RADARBEKASI.ID, BEKASI SELATAN – Pemerintah Kota Bekasi masih mengejar capaian vaksin kepada masyarakatnya, belakangan tengah dilakukan vaksinasi di 1.018 titik serta pelaksanaan secara door to door atau jemput bola untuk menghabiskan 700 ribu vaksin yang tersedia. Sasaran vaksinasi ini mencakup usia 12 tahun keatas, termasuk siswa sekolah.
Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi meminta aparaturnya untuk bergerak melakukan vaksinasi, dari total jumlah aparatur sebanyak 24 ribu orang, maka untuk menyelesaikan 700 ribu dosis vaksin tersebut dibutuhkan masing-masing aparatur mengajak 31 orang untuk divaksin. Vaksinasi telah berjalan di beberapa tempat lain seperti mal, pasar tradisional, dan kantor kelurahan, selain menyediakan tempat vaksinasi juga dilakukan door to door.
“Tapi kan bukan hanya urusan pegawai (pemerintah), tapi urusan semua, urusan tokoh masyarakat, tak kalah pentingnya adalah bagaimana warga Kota Bekasi tanpa diminta, tanpa dipaksa, datang di 1.018 titik itu. (Selain itu) petugas yang mendatangi, mobile sekarang,” katanya.
Vaksinasi door to door ini kata Rahmat untuk menyesuaikan waktu luang masyarakat yang tidak bisa hadir di lokasi vaksin pada siang hari, sehingga memungkinkan untuk dilakukan malam hari, strategi ini rencananya dilakukan sampai awal bulan Oktober mendatang. Rencananya, bersamaan dengan vaksinasi datang langsung ke rumah ini juga dilakukan penempelan stiker di rumah warga sebagai penanda.
Advertisement
“Waktunya kalau nggak bisa pagi, siang, kalau nggak malam. Kalau yang sudah vaksin ditempelin rumahnya sudah divaksin, kalau yang divaksin baru kepala keluarganya saja, dikasih kode,” tambahnya.
Di sekolah, dari total 20 ribu tenaga guru baik negeri dan swasta, vaksinasi sudah menjangkau 90 persen. Selebihnya belum mendapat suntikan vaksin karena memiliki penyakit bawaan.
Sementara vaksinasi dengan sasaran siswa, masih tersisa 10 persen atau 15 ribu siswa yang tercatat belum menerima suntikan vaksin. Beberapa alasan yang melatarbelakangi ini diantaranya belum mendapatkan izin dari orang tua, sedang sakit, maupun terkena Covid-19 pada pelaksanaan vaksinasi.
“Makanya kita mendapatkan tugas mengedukasi masyarakat untuk ayo segera divaksin, makanya kita door to door, kepala sekolah yang siswanya belum divaksin supaya divaksin semuanya,” terang Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kota Bekasi, Inayatullah.
Terpisah, Kepala Tim Dokter Penanganan Covid-19 Kota Bekasi, Anthony Tulak menyampaikan kondisi pasien Covid-19 yang dirawat dewasa ini tidak dalam kondisi berat. Beberapa faktor hal ini terjadi salah satunya adalah vaksinasi yang masif dilakukan di Kota Bekasi, kepatuhan masyarakat terhadap Protokol Kesehatan (Prokes) sudah cukup baik, hingga kemungkinan semua populasi masyarakat sudah terpapar namun tidak bergejala.
Meskipun demikian, ia menyebut peluang gelombang kedua selalu ada. Pasalnya, kecenderungan virus yang terus bermutasi, mutasi tersebut bisa positif atau negatif.
Jika yang terjadi adalah mutasi positif, maka virus bisa bertambah ganas, bahkan dampak vaksin tidak bisa bekerja maksimal. Namun, jika yang terjadi adalah mutasi negatif, maka virus akan melemah, sehingga tidak menimbulkan gejala berat.
“Kita harapkan di Kota Bekasi bahkan di seluruh Indonesia ini Covid-19 menjadi endemis. Artinya dia tidak menyebar secara global, hanya sporadis di tempat-tempat tertentu seperti influenza,” paparnya.
Selain menghimbau untuk tetap mentaati Prokes, masyarakat juga diminta untuk tidak takut divaksin. Anthony menyampaikan vaksinasi justru sangat berguna bagi masyarakat dalam kategori Lanjut Usia (Lansia) dan masyarakat yang memiliki penyakit bawaan, ia menjamin vaksin ini aman bagi dua kelompok masyarakat tersebut.
“Justru yang punya komorbid harus divaksin, dibalik tuh, punya komorbid kok nggak divaksin, justru tambah jadi dia,” tukasnya.
Permasalahan yang saat ini dihadapi adalah penderita long Covid, pasien yang dinyatakan sudah sembuh namun masih merasakan gejala Covid-19, durasinya berkisar 4 hingga 12 Minggu. Gejala yang dialami oleh para penderita long Covid ini diantaranya lemah, letih, lesu, sesak nafas, susah tidur, berdebar-debar, sakit sendi, hingga mudah lelah.
Penderitanya tetap berobat di RS sesuai dengan gejala yang dialami, kebanyakan penderitanya adalah masyarakat yang memiliki penyakit bawaan atau penyerta. (mif/Sur)