RADARBEKASI.ID, BEKASI SELATAN – Fungsi tracing dan tracking digital Covid-19 di aplikasi PeduliLindungi tampaknya belum berjalan maksimal. Buktinya, masih banyak ditemukan pasien Covid-19 yang melakukan kontak erat dengan warga lainnya di pusat keramaian, padahal sudah diminta melakukan scan barcode aplikasi PeduliLindungi. Pemerintah Kota (Pemkot) mewajibkan penggunaan Aplikasi Pedulilindungi di berbagai tempat, namun banyak dan masifnya penggunaan aplikasi ini sejalan dengan bertambahnya kasus aktif Covid-19 beberapa pekan belakangan.
Dalam Surat Edaran (SE) terakhir yang dibuat kemarin, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level dua diperpanjang sepekan ke depan, kewajiban menggunakan aplikasi Pedulilindungi diberlakukan hampir di semua tempat, kewajiban ini juga sudah tertuang dalam beberapa ketentuan perpanjangan PPKM sebelumnya. Seolah berbanding lurus, kasus aktif meningkat tajam akhir-akhir ini, per 1 Februari kasus aktif Covid-19 di Kota Bekasi sudah mencapai 5.381 kasus, 5.226 diantaranya tidak bergejala dan menjalani Isolasi Mandiri (Isoman) di rumah.
Aplikasi Pedulilindungi beberapa kali mendapat kritik dari berbagai pihak. Aplikasi ini dinilai tidak menjamin keakuratan dan keamanan data, memakan daya baterai telepon genggam terlalu besar, kesalahan data penerima vaksin, tidak menampilkan data dan lokasi akurat serta real-time pengguna aplikasi, memiliki potensi besar pelanggaran data pribadi, dan beberapa catatan lain.
Pengamat Internet Development Institute, Alfons Tanujaya menyoroti beberapa hal yang dinilai masih menjadi kekurangan dari aplikasi ini dan musti banyak dilakukan perbaikan. Diantaranya adalah fitur pengawasan atau pelacakan, dan notifikasi zona resiko. “Dari sisi real time nya, dari sisi validitas, dari sisi keabsahan data base, saya tidak terlalu percaya dengan data yang ada disana,” katanya, Rabu (2/1).
Keberadaan pasien terkonfirmasi Covid-19 di pusat perbelanjaan menggambarkan lemahnya kontrol atau pengawasan. Selanjutnya terkait dengan notifikasi zona resiko, Alfons mengatakan aplikasi tidak bisa dijadikan pegangan penuh seseorang berada di area yang aman.
Ia mencontohkan, kondisi saat ini di Jakarta hampir seluruhnya menuju warna merah, area resiko penyebaran tinggi Covid-19. Maka tidak bisa sepenuhnya dipercaya bahwa ruang publik berstatus hijau, kecuali tempat paling aman adalah di rumah masing-masing.
Salah satu kunci untuk memperbaiki keakuratan data pada aplikasi adalah implementasi di lapangan. Maka kepatuhan pengguna aplikasi dan penegakan aturan Satgas Covid-19 di lapangan menjadi catatan penting untuk memperbaiki akurasi data yang akan diterima oleh pengguna aplikasi Pedulilindungi.
Ia menyarankan Satgas Covid-19 untuk memperhatikan data base aplikasi dan penerapan lebih baik di lapangan, sehingga data yang dihasilkan bisa digunakan untuk melihat situasi dan kondisi di satu tempat. Dengan kata lain, perbaikan validitas data pada aplikasi mudah dilakukan, sangat bergantung pada data yang masuk menjadi data base dalam aplikasi.
“Asumsi dari datanya sudah benar, dianalisa tidak sulit, yang sulit apakah data ini akurat atau tidak. Dan kita ragukan, jujur saja akurasi datanya mungkin saja ya kita ragukan, makanya saya bilang untuk data base yang kita lihat di aplikasi Pedulilindungi jangan terlalu dipercaya, karena terlalu banyak celahnya yang mengakibatkan kelemahan data,” paparnya.
Rekomendasi perbaikan yang disampaikan oleh Indonesia Internet Governance Forum (IGF) beberapa waktu lalu sebagian besar disampaikan oleh Alfons sudah diperbaiki. Sederet perbaikan aplikasi tersebut adalah penggunaan aplikasi sudah bisa dilakukan dalam kondisi offline, tersedia sistem cek in dan cek out, pelanggaran privasi hingga penggunaan daya baterai telah diminimalisir, sampai dengan sinkronisasi data hasil tes PCR hampir dengan semua laboratorium di Indonesia.
Satu yang menjadi sorotan adalah koneksi aplikasi, fitur ini memungkinkan pasien melakukan konsultasi kesehatan secara daring dengan dokter gratis, hingga mendapat obat gratis. “Yang sangat kita apresiasi adalah departemen kesehatan bisa mensinkronisasi, setiap kita mendapat hasil positif otomatis di Pedulilindungi mendapat dokter gratis, hebat sekali itu. Ini sudah sejajar dengan negara maju,” tukasnya.
Menjadi catatan juga, penggunaan aplikasi Pedulilindungi di pusat perbelanjaan, di area ini Alfons menilai penggunaan aplikasi bagai dua sisi pedang. Jika pelaksanaannya terlalu ketat, mall akan cenderung sepi pengunjung, jika pelaksanaannya lemah, maka berpotensi menjadi lokasi penyebaran virus.
Meskipun demikian, pusat perbelanjaan harus menjalankan secara disiplin. Pasalnya, jika tidak maka pusat perbelanjaan dipastikan melanggar hukum.
Pantauan Radar Bekasi di beberapa tempat, salah satunya di pusat perbelanjaan di Kawasan Bekasi Timur, pengunjung bisa masuk tanpa scan barcode atau QR code Pedulilindungi. Hal serupa juga pernah dialami oleh beberapa warga Bekasi saat datang ke fasilitas publik dan pusat perbelanjaan.
Hal ini dialami oleh Elvin (20), sepanjang mengunjungi beberapa tempat, ia menyaksikan sebagian dijaga ketat penggunaannya, sebagian diabaikan.”Tapi ada beberapa mall yang bisa main masuk saja, mau lewat pintu belakang, pintu samping, ataupun pintu depan, tidak pakai scan bisa langsung masuk,” katanya.
Lokasi yang pernah ia kunjungi dan ketat penjagaannya adalah stasiun Bekasi dan Mall Besar di pusat kota. Sedangkan yang abai, berada di kawasan Bekasi Timur.”Kalau di stasiun ada yang jaga di dekat lift mau naik ke atas, tiap orang yang mau naik di cek dulu hasil scan Pedulilindungi sama penjaganya,” tambahnya.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Bekasi meyakinkan sampai dengan saat ini pihaknya masih melakukan pengawasan di pusat perbelanjaan termasuk mall. Petugas diterjunkan ke lapangan untuk mengawasi disiplin penggunaan aplikasi Pedulilindungi, termasuk telah mensosialisasikan kepada pengelola pusat perbelanjaan untuk tetap disiplin, pasar tradisional juga disampaikan tidak luput dari pengawasan.
Meski, ia tidak memungkiri jika ada waktu-waktu tertentu disiplin penggunaan aplikasi lemah. Disampaikan petugas memiliki keterbatasan dalam pengawasan setiap waktu.
“Kita menugaskan aparatur kita untuk melakukan monitoring ke pasar tradisional, kan ada petugasnya dari kita, kemudian ke mall. Ya insyaAllah ya (disiplin terjaga), kita juga kan tidak bisa mengawasi setiap waktu,” ungkap Kepala Disperindag Kota Bekasi, Teddy Hafni.
Penyebaran kasus Covid-19 akhir-akhir ini disebut oleh Plt Walikota Bekasi, Tri Adhianto satu hari terakhir mencapai ribuan kasus baru. Tes acak dilakukan di stasiun Bekasi, hasil dari pertemuan daring bersama dengan Gubernur Jawa Barat, Pemprov Jawa Barat dan DKI.
Selain tes acak bagi pelaku perjalanan ke wilayah DKI Jakarta, kebijakan lain yang sudah dijalankan adalah menghentikan sementara PTM, mengganti dengan PJJ untuk sekolah di tingkat SD dan SMP.
“Kita ambil adalah warga masyarakat yang beraktivitas ke Jakarta, karena kalau yang jarak jauh kan mereka sudah punya (hasil tes) PCR dan itu menjadi kewajiban 1×24 jam,” katanya.
Pelaku perjalanan yang hasil tes acaknya menggunakan rapid antigen positif, maka pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan PCR. Pemeriksaan dilakukan pada waktu masyarakat berangkat beraktifitas, pukul 07:00 WIB sampai pukul 09:00 WIB.
Tracing dilanjutkan jika hasil pemeriksaan kedua menggunakan PCR juga menunjukkan hasil positif. Perhatian khusus diberikan pada lingkungan keluarga, pemeriksaan acak selanjutnya dilakukan di stasiun lain yang ada di Kota Bekasi, serta di area terminal.
“Kalau sesuai standar 1 banding 20 (tracing), tapi nanti kita lihat kemampuan dari pada petugas. Tetapi minimal lingkungan keluarga, karena ini cluster keluarga itu yang menjadi prioritas,” tambahnya.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bekasi memastikan hasil positif yang ditemukan di stasiun Bekasi telah dilanjutkan dengan pemeriksaan PCR.”Hasil Positif Antigen sudah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, yaitu swab PCR,” tegas Sekretaris Dinkes Kota Bekasi, Nia Aminah Kurniati.
Total sampel yang diambil secara acak kemarin sebanyak 66, dari jumlah itu didapati hasil tes positif pada 4 pelaku perjalanan. Selebihnya, 62 sampel calon penumpang Commuter Line menunjukkan hasil negatif, dipersilahkan melanjutkan perjalanan. (Sur)