RADARBEKASI.ID, BEKASI – Sekolah Dasar Negeri (SDN) Arenjaya XVIII Kota Bekasi yang terletak di Jalan Yapen Raya, Kelurahan Arenjaya, Kecamatan Bekasi Timur sejak 2015 lalu dinobatkan sebagai sekolah rujukan bagi Sekolah Dasar lainnya se-Kota Bekasi.
Adapun penilaian ini diperoleh hanya untuk satu sekolah di setiap Kabupaten/Kota, karena dianggap memberi pelayanan pendidikan bermutu dan memiliki program unggulan tersendiri.
Tentunya, pencapaian itu diharapkan jadi rujukan atau contoh bagi sejumlah sekolah lain yang ada di daerahnya, dalam rangka memperoleh pengembangan ilmu pengetahuan dan juga pelaksanaan praktik pendidikan yang baik. Seperti manajemen, penataan lingkungan sekolah, dan sarana-prasarana KBM yang harus menjadi perhatian.
Namun kondisi di lapangan belum sepenuhnya kebutuhan Sarpras terpenuhi. Seperti prasarana meubelair meja dan kursi yang belum memadai. Ada tiga ruang kelas yang masih menggunakan sarpras seadanya berbahan kayu, itu pun di dapat dari bantuan CSR PT Jasa Marga cabang Jakarta-Cikampek tahun 2018 lalu.
Hal itu turut disikapi Anggota DPRD Kota Bekasi, Evi Mafriningsiati usai menerima aduan dari pihak sekolah. Ia sempat mengunjungi sekolah usai mengadakan reses I tahun 2022 tak jauh dari lokasi itu, Kamis (10/2).
Pasca berkeliling untuk melihat kondisi dari sejumlah rombel di sekolah tersebut, Evie mengakui, apabila kondisi meubelair sekolah di Kota Bekasi banyak mengalami kerusakan. Bahkan pihaknya menemukan meja-kursi sudah dalam kondisi keropos. Melihat itu pihaknya akan melakukan pengecekan terkait pengadaan meubelair di Dinas Pendidikan.
“Jadi, untuk kondisi sekolah-sekolah di Kota Bekasi ini banyak juga yang mungkin punya kasus serupa, dan bukan saja dari kebutuhan meubelair tapi juga sarana prasarana sekolah lainnya yang mungkin juga keadaanya lebih parah dari sekolah ini. Intinya, saya sebagai anggota dewan dan kebetulan juga di Komisi IV yang membidangi Pendidikan akan dorong,”ujar Legislator dari Fraksi PAN asal Dapil I (Bekasi Timur-Bekasi Selatan).
Evi menjelaskan, Dinas Pendidikan juga harus turun melihat kondisi realnya, sehingga di dalam menyusun rencana pengadaan meubeler itu memang harus berdasarkan kebutuhan dari sekolahnya.
Menurut Evie, anggaran pengadaan meubeler untuk sekolah-sekolah di Kota Bekasi saat ini memang sudah ada pagunya. Artinya tinggal bagaimana Dinas Pendidikan untuk melihat langsung sejumlah kondisi meubeler sekolah berdasarkan kebutuhan. Dimana kasus serupa juga terjadi di sejumlah sekolah SD maupun SMP.
“Intinya, kalau melihat kebutuhan di sekolah-sekolah se-Kota Bekasi itu baik SD maupun SMP bukan saja terkait meubelernya saja tapi juga termasuk sarana-prasarana yang kami lihat banyak membutuhkan perhatian pihak pemerintah. Mohon doanya saja, semoga hal ini dapat kami perjuangkan secara maksimal agar kebutuhan kaitan meubelair atau sarana-prasarana bisa diberikan ke sekolah-sekolah berdasarkan kebutuhannya,” ungkapnya.
Adapun terkait dengan kebutuhan meubelair di SDN Arenjaya XVIII yang menjadi sekolah rujukan buat sekolah-sekolah lainnya se-Kota Bekasi ini, Evie menegaskan, bahwa dengan statusnya yang prestisius tentu selayaknya Dinas Pendidikan bisa mengupayakan untuk kebutuhan meubelair.
Pasalnya kata dia, sekolah rujukan harus tetap menjadi contoh baik dan jika kebutuhannya tidak diperhatikan, maka statusnya bisa hilang dengan sendirinya.
“Yang pasti karena memang ini masuk dapil saya, tentunya menjadi tanggung jawab saya untuk bisa mendorong, agar kebutuhan yang diajukan pihak sekolah terkait meubeler bisa kita perjuangkan. Sekali lagi saya hanya bisa berikhtiar ya, tolong bantu doanya saja. Dan perlu juga dipahami kalau kondisi keuangan daerah kita terbatas, sehingga perlu memilah mana yang lebih prioritas buat diperhatikan,” paparnya.
Di tempat yang sama, Kepala Sekolah SDN Arenjaya XVIII Kota Bekasi, Suwilan mengaku, kebutuhan dari meubeler di sekolah ini sudah diajukan dari tahun 2018 pasca proyek pembangunan gedung rombel baru selesai di tahun 2017. Kebutuhan itu untuk kegiatan belajar mengajar.
Hanya saja, pengajuan itu belum terealisasi khususnya untuk tiga ruangan yang saat ini masih pakai meubeler model lama atau berbahan kayu yang itu pun diperoleh melalui bantuan CSR PT Jasa Marga.
“Jadi, sejak 2018 itu kita sudah ajukan untuk pengadaan meubeler ke Disdik cuma belum ada respon apapun, paling hanya minta kita bersabar saja. Tapi kalau mengikuti standar meubelair yang dipakai sekarang ya memang sudah tidak layak dan harus diganti model baru seperti yang ada di beberapa kelas lain,” ucapnya.
“Dan Semoga dengan kedatangan bu Evie ini apa yang kita butuhkan buat sekolah dapat dikawal dan direalisasikan demi kenyamanan belajar siswa di sekolah, termasuk untuk kenang-kenangan saya sebelum pensiun ya,” tandasnya. (mhf).











