RADARBEKASI.ID, BEKASI-Selama ini sisik ikan dibuang begitu saja di bak sampah. Padahal limbah ini bisa dimanfaatkan untuk bahan dasar gumi (permen lembut) yang disukai anak-anak.
Melalui Program Kemitraan Masyarakat, Uhamka memberikan pelatihan membuat gumi dari sisik ikan bagi ibu-ibu di Kelurahan Margahayu, Bekasi Timur guna meningkatkan pendapatan keluarga.
Pandemi Covid-19 tidak saja berdampak pada kesehatan masyarakat tetapi juga pada perekonomian warga. Banyak orang yang mengalami pemutusan hubungan kerja. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan mencari penghasilan tambahan dengan membuat permen lunak dari bahan yang murah meriah dan banyak terdapat di sekitar.
Lembaga Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta memberikan pelatihan Pemanfaatan Limbah Sisik Ikan sebagai Gelatin Halal sebagai Bahan Kembang Gula Jeli untuk Meningkatkan Perekonomian Warga Margahayu di Gedung Serbaguna RT 08 RW 11, Kelurahan Margahayu, Bekasi Timur, Sabtu (18/12).
Selama tiga hari peserta yang berjumlah 50-an ibu dan remaja putri mengikuti Program Penelitian Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka dan Pengabdian Masyarakat Berbaasis Hasil Penelitian dan Purwarupa PTS Ditjen Diktiristek yang diketuai Dr. Zulpahmi, SE, MSi.
Pelatihan berlangsung selama tiga hari (17, 18, 19 Desember). Hari pertama peserta mendapat materi tentang proses pembuatan gelatin dari limbah sisik ikan, hari kedua praktik membuat gumi, dan hari terakhir tentang teknik pemasaran dan pengemasan produk.
“Ibu-ibu bisa membeli gelatin jadi di pasar, tetapi kami ingin mengajarkan pada ibu-ibu membuat gelatin yang dijamin kehalalannya, karena dibuat dari sisik ikan. Bukan gelatin jadi yang terbuat dari tulang atau kulit binatang berkaki empat yang tidak diketahui kehalalannya,” ujar Dr. Heriyanti, SSi., MSi, instruktur pelatihan yang juga dosen Fakultas Farmasi, Uhamka.
Heriyanti sengaja memilih bahan-bahan baku yang murah dan mudah diperoleh di sekitar rumah, seperti bunga telang (Clitoria terantea) dan jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle).
“Untuk mewarnai kembang gula juga kita dapat menggunakan buah naga (Hylocereus), strawberi, tetapi harganya lumayan mahal dibandingkan dengan bunga telang, Kalau bunga telang bisa ditanam sendiri di halaman atau di pot,” tutur ibu tiga anak ini.
Saat demo berlangsung para peserta selain boleh bertanya juga boleh ikut mencoba membuat adonan, menuangkan adonan ke dalam cetakan, dan mendinginkan adonan ke dalam kulkas.
Seusai pelatihan Ketua Pengabdian Zulpahmi menyerahkan secara simbolik alat-alat memasak, seperti kompor gas, oven, mixer, panci perebus, dan cetakan kepada pihak RW.
“Ibu-ibu kalau mau praktik bikin kembang gula, silakan datang ke sini. Semua alat masak yang tadi buat praktik kami berikan pada ibu-ibu,” tutur Zulpahmi yang juga Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Uhamka. (sm/zar)