RADARBEKASI.ID, BEKASI – Walau terlalu dini, Kamrussamad tak pantas alergi dengan opini dan rekomendasi publik terhadap tokoh-tokoh potensial yang perlu didorong sebagai bakal calon presiden dan wakil presiden pada periode 2024-2029 mendatang.
Reaksi yang terlalu reaktif, cenderung emosional, dan terkesan tidak open minded (berpikir terbuka-red) yang ditunjukkan oleh Kamrussamad terkait rekomendasi Forum Ijtimak Ulama dan Pemuda Islam Indonesia se-Jawa Barat sebagaimana dimuat detik.com pada 20 Desember 2021 lalu, adalah ‘keterbelakangan politik’ yang perlu direformasi.
Kondisi ‘keterbelakangan politik’ yang ditunjukkan oleh Kamrussamad tak bisa dibiarkan begitu saja. Cara pandangnya yang demikian bisa memunculkan apatisme masyarakat terhadap dirinya dan gerakan politik yang dipromosikan oleh dirinya. Sub elemen masyarakat yang tadinya antusias dan ingin berpartisipasi aktif, justru skeptis. Enggan. Bahkan berpotensi meninggalkannya karena dinilai tidak terbuka dan anti-kritik.
Padahal sebagai penggerak politik, Kamrussamad dalam beropini dan merespon opini masyarakat wajib mempertimbangkan masukan dan reaksi publik. Karena bagaimanapun, konsekuensi kebijakan tersebut jelas memberikan konsekuensi tersendiri bagi publik yang ada. Entah itu hal baik, atau sebaliknya.
Maka karenanya, konsep partisipasi publik dalam politik adalah salah satu komponen paling penting dalam pendewasaan demokrasi untuk menjamin pembangunan bisa dilakukan secara partisipatif. (Sahid, 2011:175)
Yang bikin situasi menjadi lebih ironis, rekomendasi Forum Ijtimak Ulama dan Pemuda Islam Indonesia se-Jawa Barat yang digelar pada 15 Desember 2021 kemarin justru dipolitisir sebagai rekayasa politik. Kamrussamad menuding forum tersebut dimanfaatkan oleh Sandiaga untuk kepentingan popularitas dan elektabilitasnya.
Forum tersebut dinodai oleh Kamrussamad sebagai forum tak jelas, sekedar mencari sensasi, bahkan dinilai hanya sebagai forum yang opportunis. Yang hanya berorientasi pada kepentingan golongan tersebut dalam skala pendek.
Padahal pada faktanya, ada banyak hal yang tak bisa disangkali oleh Kamrussamad. Sandiaga Uno sebagai salah satu tokoh muda Indonesia memiliki magnet tersendiri. Dia pintar, visioner dalam pengembangan dunia usaha. Komunikasi politiknya sangat bagus. Dia adalah satu tokoh muda Indonesia yang mampu memosisikan diri di banyak kalangan dengan berbagai perbedaan warna.
Sandiaga adalah kader Gerindra, tapi dia bisa berakulturasi dengan banyak elemen.
Tentu saja faktor keterpilihannya sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta dalam Pilkada DKI Jakarta pada 2017 kemarin, lalu dilanjutkan dalam proses pencalonannya sebagai Calon Wakil Presiden Indonesia pada 2019 memberikan nilai tambah bagi Sandiaga. Dia telah dikenal luas.
Berpengalaman dalam pemerintahan. Telah melalui proses pencalonan sebagai Cawapres. Dan saat ini diberikan kepercayaan untuk memimpin Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Prosesproses tersebut tak bisa disangkali telah melambungkan nama Sandiaga dan tentu saja berpotensi didorong oleh stakeholder manapun sebagai calon pemimpin Indonesia kedepan.
Belum lagi, secara faktual nama Sandiaga terus muncul di berbagai survei politik. Baru-baru ini sebagaimana rilis yang ditayangkan detik.com pada 21 Desember 2021 kemarin, survei-survei yang digelar oleh Charta Politika Indonesia terus memunculkan nama Sandiaga baik sebagai Capres maupun Cawapres. Dalam simulasi 5 tokoh potensial tersebut, elektabilitas Sandiaga mencapai 7,1 persen. Sebuah angka yang fenomenal dan harusnya patut dibanggakan oleh orang-orang terdekatnya karena memiliki sosok yang elektabilitasnya sangat tinggi.
Sebagai salah satu warga Indonesia yang memiliki hak pilih, saya tentu berharap pada pemilihan presiden mendatang, Indonesia bisa memunculkan calon-calon pemimpin yang muda dan energik. Saat ini, sosok-sosok alternatif tersebut terus bekerja di segmennya tersendiri. Prosesnya masih sangat lama.
Namun secara politik, 2024 tak bisa dibilang masih lama lagi. Durasi waktu 2 tahun lagi dalam politik cukup singkat. Tak heran para kandidat terus bekerja sejak dini untuk memperkenalkan diri. Maka karenanya, saya mengajak seluruh elemen masyarakat, khususnya para pelaku partai politik untuk membuka diri. Janganlah terlalu kaku melihat rekomendasi publik. Konon lagi bagi Kamrussamad. Harusnya dia berbangga hati, karena ternyata publik Indonesia masih menyukai Sandi, yang tak lain juga rekan separtainy sendiri. (*)