Berita Bekasi Nomor Satu
Bekasi  

Daratan Muaragembong Terus Menyusut

KAMPUNG YANG HILANG : Bekas daratan yang telah tenggelam air laut di Desa Pantai Mekar Muaragembong Kabupaten Bekasi, Abrasi di wilayah Muaragembong masih menghantui.ARIESANT/RADAR BEKASI

MUARAGEMBONG – Abrasi yang terjadi di pantai Muaragembong Kabupaten Bekasi semakin parah. Selain menggerus daratan dan merusak pantai ratusan hektare setiap tahun, juga merusak dan menenggelamkan perkampungan warga. Akibatnya banyak warga harus direlokasi ke wilayah lain.

Sedikitnya, lima desa di kecamatan Muaragembong paling terdampak abrasi. Diantaranya yakni
Desa Pantai Harapan Jaya, Pantai Mekar, Pantai Sederhana, Pantai Bahagia, dan Pantai Bakti. Ya, wilayah tersebut sudah dilanda abrasi dari puluhan tahun yang lalu, namun sampai saat ini belum ada penanganan.

Dari data yang berhasil diterima oleh Radar Bekasi, ratusan Kepala Keluarga (KK) terdampak dengan adanya abrasi tersebut, mereka harus kehilangan tempat tinggalnya. Seperti yang terjadi di Desa Pantai Bakti, dari luas wilayah 3,241 hektar, dan yang sudah terdampak abrasi 650 hektar. Kemudian, warga yang terdampak (kehilangan rumah) sebanyak 350 KK, dari sembilan RT.

Lalu untuk di Desa Pantai Bahagia, dari luas wilayah 4000 hektar, kemudian sisa daratan yang tidak terkena abrasi 2,200 hektar. Sementara, untuk pemukiman yang terkena abrasi luasnya 800 sampai 1000 hektar, tersebar di dua dusun, dengan jumlah KK 1.200 yang harus kehilangan tempat tinggalnya.

Sayangnya, untuk tiga desa lainnya Pantai Harapan Jaya, Pantai Mekar, dan Pantai Sederhana, tidak ada data pastinya berapa wilayah yang terkena abrasi. Namun, dari informasi yang Radar Bekasi dapatkan, luas wilayah yang terdampak tidak jauh beda dengan Pantai Bahagia dan Pantai Bakti.

” Dari lima desa itu nyaris sama yang terkena dampak abrasi. Abrasi ini sudah 10 tahun lebih,” ujar Camat Muaragembong, Lukman Hakim, kepada Radar Bekasi, belum lama ini.

Menurutnya, abrasi yang melanda wilayahnya ini sudah sangat-sangat memprihatinkan, karena sudah berlangsung lama, tahunan. Akibatnya, sudah sebagian masyarakat yang harus meninggalkan tempat tinggalnya. Sejauh ini kata Lukman, upaya yang dilakukan hanya sebatas penanaman mangrove saja.

“Kalau upayanya dari pemerintah dan komunitas-komunitas bersinergi paling secara umum gencar melakukan penanaman mangrove. Tidak ada lagi,” tuturnya.

Sementara, untuk penanggulangan yang sifatnya fisik sampai saat ini masih nol (belum ada penanganan). Padahal, selama ini dirinya tidak hanya sebatas pengajuan saja, melainkan juga kerap mengutarakan setiap ada forum, agar abrasi di Muaragembong ada penanganan. Tetapi tidak kunjung ada penanganan secara nyata.

“Abrasi itu salah satu tiga masalah pokok yang memang selama ini ada di Kecamatan Muaragembong, masih belum ada penanganan yang signifikan,” ucapnya.

Sementara itu, Kepala Desa Pantai Bahagia, Maman mengungkapkan abrasi yang terjadi di wilayah ini sejak tahun 1995. Penyebab abrasi karena adanya penambangan pasir ilegal, kemudian matinya anak sungai Citarum. Menurutnya, luas daratan di wilayahnya 4000 hektar, sekarang hanya tersisa 2,200 hektar.

Untuk yang terkena abrasi ada dua dusun, yakni dusun satu dan tiga, dengan luas 800 sampai 1000 hektar. Masyarakat yang terdampak ada 1.200 KK. Jumlah keseluruhan KK di Desa Pantai Bahagia sebanyak 2,75.“penyebabnya karena ada penambangan pasir ilegal, dan matinya anak sungai Citarum. Itu mutlak, pertahun bisa ratusan hektar, daratan yang terkena abrasi,” tuturnya.

Selain itu, penyebab abrasi lainnya karena jebolnya perbatasan dengan Desa Pantai Bakti dengan Pantai Bahagia. Dampaknya, tambak udang di dua desa tersebut habis terkena abrasi. “Pantai Bakti dengan Pantai Bahagia itu penghasil udang terbesar, sampai satu petani itu bawa kapal sendiri buat jual udang. Saking suburnya tanah disini. Saat ini sudah enggak ada, karena abrasi,” tuturnya.

Berbagai upaya sudah dilakukan dirinya untuk mengatasi abrasi, seperti melakukan penanaman mangrove bersama relawan serta aktivis. Kemudian, normalisasi anak sungai Citarum, rencananya akan membuat sodetan. Sementara, untuk penanganan dari pemerintah sampai sekarang belum ada.

“Harapan saya ia harus ditangani. Kalau memang Pantai Bahagia ini bagian dari Kabupaten Bekasi, ya tolong biar serius. Kalau memang Pemkab nggak mampu, kan ada provinsi, misalkan masih nggak mampu, kan ada pemerintah pusat,” tukasnya.

“Saya kira kalau serius semua lininya hidup, pasti mampu. Orang laut saja bisa jadi daratan, apalagi ini daratan. Lucu kalau nggak bisa ditanggulangi,” sambungnya.

Senada disampaikan Kepala Desa Pantai Bakti, Manan. Dia menuturkan kondisi abrasi setiap tahunnya semakin bertambah. Sebelumnya sekitar 400 hektar, sekarang sudah mencapai 700 hektar yang terkena abrasi. Dari wilayah 3,241 hektar, kemudian warga yang terdampak abrasi sebanyak 350 KK, di sembilan RT.”Daratan semakin menyempit, makanya masyarakat banyak yang mengeluhkan dengan adanya abrasi,” tuturnya.

Menurutnya, penyebab abrasi di wilayahnya ini karena jebolnya laut dengan daratan hampir sekitar 100 meter panjangnya, dengan kedalaman sampai 10 meter. Akibatnya, banyak tambak-tambak yang terkena abrasi.

Sementara, untuk di Kampung Bungin, yang berhadapan langsung dengan Pantai Muarabungin, ada daratan yang terkikis sampai satu kilo, dari sebelumnya, sampai sekarang yang ditempati warga. Penyebabnya, karena gebukan ombak yang besar.”Harapan saya kedepan, untuk hal-hal seperti ini mohon disikapi dengan cepat, karena ini sangat berdampak ke masyarakat. Pertahunnya, daratan yang terkena abrasi 20 sampai 30 hektar,” ungkapnya.

Ketua BPD Desa Pantai Bakti, Nursan Susanto berhadap ada tanggapan serius dari Pemerintah Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat, sampai ke Pemerintah Pusat, bisa mendapat tanggapan, karena sudah mengkhawatirkan.

“Lama-kelamaan kalau kita biarkan, ya hampir rata-rata Desa Pantai Bakti akan terserang abrasi semua. Kalau bicara usulan, sudah beberapa kali kita sampaikan baik secara tertulis maupun lisan, tapi belum ada tanggapan sampai sekarang,” ucapnya.(pra)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin