RADARBEKASI.ID, BEKASI – Hampir selama sembilan tahun, Acep melalui Komunitas Kenanga berusaha membantu anak-anak kurang mampu di wilayah Kampung Rawa Gebang mendapatkan fasilitas pendidikan.
Kenanga merupakan komunitas yang bergerak di bidang literasi baca dan keuangan. Kepeduliannya terhadap dunia pendidikan membuat pria yang kini berusia 40 tahun ini bertekad mendirikan komunitas itu pada 2013.
“Komunitas ini dibangun atas kepedulian kami terhadap dunia pendidikan, khususnya bagi mereka anak-anak kurang mampu yang tidak memiliki fasilitas pendidikan,” ungkap Ketua Komunitas Kenanga ini kepada Radar Bekasi, Jumat (11/2).
Di komunitas ini terdapat beberapa program. Antara lain, Tangari Ngaji (Taji), Belajar Baca Hitung Tulis (Beca Hantu), Belajar Komputer (Beko), Jumat Bagi-Bagi (Jumba). Fokusnya, pada pembelajaran agama yang rutin diselenggarakan pada Senin sampai Jumat.
“Saat ini kita fokus pada pembelajaran agama yang dilengkapi dengan baca dan tulis serta beberapa program lain yang saat ini terus kami bangun. Kami hampir setiap hari pertemuan hanya Sabtu dan Minggu saja yang diliburkan,” jelasnya.
Aktivitas belajar dilakukan pendopo warga di Kampung Rawa Gebang Desa Jatibaru Kecamatan Cikarang Timur Kabupaten Bekasi. Setiap harinya kecuali Sabtu dan Minggu terdapat puluhan anak usia 4-14 tahun menimba ilmu.
“Hampir 45 anak yang rutin hadir setiap hari, mereka cukup antusias sekali dengan adanya pendidikan ini,” ucapnya.
Acep menghadapi sejumlah tantangan dalam mendirikan komunitas ini. Antara lain, tidak adanya dukungan dari pemerintah desa setempat dan kurang tergeraknya anak-anak muda untuk bergabung menjadi relawan.
“Dibangunnya komunitas ini tentu bukan hal yang mudah. Sampai dengan saat ini, kami cukup merasakan tidak adanya dukungan pemerintah desa dari segi perhatian dan kurangnya kesadaran anak muda untuk ikut bergabung dan membangun komunitas ini,” terangnya.
Saat ini, Komunitas Kenanga hanya memiliki tiga anggota relawan yang bersedia hadir untuk mengajar anak-anak. Acep berharap, kedepannya lebih banyak relawan bisa bergabung untuk membantu menciptakan sebuah pendidikan yang layak bagi anak-anak.
“Banyak anak-anak yang antusias untuk belajar, tetapi hanya sedikit relawan yang bersedia untuk mengajarkan. Maka saya harap banyak generasi muda yang tergerak untuk sama- sama menciptakan sebuah pendidikan yang lebih layak bagi anak-anak kurang mampu,” tukasnya.
Budidaya Ikan Lele
Acep memiliki hobi mancing ikan sejak lama. Tak mau sekadar menjalani hobi, ia kemudian mengembangkannya dengan bisnis budidaya ikan lele bersama rekannya.
“Awalnya saya itu suka mancing, sampai akhirnya kepikiran buat bikin ternak lele. Ternak lele ini dibangun bersama-sama dengan beberapa kerabat agar hasilnya lebih banyak,” ucapnya.
Budidaya ikan lele ini baru dibangun sekitar enam bulan ini. Meskipun belum cukup lama, namun sudah mampu menghasilkan 10 kali panen dengan tingkat kesiapan ikan lele yang cukup baik untuk dikonsumsi.
“Alhamdulillah sudah berhasil 10 kali panen, hasilnya diolah untuk menjadi lele siap saji yang bisa langsung di goreng. Jadi bisa langsung di jual perkemasan,” jelasnya.
Setiap kali panen ikan lele mampu menghasilkan sebanyak 50 kg dengan harga jual per kilogram Rp17 ribu. Oleh karena itu bisa menjadi peluang yang sangat besar jika budidaya ini terus dikembangkan.
“Peluang yang sangat menguntungkan sekali ternak lele ini, jadi tentu saya akan terus kembangkan ternak lele ini lebih baik lagi,” katanya.
Acep tak menyangka dari hobinya mampu menghasilkan sebuah peluang usaha yang cukup baik. “Sangat tidak menyangka awalnya cuma hobi memancing sampai akhirnya punya ide untuk bikin ternak bareng-bareng teman dan hasilnya bisa menjadi peluang yang cukup besar,” tuturnya. (dew)
BIODATA
Acep
Lahir: Bekasi, 7 Juli 1982
Riwayat Pendidikan:
- SDN Mulaya Asih (1994)
- SMPN Lemahabang (1997)
- SMK Sunan Gunung Jati Karawang (2000)
- D2 Ilmu Perpustakaan Universitas Terbuka Jakarta (2014)
