
RADARBEKASI.ID, BEKASI – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Bekasi terbilang tinggi. Selama empat bulan terakhir sudah ada 730 pasien dan dua pasien dinyatakan meninggal dunia.
Terkait ratusan kasus DBD yang ditemukan di Kota Bekasi, Ketua Komisi IV DPRD Kota Bekasi, Sardi Efendi mengaku, akan melakukan pembahasan perihal penanganan kasus tersebut.
“Sampai sekarang kita belum ada rapat. Waktu dekat ini kita akan rapat dengan Dinkes bahas DBD,” kata Sardi saat dihubungi Radar Bekasi (26/5).
Mendengar banyaknya kasus DBD, ia mengaku akan berkoordinasi terlebih dahulu dengan Dinkes. Ia juga menyinggung anggaran penanganan DBD yang dinilai harus memadai. Hal itu juga akan menjadi bahasan pada pertemuan pihaknya dengan Dinkes Kota Bekasi.
“Intinya penanganan DBD dibutuhkan anggaran yang memadai. Supaya penanganan lebih memadai dan efektif,” tukasnya.
Sementara, dari pihak Dinas Kesehatan Kota Bekasi mengaku peran serta masyarakat untuk mengalakkan 3M penting untuk menekan kasus DBD di Kota Bekasi.
“Kami tetap imbau masyarakat untuk tetap waspada dari adanya penyakit DBD yang sewaktu-waktu bisa saja terjadi,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Bekasi Dezy Syukrawati, ketika dihubungi Radar Bekasi, Rabu (26/5).
Lanjut Dezy sapaan akrabnya, masyarakat diminta ikut memperhatikan kebersihan lingkungan sekitar.
Pihaknya menyarankan agar masyarakat mengantisipasi penyebaran DBD tersebut, dengan proses penerapan 3M yakni Menguras, Menutup dan Mengubur. Sebagai upaya mengantisipasi munculnya jentik nyamuk demam berdarah. “Saya harap 3 M benar-benar di ikuti masyarakat. Sehingga penyebaran DBD dapat dicegah sedini mungkin,” ucapnya.
Lanjutnya, untuk antisipasi penyebaran kasus DBD ini tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja. Namun, masyarakat juga harus turut berpartisipasi. Sehingga kata dia, angka kasus DBD bisa dikendalikan dengan adanya peranan masyarakat.
“Kalau misalnya masyarakatnya mau dalam mencegah penyebaran DBD kan tidak terlalu repot. Tapi kalau masyarakatnya hanya mengandalkan dari Pemerintah Daerah saja untuk melakukan antisipasi, saya rasa tidak akan berjalan maksimal untuk proses penerapannya. Maka harus ada kerjasama yang baik dari masyarakatnya juga,” tukasnya.
Diberitakan sebelumnya berdasarkan catatan Dinas Kesehatan Kota Bekasi empat bulan terakhir Januari hingga April 2021, ada 730 kasus pasien DBD yang ditangani. Meski kasus dibawah tahun sebelumnya, masyarakat diminta tetap waspada.
Diketahui pada tahun 2020, selama Januari hingga April mencapai 900 kasus, dan 2021 sebanyak 730 kasus. Dinkes juga mencatata wilayah dengan kasus tertinggi terjadi di Kecamatan Bekasi Utara dengan rincian kasus sebanyak 262 orang terjangkit pada tahun 2020, dan tahun 2021 terdapat 180 kasus. (pay)










