaran blended learning yang sudah diterapkan di sekolah tempatnya mengajar.

“Tadi video pembelajaran blended learning yang kita buat dijadikan salah satu contoh untuk memperbaiki proses pembelajaran baik secara daring maupun tatap muka,” ungkapnya.

Menurutnya, dalam metode pembelajaran blended learning menggunakan fasilitas infokus. Dengan demikian, para siswa yang mengikuti pembelajaran secara daring juga bisa mengikuti pembelajaran tatap muka.

“Jadi belajarnya kombinasi antara tatap muka dan daring agar terlihat lebih nyaman. Disediakan infokus dan layar lebar, jadi guru juga lebih enak melihat siswa belajar secara daring. Guru tidak melakukan tugas 2 kali, karena sudah dilaksanakan secara bersamaan,” tukasnya.

Tidak Mudah

Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) Satriwan Salim pun menuturkan bahwa hal ini tidak mudah untuk dilakukan begitu saja. Sebab, guru tidak dilatih untuk memakai sistem tersebut.

“Ketika kita sekolah di LPTK, metode blended learning itu tidak diberikan. Kita kan hanya disiapkan untuk tatap muka, bukan tatap muka sekaligus tatap maya,” jelasnya dalam acara daring Peringatan Hardiknas, Pendidikan Era New Normal, Bisalah atau Masalah?, Rabu (5/5).

Ia mengakui bahwa Kemendikbud-Ristek sudah memberikan pelatihan kepada guru untuk menjalankan metode pembelajaran tersebut. Akan tetapi, menurut dia itu masih belum maksimal.

“Memang selama PJJ ini Kemendikbud ada pelatihan-pelatihan. Tapi, tidak atau belum mengakomodir kawan-kawan yang tidak mempunyai akses terhadap internet,” tambahnya.

Jadi, pelatihan yang disediakan pun belum bisa dimanfaatkan secara penuh oleh para guru. Pemerintah pun diharapkan dapat menyediakan akses untuk para guru dalam mengikuti pelatihan tersebut.

“Tapi saya rasa negara bertanggung jawab dalam hal ini untuk memberikan pelatihan, tapi yang afirmatif. Tidak bias kota (hanya segelintir kota). 514 kabupaten ini sangat beragam penanganannya,” tutupnya. (dew/jpc)