RADARBEKASI.ID, BEKASI – Kelangkaan minyak goreng (migor) masih terjadi di berbagai daerah di Indonesia, termasuk di Bekasi. Sejumlah warga yang akan membeli migor di minimarket harus dibatasi, maksimal hanya dua liter per orang. Padahal, produksi Migor di Bekasi tetap normal seperti sebelumnya, bahkan di naik kan produksinya.
Kondisi ini menimbulkan pertanyaan banyak pihak.Tim penyelidik Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta mengendus adanya permainan terkait banyaknya kasus tersebut. Dari hasil penelusuran, tim penyelidik mencurigai permainan harga yang dilakukan PT. AMJ, NLT dan PT PDM saat mengekspor minyak goreng ke Hongkong. Penyelidik menilai, minyak goreng berbagai kemasan yang dibungkus dengan karton, dijual tiga kali lipat dari harga normal.
“Nilai penjualan per kartonnya sejumlah HK$ 240 sampai dengan HK$ 280, atau 3 (tiga) kali lipat keuntungan dari nilai atau harga pembelian di dalam negeri,” kata Aspidsus Kejati Abdul, di Jakarta, Rabu (16/3).
Dengan nilai penjualan yang tinggi tersebut, mengakibatkan terjadinya kelangkaan minyak goreng kemasan di dalam negeri dan mengakibatkan terjadinya kerugian perekonomian negara.
Untuk diketahui, Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta kembali membuat gebrakan. Usai menyidik perkara dugaan korupsi mafia pelabuhan, kini tim penyidik Kejati DKI Jakarta menyelidiki dugaan korupsi mafia minyak goreng. Hal ini tertuang dalam Surat Perintah Penyelidikan Kepala Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta Nomor Sprinlid : Print- 848/M.1/Fd.1/03/2021 tanggal 16 Maret 2022.
“Sehubungan dengan Pemberantasan Mafia Minyak Goreng yang berkualifikasi tindak pidana korupsi terkait dengan Dugaan Tindak Pidana Korupsi dan Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukan oleh PT AMJ dan perusahaan lainnya tahun 2021 dan 2022, dalam proses distribusi minyak goreng kemasan yang diekspor melalui Pelabuhan Tanjung Priok, sehingga memberikan akibat atau dampak perekonomian negara secara langsung dengan terjadi kelangkaan minyak goreng di Indonesia,” terang Abdul Kohar.
Ihwal adanya kasus ini, pada Juli 2021-Januari 2022, PT AMJ Bersama-sama dengan PT NLT dan PT PDM, dengan melawan hukum melakukan ekspor Minyak Goreng Kemasan melalui Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta. Adapun ekspor tersebut sejumlah 7.247 (tujuh ribu dua ratus empat puluh tujuh) karton kemasan 5 liter, 2 liter, 1 liter dan 620 mililiter, dengan rincian (22/7/2021 sampai dengan (1/9/2021). Selain itu, berdasarkan 9 (sembilan) dokumen PEB sejumlah 2.184 Karton Minyak Goreng Kemasan merek tertentu dan (6/9/2021) sampai dengan (3/1/2022).
Sementara itu terpisah, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo melakukan peninjauan kegiatan produksi minyak goreng dari PT. Mikie Oleo Nabati Industri, di Kota Bekasi. Perusahaan tersebut, merupakan salah satu industri yang melakukan produksi minyak goreng.curah dan minyak goreng dalam kemasan. Setiap hari, pabrik tersebut memproduksi serta mendistribusikan sekitar 200 ribu liter minyak goreng.
Sigit berharap produsen mendistribusikan minyak dengan normal sehingga tidak terjadi kelangkaan. Terlebih, minyak curah banyak diburu masyarakat.”Yang paling penting adalah barang berada di pasar dan khususnya kebutuhan masyarakat yang banyak menggunakan minyak curah, maka ketersediaan minyak curah dan harganya akan dipantau dan kemudian kita harapkan harga eceran tertingginya bisa dilaksanakan karena memang ada kebijakan dari pemerintah untuk memberikan subsidi,” ucap Sigit
Dia berharap tidak ada lagi antrean membeli minyak seperti beberapa hari yang lalu. “Saya harapkan untuk barang-barang bisa didistribusikan seperti biasa, jangan sampai ada kelangkaan, sehingga stok tetap terjaga, antrean yang kemarin banyak terjadi saat operasi pasar, maka dalam beberapa hari ke depan ini bisa kembali normal,” ujarnya.
GM Corporate Affairs PT Mikie Oleo Nabati Industri, Togar Sitanggang mengungkapkan, produksi migor di pabriknya berjalan normal, baik sebelum dan sesudah adanya kebijakan dari pemerintah.
“Produksi kita berjalan normal, sebelum dan sesudah adanya kebijakan-kebijakan dari pemerintah. Justru di bulan Februari itu boleh dibilang volume yang tertinggi yang pernah kita lakukan,” ucapnya kepada Radar Bekasi di PT Mikie Oleo, Bantargebang, Kota Bekasi, Rabu (16/3).
“Untuk penjualan kita di Januari itu sekitar hampir 3 juta liter, di Februari kita jual 5,9 juta liter, mudah-mudahan nanti sampai dengan akhir tahun kita akan tetap berjalan normal minimum 3 juta liter,” lanjutnya.
Kelangkaan dan mahalnya Migor diakui Togar merugikan secara image, karena asumsi masyarakat pihak produsen tidak melakukan produksi.,”Tapi dalam hal kerugian finansial kayaknya nggak, karena harga jualnya ya segitu juga,”tegasnya.
Usai melakukan pengecekan produksi, Kapolri bersama rombongan bergegas meninjau distribusi minyak goreng yang berada di pasar Bantargebang, dalam pengecekan memang tampak sedikit minyak yang terdisplay di kios-kios pasar, hal tersebut dikarenakan animo masyarakat yang begitu tinggi terhadap ketakutan akan kelangkaan ketersediaan minyak goreng, yang menyebabkan setiap pembeli melakukan pembelian lebih dari sekedar kebutuhan harian.
Sementara itu, Plt. Wali Kota Bekasi Tri Adhianto menghimbau kepada warga masyarakat, untuk tidak panik dalam menanggapi isu-isu yang beredar. Tri juga meminta agar ketersediaan stok minyak tetap stabil, dibutuhkan kerjasama dari masyarakat untuk melakukan pembelian minyak goreng sesuai kebutuhan harian saja.
“Kami selaku Pemerintah Kota Bekasi sudah secara berkala melakukan pengecekan terkait ketersediaan minyak goreng, produsen tetap produksi secara normal, yang membuat langkanya ketersediaan minyak goreng dikarenakan banyaknya warga masyarakat yang melakukan pembelian minyak goreng lebih dari kebutuhan harian,” Himbau Tri. (cr1/jpc)