Sebagai politisi dan banyak mengikuti perjalanan PDI sampai ke PDI Perjuangan. Sekaligus mantan Pengurus PDI Perjuangan, saya melihat Ketua Umum PDI Perjuangan DR. Hj. Megawati Soekarnoputri, tidak sukses dalam melakukan generasi kepemimpinan di internal PDI Perjuangan. Khususnya, di dalam tubuh keluarganya sendiri.
Saya melihat internal PDI Perjungan terjadi semacam “persaingan” di trah Soekarno. Persaingan itu, terlihat, terutama dimulai dari Kongres V PDI Perjuangan pada 8 Agustus 2019 yang dihelat di Provinsi Bali.
Saat itu, Prananda Prabowo gagal dilantik Jadi Ketua Harian DPP PDI Perjuangan. Bahkan, penutupan kongres dan pengumuman susunan DPP PDI Perjuangan terlambat beberapa jam dari waktu yang disepakati.
Banyak orang tahu, hubungan Prananda Prabowo dan Puan Maharani, suhunya turun naik, pasca Kongres V PDI Perjuangan itu.
Sebagai yang diketahui, Prananda dan Puan Maharani terlahir dari ayah yang berbeda. Puan merupakan putri Taufik Kiemas, suami Megawati Soekarnoputri. Sedangkan Prananda dari suami Megawati Soekarnoputri terdahulu sebelum menikah dengan Taufik Kiemas.
Saya melihat, soal “perseteruan” Ganjar Pranowo versus Puan Maharani yang dilontarkan ke publik oleh Ketua DPD PDI Perjungan Jawa Tengah, Bambang Wuriyanto alias Bambang Pacul yang juga Ketua DPP Bidang Pemenangan Pemilu (Bapilu) PDI Perjuangan, masih cerita lanjutan Kongres V PDI Perjuangan dalam pencapresan di Pilpres 2024.
Bambang Pacul dan Sekretaris Jendral DPP PDI Perjuangan Hasto Kristianto, mengetahui dan sangat paham benar, keputusan Kongres V soal calon presiden. Di mana hal itu ada di tangan Ketua Umum Megawati Soekarno Putri.
Pernyataan Bambang Pacul dan Hasto Kristianto, yang menghujat dan mendiskreditkan Ganjar Pranowo Gubernur Jawa Tengah sekaligus kader PDI Perjuangan itu, terkesan menjadikan Puan Maharani menjadi hantaman arus bawah, seperti sansak ring tinju.
Akibat dari “settingan” ini, nama Ganjar Pranowo malah semakin naik dan mendapat respon dari publik. Sedangkan nama Puan Maharani sebagai ketua DPR RI, ketua DPP PDI Perjuangan babak belur di tengah masyarakat.
Sebagai seorang ketua DPR RI, Puan dipermalukan dan partai menjadi bulan-bulanan publik, terutama di kalangan netizen.
Sedangkan Ganjar justru diterima Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri saat menyerahkan lukisan di Teuku Umar.
Saya justeru melihat ini ada yg bermain dan mempunyai dua agenda dalam menaikkan elektabilitas dan popularitas Ganjar Pranowo sebagai calon presiden dari PDI Perjuangan. Serta menjadikan seseorang dari pengurus DPP PDI Perjuangan, untuk menggantikan Megawati Soekarnoputri sebagai ketua umum di tahun 2024 dengan menghancurkan Puan Maharani.
Puan Maharani, terjebak disini. Apalagi kok dengan waktu yang bersamaan acara lain di Semarang, Megawati SP menerima Ganjar Pranowo di Teuku Umar.
Kok bisa bersamaan? Berarti, Hasto tahu, acara Ganjar di Teuku Umar.
Hasto Kristianto dan Bambang Wuriyanto atau Bambang Pacul harus bertanggung jawab atas peristiwa ini. Sebab, kedua orang ini lah yang membukanya ke permukaan.
Akibat, blunder ini, nama Puan Maharani sebagai Ketua DPR RI menjadi bulan-bulanan.
Hasto Kristianto dan Bambang Pacul, sedang bermain akrobat yang sama sekali tidak lucu. Kedua orang ini, pantas dipecat dari jabatannya.
Sebab, langkah keduanya ini blunder. Nama besar (alm) Taufik Kiemas dikorbankan.
Bagaimanapun, selain trah Bung Karno, Puan Maharani, anak kesayangan (alm) Taufik Kiemas, pendiri PDI Perjuangan. (*)