RADARBEKASI.ID, JAKARTA-Hanya butuh waktu kurang lebih sepekan, pertumbuhan kasus positif sudah mencapai kondisi terburuk yang diantisipasi pemerintah. Dua hari terakhir, kasus positif mengalami lonjakan dengan jumlah di atas 50 ribu per hari. Yakni, pada 14 Juli sebanyak 54 ribu kasus dan kemarin (15/7) sebanyak 56.757 kasus.
”Kami (sekarang, Red) sudah masuk di worst case scenario. Yang sudah kita duga. Kita berharap jangan lebih dari 60 ribu (kasus positif per hari, Red),” kata Koordinator PPKM Darurat Jawa-Bali yang juga Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan kemarin. Jika itu terjadi, pemerintah harus membuat hitung-hitungan baru lagi.
Meski begitu, pemerintah juga bersiap pada kondisi yang lebih buruk. Luhut mengatakan, pihaknya kini mulai merancang jika nanti kasus positif menanjak naik hingga 100 ribu per hari. ’’Kalau bicara worst case scenario yang 60 ribu atau lebih, (kapasitas respons, Red) kita itu saya rasa cukup oke. Kita tidak berharap sampai 100 ribu. Tapi, itu pun sudah kami rancang kalau terjadi,” jelasnya.
Menurut dia, kasus mulai tidak terkendali ketika varian Delta masuk. Peningkatan kasus Covid-19 di Jawa-Bali didominasi varian Delta. ”Varian Delta ini menurut yang saya baca sekitar 6 kali lebih cepat daripada varian Alpha yang ada di masa PSBB 1 dan 2. Jadi, kita menghadapi musuh yang beda,” ungkapnya.
Tidak hanya di Indonesia, menurut Luhut, varian Delta juga mengakibatkan peningkatan kasus di negara-negara lain. Juga, menyebabkan efikasi vaksin menurun. Bahkan, yang dinilai paling hebat sekalipun seperti Pfizer. ’’Jadi, biar kita paham bahwa varian Delta ini tidak musa (mudah/bisa) dikendalikan,” jelasnya.
Kemarin Luhut bersama Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi melakukan pertemuan dengan semua duta besar asing dan organisasi internasional untuk Indonesia. Mereka menjelaskan data situasi Covid-19 di Indonesia serta kebijakan yang telah dan akan diambil pemerintah Indonesia. Dalam diskusi, muncul spirit kerja sama dan mendukung satu sama lain. ”Pemerintah Indonesia terus bekerja keras, we are in a high spirit, bahu-membahu terus bekerja keras melawan virus ini,” ujarnya.
Tantangan kenaikan angka kasus di Indonesia, kata Retno, juga terjadi di negara lain. Dirjen WHO baru-baru ini menyampaikan bahwa selama empat minggu terakhir, dunia menghadapi kenaikan kasus secara terus-menerus di hampir semua kawasan.
Jumlah kematian global minggu ini mulai naik lagi setelah 10 minggu secara berturut-turut mengalami penurunan.
Dia mengungkapkan, Dirjen WHO pada 14 Juli 2021 menyampaikan bahwa varian Delta menjadi faktor utama kenaikan kasus dan telah menyebar di 111 negara. Kecepatan persebaran virus itu seharusnya diimbangi dengan kecepatan vaksinasi. Sayang, masih terjadi kesenjangan perolehan vaksin. ”WHO menyebut, untuk mengatasi kenaikan kasus yang terjadi secara signifikan di dunia, ada dua hal yang dapat dilakukan. Yakni, pembatasan mobilitas dan percepatan vaksinasi,” ungkapnya.
Terkait vaksin, Menlu menegaskan bahwa diplomasi Indonesia dilakukan secara all-out guna mengamankan pasokan. Kemarin Indonesia kembali menerima kedatangan vaksin Moderna tahap kedua sebanyak 1.500.100 dosis. Sebagai informasi, vaksin itu merupakan dukungan kerja sama Amerika Serikat melalui jalur multilateral COVAX Facility.
Kemudian, Kamis malam Indonesia kembali menerima pengiriman vaksin jadi Astra Zeneca tahap kedua sebagai bentuk dukungan kerja sama dose-sharing bilateral dari pemerintah Jepang. Yakni, sejumlah 1.162.840 dosis.
Dengan tambahan itu, per 15 Juli 2021, Indonesia telah mengamankan dan menerima 140.274.480 dosis vaksin. Perinciannya, 115.500.280 dosis dalam bentuk curah dan 24.774.200 dosis dalam bentuk jadi.
Indonesia juga bakal kedatangan 50 juta dosis vaksin Covid-19 dari Pfizer. Kemarin BPOM menerbitkan emergency use authorization (EUA) untuk vaksin Comirnaty yang diproduksi Pfizer dan BioNTech.
Dalam memberikan persetujuan EUA, BPOM telah melakukan pengkajian bersama Tim Ahli Komite Nasional Penilai Vaksin Covid-19 dan Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI). Itu terkait dengan keamanan dan efikasi vaksin Pfizer. ’’Vaksin ini digunakan dengan indikasi pencegahan Covid-19 yang disebabkan SARS-CoV-2 untuk orang berusia 12 tahun ke atas,’’ ujar Kepala BPOM Penny K. Lukito. Vaksin tersebut diberikan secara injeksi intramuskuler dengan dosis 0,3 mL dan dua kali penyuntikan dalam rentang waktu tiga minggu.
Berdasar data uji klinis fase 3, efikasi vaksin Pfizer pada usia 16 tahun ke atas menunjukan keberhasilan sebesar 95,5 persen. Pada remaja usia 12 sampai 15 tahun sebesar 100 persen. (jpc)