RADARBEKASI.ID, BEKASI – Peningkatan kompetensi menjadi kunci bagi generasi muda Indonesia untuk mampu mendapatkan peluang ekonomi yang lebih optimal; baik sebagai tenaga kerja, maupun wirausahawan, terlebih dalam menyongsong kehidupan pascapandemi.
Untuk mewujudkannya, tak bisa hanya bertumpu pada pemerintah, partisipasi sektor swasta justru kian dibutuhkan. Sebagai pendorong, pemerintah mengeluarkan kebijakan super tax deduction berupa pengurangan penghasilan bruto hingga 200 persen bagi perusahaan yang berinvestasi pada kegiatan vokasi atau pengembangan SDM. Sayangnya, baru 42 perusahaan yang memanfaatkan super tax deduction itu.
Melanjutkan kontribusinya pada peningkatan kompetensi generasi muda Indonesia, Citi Indonesia melalui payung corporate social responsibility Citi Peka (Peduli dan BerKarya) dengan dukungan dari Citi Foundation, bersama Indonesia Business Links (IBL), menggelar kembali Forum Kemitraan bertajuk “Super Tax Deduction, Bersama Ciptakan SDM Unggul dan Tingkatkan Keterlibatan Semua Sektor Industri”, Kamis (16/9).
Ajang dialog turut melibatkan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, KADIN, perusahaan swasta, serta institusi pendidikan, yang bertujuan menyosialisasikan kebijakan super tax deduction dan menguatkan partisipasi kalangan swasta dalam upaya bersama menumbuhkan kompetensi generasi muda Indonesia.
Asisten Deputi Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Yulius menyampaikan, Presiden Jokowi memiliki visi Indonesia Emas 2045 untuk membawa Indonesia keluar dari middle-income trap dan menjadi perekonomian terbesar keempat dunia. Kunci keberhasilan untuk mencapai visi tersebut adalah dengan menciptakan tenaga terampil dengan kompetensi tinggi di semua jenjang, memperbaiki pendidikan vokasi dan memanfaatkan bonus demografi.
Menurutnya, sebuah pekerjaan rumah yang sangat besar sehingga membutuhkan keterlibatan dan koordinasi komprehensif dari seluruh pihak, lebih-lebih sektor privat. Karenanya, keterlibatan industri sangatlah penting.
“Untuk mempercepat peningkatan kualitas SDM serta mendukung program link and match antara lembaga vokasi dan dunia industri, pemerintah memberikan stimulus super tax deduction bagi pelaku industri yang berperan aktif dalam kegiatan pengembangan vokasi,” ujarnya dalam diskusi secara virtual.
Kebijakan super tax deduction diterbitkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 45/2019, dengan pelaksanaan yang didasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 128/PMK.010/2019. Perusahaan yang berkomitmen meningkatkan kompetensi SDM Indonesia melalui kegiatan pengembangan vokasi berhak mengajukan insentif super tax deduction berupa pengurangan penghasilan bruto hingga 200 persen dari jumlah biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan praktik kerja, pemagangan, dan/atau pembelajaran. Tax saving tersebut kemudian dapat dimanfaatkan perusahaan untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, profitabilitas dan daya saing.
Kepala Seksi Peraturan PPh Badan II (Fasilitas) Direktorat Jenderal Pajak Dwi Setyobudi menambahkan, fasilitas insentif super tax deduction sebesar 200 persen ini terdiri atas pengurangan 100 persen dari biaya yang telah dikeluarkan, dan tambahan pengurangan lagi dengan besaran maksimal 100 persen.
“Cakupan program vokasi yang bisa mendapatkan insentif itu meliputi, pertama praktik kerja dan pemagangan oleh peserta didik di perusahaan, dan kedua pembelajaran melalui penyediaan tenaga pengajar oleh perusahaan di sekolah kejuruan, perguruan tinggi vokasi dan balai latihan kerja,” tuturnya.
Menanggapi upaya yang dilakukan Citi Indonesia dan Indonesia Business Links dalam meningkatkan kompetensi generasi muda di Indonesia, Country Head of Corporate Affairs Citibank Puni A. Anjungsari mengatakan, Citi meyakini peran generasi muda sebagai penggerak roda perekonomian Indonesia semakin penting dalam menyiapkan masa depan negara.
“Melalui dukungan kami terhadap program Skilled Youth, kami berharap dapat dapat membantu memperluas lapangan pekerjaan terhadap generasi muda, sehingga dapat mengurangi angka pengangguran usia produktif di Indonesia, dimana situasi pandemi dan krisis ekonomi semakin memberikan tantangan saat ini,” ujarnya.
Citi Indonesia sejak 2015 telah secara konsisten menjalankan Skilled Youth Program yang berfokus menyiapkan generasi muda Indonesia untuk menjadi SDM yang siap kerja, maupun menjadi wirausahawan yang tangguh dan berdaya saing.
Rangkaian aktivitas ini membekali kaum muda dengan berbagai keterampilan softskill dan hardskill, serta pendampingan bisnis dan bimbingan kerja. Program kolaborasi Citi Indonesia bersama IBL ini telah berlangsung hingga seri ke-5 dan secara keseluruhan berhasil meningkatkan kompetensi 2.801 orang kaum muda dari berbagai kota Indonesia.
Khusus untuk penyelenggaraan Skilled Youth 5 (dimulai Desember 2020 lalu), program ini telah menarik keikutsertaan 545 orang kalangan muda dari beberapa wilayah di Jawa Barat, DKI Jakarta dan sekitarnya. Skilled Youth juga menjadi bagian dari komitmen global “Pathways to Progress’”dari Citi Foundation yang bertujuan memberikan dampak positif kepada 500 ribu anak muda secara global, termasuk di Indonesia.
Executive Director Indonesia Business Links Yayan Cahyana mengatakan, pengangguran yang tergolong tinggi, pandemi Covid-19 yang belum usai, serta rasio mismatch antara lulusan pendidikan dengan kebutuhan industri yang mencapai 50 persen, menambah kompleksitas tantangan yang harus generasi muda Indonesia hadapi. Dukungan pengembangan vokasi harus memiliki formulasi tepat sesuai karakter kalangan muda yang disasar agar mampu secara aplikatif menjawab tantangan di lapangan.
“Melalui Forum Kemitraan yang Citi Indonesia dan IBL gagas, harapan kami, seluruh pihak, baik pemerintah ataupun sektor swasta, dapat saling bergandeng tangan untuk bersama-sama menyiapkan generasi muda Indonesia yang memiliki kompetensi mumpuni dan berdaya saing,” ujar Yayan. (oke)