RADARBEKASI.ID, BEKASI – Weny Yuliana (31), warga kelurahan Aren Jaya Bekasi Timur ini harus bangun lebih pagi. Ya, ibu dua orang anak ingin antri membeli Minyak Goreng (Migor) di minimarket yang tak jauh dari rumah nya. Pasalnya, di hari sebelumnya dia mengaku kehabisan. Padahal waktu masih menunjukan pukul 08.00 WIB.
”Sekarang harus dapat minyak goreng,”katanya
Benar saja, sesampainya di minimarket, sudah ada warga yang antri di depan kasir. Padahal waktu masih menunjukan pukul 06.10 WIB, antrian sudah sampai 10 orang. Sementara di depan minimarket, sebuah mobil mini box sedang menurunkan minyak goreng. “Tenang, pasti kebagian, persediaan minyak banyak,”kata salah seorang petugas sambal menurunkan minyak goreng dari mobil.
Warga lainnya, Mery (37) mengaku sudah menghafal waktu minyak goreng datang di minimarket tidak jauh dari rumahnya. Setiap dua atau tiga hari setelah barang datang, tidak boleh lengah mengintip mobil barang yang datang dari kejauhan.
“Kemarin hari Selasa (terakhir kali membeli minyak goreng) di minimarket dekat rumah, berarti nanti datang lagi hari Jumat harusnya. Saya selalu ngitung barang datang setiap hari apa, itu pun 15 menit sudah habis soalnya ditunggu sama orang disitu,” ungkapnya, Selasa (23/2).
Diceritakan, situasi hari ini minyak goreng mulai langka bahkan di warung kelontong meski dengan harganya mahal. Kalaupun ada, minyak goreng merk yang tidak pernah diketahui sebelumnya, ia mengaku tidak nyaman selain minyak goreng yang selama ini familiar di tengah masyarakat.
Di Dalam minimarket, minyak goreng tidak dipajang di etalase, diletakkan di kasir, pembeli berbaris, diserahkan jika ada yang membeli. Informasi dari pegawai minimarket, hal ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan masyarakat tidak merata dapat minyak goreng, hingga mencegah kerusakan barang dagang lain karena pembeli saling mendahului.
Empat hari dalam sepekan ia datang ke minimarket maupun supermarket untuk membeli minyak goreng. Tentu tidak semua dihabiskan dalam sekejap dia liter minyak tersebut, sisanya untuk berjaga-jaga lantaran situasi belum menentu.
Sedangkan di supermarket, Mery tidak boleh terlewat dari pukul 08:00 WIB pagi, jika terlewat maka kehabisan jatah minyak hari itu. Sudah tiga hari ini minyak tidak ada di supermarket tempat ia biasa berbelanja.
“Karena kalau nggak begitu nanti nggak kebagian, jadi saya tau kapan datangnya,” ungkapnya.
Mery sudah lelah dengan situasi ini, sehingga ia berpendapat lebih baik harga minyak kembali tinggi dengan catatan persediaan tidak terbatas seperti sekarang-sekarang ini. Kebijakan pemerintah justru dinilai menyulitkan masyarakat.
“Pemerintah bijak aja lah, mending nggak ada program-program begini, jadi banyak yang antri nggak jelas, kemarin sampe rebutan di berita. Lebih baik normal aja kalau ujungnya sama saja menghambat kita semua,” tukasnya.
Belum lama ini, Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) nomor 6 tahun 2022 tidak banyak memberi perubahan. Di toko retail modern masih dijumpai etalase minyak goreng kosong, di pasar tradisional pedagang masih menjual minyak goreng diatas HET dengan alasan harga dari agen atau distributor masih tinggi.
Pantauan Radar Bekasi di salah satu pasar modern, persediaan minyak goreng nampak dikeluarkan oleh karyawan menjelang tutup toko. Seketika tumpukan kardus berisi minyak goreng tersebut menjadi perhatian pengunjung yang masih berada di dalam.
Radar Bekasi coba mendatangi salah satu gudang produsen minyak goreng Tropical, PT Bina Karya Prima untuk mengetahui situasi di hulu. Selama ini, gudang di wilayah Kaliabang Tengah, Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi ini menampung produk jadi hasil produksi dari kawasan Marunda, Jakarta.
Gudang ini digunakan untuk menampung minyak goreng kemudian didistribusikan ke wilayah Pulau Jawa, termasuk Bekasi. Pengiriman diakui berkurang sejak bulan Januari, bahkan tidak bisa memenuhi setengah dari jumlah permintaan pasar.
“Pengiriman berkurang. Kewajiban memenuhi pengiriman distributor pun hanya tercapai 20 sampai 40 persen saja maksimal,” kata Humas PT Bina Karya Prima, Ali.
Situasi ini membuat pemenuhan distribusi minyak goreng di Pulau Jawa menjadi fleksibel, kalau di gudang tempatnya bertugas tidak ada, maka dikirim dari Gresik atau Marunda.
Saat situasi normal, barang datang hampir setiap hari, tapi akhir-akhir ini sesuai kesanggupan perusahaan menyediakan minyak goreng. Situasi ini juga membuat kesibukan pegawai di gudang berubah.
“Jauh, kita biasanya 2 shift, sekarang paling siang sudah selesai (pengiriman). Karena ya itu tadi, nggak banyak, dan nggak setiap hari,” ungkapnya.
Untuk pasokan di Kota dan Kabupaten Bekasi, ada dua distributor resmi, masing-masing satu distributor. Ali memastikan tidak ada penimbunan persediaan minyak goreng di gudang.”Tidak sampai (ada penimbunan). Ya disimpan itu tidak sampai satu Minggu, langsung barang datang kirim, barang datang kirim,” tambahnya.
Penyediaan minyak goreng murah pernah dan masih dilakukan oleh Pemerintah Kota Bekasi. Catatan Radar Bekasi, operasi pasar dengan penyediaan minyak goreng sebanyak 7.200 liter dilakukan bersama Pemerintah Provinsi Jawa Barat, 38.213 liter dilakukan bersama perusahaan swasta, 48 ribu liter program BUMN, masih berlangsung 18 ribu liter bekerjasama dengan perusahaan swasta.
Operasi pasar di Kota Bekasi dilakukan di kantor kecamatan dan kantor kelurahan. Kota Bekasi juga tengah menunggu distribusi dari Provinsi Jawa Barat.”Hari ini ada dua lokasi, di (Kelurahan) Harapan Baru dan Mustikajaya (operasi pasar yang sedang berjalan),” kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Bekasi, Tedi Hafni.
Ditengah kunjungannya ke Kota Bekasi, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menyampaikan bahwa pihaknya mendapat jatah 30 juta liter minyak goreng dari pemerintah pusat. Pengawasan juga tengah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
“Kami lagi monitor supaya jangan masalahnya jadi di (sisi) distribusinya karena ada penimbunan,” ungkapnya. (Sur)











